6. Lepaskan

494 64 21
                                    

Gelap, buram, remang-remang, dan sedikit demi sedikit mulai terang. Ya, itu ketika Shishi membuka mata. Dan orang pertama yang ia dapati adalah Echan sahabat baiknya yang menyandang gelar mantan Shishi sendiri.

“Shi, udah sadar lo?” Echan langsung menghampiri.

“Chan, kok gue pake baju olahraga? Lo ya yang ganti?” tuduh Shishi dengan melotot horor langsung menarik selimut.

“Sembarangan, mata gue masih suci belum ternoda. Tadi Lia yang gantiin,” jawab Echan dengan sewotnya.

“Lagian lo kenapa sih? Tiduran di toilet terus baju lo basah.”

Shishi memutar bola mata malas. “Siapa juga yang tiduran, terus kenapa gue bisa di sini sekarang? Siapa yang nemuin gue? Yezy! Mana Yezy?” Mulut Shishi gak kekontrol sekarang ini, ini ulah Yezy.

“Yezy? Lo ditemuin adik kelas tadi,” ujar Echan kebingungan.

Sial! Shishi mengepalkan tangan diam-diam. Jadi Shishi dibiarin gitu aja di toilet tadi?

“Shi, lo demam. Lo harus minum obat, tapi makan dulu, ya.” Echan nyentuh dahi cewek itu.

“Gue gak sakit ah,” tukas Shishi cepat hendak menepis tangan Echan di dahinya, tapi sebelum itu Echan udah lepasin tangannya.

“Gue ambil bubur dulu, udah gue siapin tadi.” Tanpa persetujuan apa pun Echan berlalu pergi.

“Gak mau, ih, Echan! Gue gak sakit,” pekik Shishi dan berakhir serak, ternyata tenggorokannya kering.

“Ayo, makan.” Echan membawa semangkuk bubur dan hendak menyuapi.

“Gak mau.”

“Lo harus makan, harus minum obat. Lo mau gue telponin nyokap lo, hah? Bu Sunny juga tadi nyuruhnya nelpon nyokap lo.” Echan masih terus menyodorkan sesendok bubur itu ke mulut Shishi, dan akhirnya mau gak mau Shishi makan daripada mamanya ke sini. Ya, Echan tau mamanya Shishi kayak gimana.

“Lia mana? Gue mau disuapin Lia aja!” ujar Shishi gak semangat.

“Lia tadi gue suruh pulang, semua anak-anak juga udah pulang, tinggal kita berdua nih sama beberapa siswa aja.” Echan menyodorkan suapan bubur lagi dan kali ini Shishi menggeleng.

“Lia udah pulang? Dianterin Jemian, ya?” tanya Shishi lesu.

“Ya mana gue tahu Lia pulang sama siapa, dia bukan anak gue gak gue urusin!” jawab Echan dengan cueknya.

“Apaan sih, lawakan lo gak lucu,” balas Shishi semakin semerawut hatinya itu.

Gimana kalau Jemian udah resmi pacaran sama Lia coba, baru pdkt aja udah bikin hati panas banget.

“Cepet makan, lo harus minum obatnya.”

“Ah sedih banget gue gak punya pacar jadi gak ada yang suapin makan pas lagi kayak gini, kalau disuapin pacar atau gebetan pasti lahap banget gue makan,” gumam Shishi dengan tatapan kosong, sebenarnya dalam kepalanya itu penuh sama Jemian.

“Terus gue ini apa?!” teriak Echan tiba-tiba membuat Shishi terkejut.

“Ya lo sahabat gue! Sekaligus mantan gue!” balas Shishi berteriak.

“Nah itu! Gue sahabat lo, jadi jangan cari yang gak ada. Ayo, makan lagi.” Echan nada bicaranya kembali menurun.

“Nggak. Gue enek, mau pulang aja. Gue mau disuapin sama pacar, titik.” Shishi mengerucutkan bibir dan turun dari bangsal.

“E buset, mau makan aja harus cari pacar dulu. Sabarkanlah hati hamba Ya Tuhan, dalam menghadapi Shishi.” Echan mengusap wajahnya pasrah.

Shishi akhirnya minum obat juga meskipun makannya gak lebih dari dua sendok. Dan sekarang udah siap buat pulang. Ya, bener ini sekolah udah sepi, hanya ada beberapa murid yang masih ada berkepentingan, terutama anggota osis.

GREED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang