Happy Reading..............
Maaf typo. 🍑🌹
~~~~~~~~~~~
Naren melirik Salsa yang sedang memperhatikannya memasukkan baju ke dalam tas. Hari ini dia dan Akbar akan kembali pulang tanpa Salsa. Dia akui, gadis itu sangat betah tinggal disini.
"Daripada diem disitu mending bantuin gue packing baju"
Salsa mencibir namun tetap menghampiri Naren dan merebut baju yang di pegang pria itu lalu memasukkannya ke dalam tas. Dia melirik Naren yang terus memperhatikannya kemudian mendengus sebal.
"Mau gue colok mata lo?"
"Yaelah mendingan lo aja yang gue colok Sa. Kan–"
Naren di buat terkejut karena Salsa menerjang dan memukulinya dengan brutal. Dia terkekeh saat merasakan pukulan Salsa terbilang biasa saja.
"Otak lo emang perlu di cuci tau nggak! Jangan ketawa–akh" Salsa melotot ketika Naren mengubah posisi mereka. Dia menukik kan alis tak suka saat Naren malah tersenyum kearahnya. Aneh sekali.
"Bisa diem nggak? Pukulan lo kayak anak paud–" Naren mendekatkan wajahnya ke wajah Salsa setelah mengunci kedua tangan gadis itu di atas kepala. "–Lemah"
Chup
Naren menatap Salsa yang terdiam sambil menahan senyumnya. Dia suka jika Salsa menjadi penurut seperti ini. "Inget, yang nurut sama calon suami"
Salsa mengerjap lalu langsung cemberut setelah sadar. Dia mendorong Naren dengan kasar kemudian mencubit lengan pria itu. "Rasain!"
"Ssshh main tangan sekali lagi gue bawa lo ke kua" ujar Naren dan langsung mendapat geplakan di bibirnya.
Naren tertawa menatap kepergian Salsa yang terlihat kesal. Tsundere sekali gadis itu.
•••••••••••••••••••
Akbar menguap pelan lalu menatap ponsel yang tengah menampilkan sebuah kartun. Setelah selesai berkemas tadi Daren meminta di putarkan kartun dan bahkan sampai sekarang anak kecil itu hanya diam dengan mata terfokus ke layar ponsel.
"Dalen! Tante Salsa buat jus semangka!"
"Di panggil Darel tuh. Mau nggak jus semangka nya?"
"Mau!" Daren turun dari pangkuan Akbar sambil menyerahkan ponsel dan langsung melesat pergi ke dapur.
"Daren jangan lari nanti jatuh"
"Iya ma!"
"Na–" panggil Akbar kepada Anna yang baru duduk di sebrang nya. Dia menyamakan duduknya setelah Anna menyahut singkat. "–Soal temennya Farhan lo beneran nggak papa?"
Anna menggeleng pelan. Dia tau maksud Akbar bertanya seperti itu. "Mereka beda Akbar. Ya walaupun Juan secara fisik sama kayak mas Vandres tapi aku tau batasan buat nggak samain dia sama mas Vandres"
Akbar mendekat lalu merangkul Anna. "Hm. Gue nggak tau nanti ke depannya gimana tapi gue harap semua baik baik aja Na"
"Hu'um"
Sore hari setelah beberapa jam Akbar dan Naren pulang, Anna sekarang sudah sampai di rumah kedua orang tua Vandres. Dia berencana akan menginap di sini selama semalam.
"Na, tante Amara masih cantik aja ya" celetuk Salsa sambil memperhatikan Amara yang memeluk Daren dan Darel.
"Ya, kayaknya kalau mama jalan jalan sama mereka berdua mana ngira orang orang kalau itu cucunya"
"Hng kangen nenek banyak banyak–" Daren terkikik kecil ketika Amara menciunnya lalu menyerahkan paper bag yang sedari tadi dia pegang. "–I have something for you. Ouh can i eat chicken katsu again?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA JUAN (HIATUS!)
Teen FictionHIATUS!! Arjuan tidak menyangka jika pertemuannya dengan wanita yang dia kira gadis lajang membuatnya pusing tujuh keliling karena dua anak kembar yang memanggilnya papa. Hei, dirinya masih remaja yang duduk di bangku SMA. Kenapa bisa si kembar itu...