Part 6

44 19 17
                                    

DULU PERNAH DEKAT

"Waktu dan keadaan bisa mengubah seseorang. Jadi, jangan kaget jika orang itu berubah kepada kita. Cobalah introspeksi diri mungkin kita melakukan kesalahan"
.
(Kanaya Humairah)

💕💕💕💕💕💕💕

"Mau langsung pulang atau mau nunggu dzuhur dulu?" tanya Risya yang kini membereskan bukunya. Mereka baru saja menyelesaikan kuliahnya hari ini.

"Mau langsung pulang, soalnya kak Vian tadi chat menyuruhku untuk ke bandara" kata Naya yang kini juga membereskan bukunya.

"Bandara? Siapa yang datang?" tanya Risya.

"Om aku" kata Naya membuat Risya mengangguk.

"Yah sudah sekalian kita bareng. Aku mau ke mesjid nunggu dzuhur" kata Risya.

"Ayo" kata Naya kemudian berdiri. Mereka pun berjalan bersama menuju koridor tempat parkir. Namun saat sampai dikoridor, Naya dan Risya berbeda arah jadi mereka terpisah.

Naya pun berjalan ke arah parkiran dimana mobilnya terparkir. Setelah melihat mobilnya sudah dekat, diapun merogoh tasnya untuk mencari kunci mobilnya. Namun tiba-tiba dia menabrak seorang laki-laki karena dia terlalu fokus ke tasnya. Sehingga Jas putih dan buku laki-laki itu pun terjatuh.

"Eh, maaf maaf" kata Naya langsung mengambil jas putih dan buku orang itu. Sementara orang yang ditabrak hanya diam memperhatikan perempuan yang ditabraknya. Dia seperti mengenalnya. Namun, segera dia abaikan dan Diapun ikut jongkok untuk membantunya.

"Tidak apa-apa" kata laki-laki itu. Naya yang merasa tidak asing dengan suara itupun langsung melihat ke arah laki-laki itu. Begitupun dengan laki-laki yang menabrak Naya.

"Naya"

"Reyhan"

Kata mereka bersamaan. Mereka pun segera berdiri setelah membereskan buku-buku yang terjatuh.

Reyhan. Laki-laki tinggi, putih dan berlesung pipi, yang menambah kesan manis dan tampannya. Dia baik, hambel dan ramah tapi kadang juga jahil kepada orang terdekatnya. Dia merupakan teman SMA Naya dan merupakan ketua PMR di SMAnya dulu. Dan tentu wakilnya adalah Naya. Jadi mereka sangat akrab. Bahkan kerap kali mereka dijodoh-jodohkan oleh teman-teman seorganisasinya. Namun Naya hanya mengabaikan itu karena bukan hanya Reyhan. Tapi Naya pun selalu dijodohkan dengan ketua osisnya dulu yaitu Rizki dan bahkan patner-patnernya yang lain. Sehingga Naya hanya menganggap itu sebagai candaan dan pelengkap dari masa putih abu-abunya. Tapi lain hanya dengan laki-laki yang kerap kali dipasangkan olehnya. Karena nyatanya mereka menaruh perasaan dalam diamnya. Salah satunya adalah Reyhan.

"Nay, apa kabar? Akhirnya bisa ketemu dengan kamu juga" kata Reyhan dengan antusias.

"Alhamdulillah, baik. Kamu bagaimana?" kata Naya ramah.

"Alhamdulillah... Baik juga. Andai aku dari dulu tahu kalau kamu kuliah disini Nay. Aku ingin ketemu sama kamu. Rindu jahilin wakil aku" kata Reyhan dengan penuh semangat. Naya hanya tersenyum melihat tingkah laku laki-laki didepannya ini yang tidak pernah berubah.

"Kamu ambil jurusan kedokteran? Katanya tidak mau jadi dokter" tanya Naya sambil melihat jas putih yang dia pegang.

"Iya, kepaksa Nay, Disuruh sama bunda soalnya katanya ingin punya anak dokter supaya kalau sakit ada yang rawat" kata Reyhan dengan nada kesalnya.

"Jangan gitu. Jadi dokter keren kok. Apalagikan kamu mantan ketua PMR jadi yah nyambunglah" kata Naya.

"Keren sih, keren Nay. Tapi untuk menjalaninya itu loh yang Maa Syaa Allah" kata Reyhan dengan wajah memalasnya.

Kanaya HumairahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang