Part 8

37 15 22
                                    

TERLALU GENGSI

"Wanita itu seperti kupu-kupu akan terbang kesana kemari. Jika kamu tidak segera menangkapnya maka kamu harus siap untuk melihat orang lain yang menangkapnya. Karena cinta tidak bisa didapatkan tanpa perjuangan"
.
(Aldo Septiawan)

💕💕💕💕💕💕💕

"Gimana kuliahnya?" tanya Rian yang kini telah duduk disebuah warung bakso bersama Naya yang berada di samping kampusnya.

"Alhamdulillah... Lancar-lancar saja kak" kata Naya sambil tersenyum dan sesekali mengedarkan pandangannya. Tepat saat dia melihat ke arah pintu terlihat tiga orang laki-laki sedang memasuki warung dan berjalan ke arahnya. Naya pun mendengus karena meja yang kosong tersisa di sampingnya saja. Warung ini memang selalu penuh karena baksonya yang sangat enak membuat warung ini banyak peminatnya. Rian yang menyadari keanehan Naya membuat dia bingung.

"Kenapa?" Tanya Rian sambil melihat Naya yang kini terlihat tidak bersemangat.

"Ngak apa-apa" kata Naya berusaha untuk santai.

"Kamu lupa kalau aku psikolog. Aku tahu kamu tidak nyaman sekarang. Ada apa?" tanya Rian. Belum sempat Naya menjawab sebuah salam dari arah depan mereka membuat Rian dan Naya menoleh.

"Assalamu'alaikum Naya" salam salah laki-laki itu yang tidak lain adalah Aldo. Yah, keempat laki-laki itu adalah Aldo, Arsyad, Irsyad dan Rizki.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab Naya dan Rian dengan pelan. Rian pun menoleh ke arah Naya yang semakin terlihat tidak nyaman.

'Kenapa Naya seakan menghindari mereka?' tanya Rian dalam hati.

"Kamu kenal dek?" tanya Rian membuat Naya mengangguk dan berusaha untuk tersenyum.

"Maaf yah kak, kami menganggu waktunya. Perkenalkan saya Aldo teman SMA dan kuliah Naya" kata Aldo mengulurkan tangannya dan Rian pun menyambutnya. Sementara ketiga temannya berjalan menuju meja di sebelah Rian. Mereka tidak sepede Aldo untuk menyapa orang yang jelas-jelas menghindarinya.

"Rian" kata Rian singkat. Rianpun menoleh kearah ketiga laki-laki yang langsung duduk dimeja yang berada disamping mejanya. Aldo yang mengerti pun langsung memperkenalkan teman-temannya.

"Mereka teman Naya juga. Kami semua satu SMA dulu dan sekarang teman Kuliah. Yang duduk itu namanya Arsyad, di depannya lagi Irsyad kembarannya. Dan disampingnya Rizki". Kata Aldo sambil menunjuk teman-temannya yang kini telah duduk di kursi. Rian pun mengangguk. Sekarang dia paham kenapa Naya tidak nyaman.

"Salam kenal buat teman-teman kamu" kata Rian dengan ramah membuat Aldo tersenyum dan mengagguk.

"Kakak siapanya Naya?" tanya Aldo yang sudah dari tadi penasaran. Baru saja ingin menjawab Naya langsung memegang lengan Rian.

"Kak, cepat pesan gih. Naya lapar" kata Naya dengan menampilkan tatapan lembutnya. Rian pun mengangguk dan berlalu pergi untuk memesan pesanannya.

"Nay, siapa?" tanya Aldo.

"Keluarga" kata Naya singkat.

"Oo... Kakak kandung yah?" tanya aldo lagi.

"Bukan" jawab Naya singkat.

"Terus siapa?" tanya Aldo lagi.

"Eh, Aldo buruan sini deh... Nggak usah kepo atau mau modus yah?" teriak Arsyad.

"Astagfirullah... Ucapannya dijaga akhi. Tidak boleh berburuk sangka" kata Aldo dengan suara yang sedikit keras juga.

"Kesana saja. Tidak baik teriak-teriak, kalian nanti jadi pusat perhatian" kata Naya lembut tanpa aura dingin membuat Aldo kaget dan terdiam seakan terbius dengan perhatian Naya.

Kanaya HumairahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang