Part 7

42 14 5
                                        

NAYA YANG ASLI

"Seseorang hanya akan memperlihatkan sifat aslinya kepada orang-orang terdekatnya"
.
(Kanaya Humairah)

💕💕💕💕💕💕💕

"Nay" panggil Rian. Mereka saat ini berada di ruang keluarga sambil menikmati oleh-oleh yang dibawah oleh Rian. Naya yang dipanggil pun langsung menoleh ke Om nya.

"Iya Om. Kenapa?" tanya Naya

"Kakak Nay, kalau kamu masih panggil Om. Aku tidak akan mau berbicara lagi dengan kamu" Kata Rian tegas. Sudah cukup dia dipanggil Om seakan dia sangat tua. Dia harus membuat kemenakannya ini menuruti keinginannya. Vian yang melihat itu hanya terkekeh karena melihat ekspresi Naya yang cemberut dan jengkel dalam keadaan yang bersamaan. Dia tahu kelemahan Naya adalah tidak bisa dicuekin sama orang terdekatnya. Apalagi Om dan abangnya.

"Nggak lucu yah Om" kata Naya dengan nada jengkel namun mata berkaca-kaca.

"Aku serius yah Nay. Jangan harap bisa bicara lagi sama aku jika masih panggil Om" kata Rian lagi dengan tegas sambil memalingkan wajahnya. Dia berusaha untuk tidak menahan rasa tidak teganya tapi dia harus berusaha untuk profesional dengan perannya saat ini.

Dia sebenarnya kasihan dengan Naya karena melihat gelagat Naya yang ketakutan dan ingin menangis karena mendengar suara tegasnya. Karena Rian tidak pernah setegas ini sebelumnya dan selama ini Naya selalu selalu dimanjakan olehnya dan semua keluarganya.

"I-iya... Mu-mulai sekarang Naya tidak paanggil Om lagi. Ta-tapi kakak" kata Naya yang sudah menunduk sambil meneteskan air matanya yang segera dia hapus. Vian yang melihat itu, langsung berdiri dan mendekat ke Rian.

"Jangan keterlaluan kak. Nayakan tak pernah ditegasin kayak gitu sama kamu" kata Vian sambil memukul bahu Rian dengan pelan. "Bikin repot saja kamu kak" lanjutnya kemudian berjalan ke Naya dan berusaha menenangkannya adiknya.

"Eh, dia nangis beneran?" kata Rian kaget sambil menatap ke arah Naya. Masa bodoh dengan aktingnya. Dia paling benci melihat anak dari kakaknya itu menangis karena dia satu-satunya perempuan dari keluarganya yang harus dia jaga dan sayangi.

"Nggak, naya nggak nangis" kata Naya kemudian mengangkat wajahnya dan berusaha untuk tidak menunjukkan air matanya. Dia tidak mau dianggap cengeng. Namun sayang air matamya tidak bisa diajak kompromi dan malah keluar tanpa diundang. Sungguh Naya saat ini meruntuti dirinya yang cengeng jika berhadapan dengan keluarganya.

'Dasar cengeng. Baru ditegasin sudah keluar saja ini air mata' kata Naya dalam hati. Sambil menghapus air matanya.

"Ini apa? Kalau lagi nggak nangis?" tanya Vian sambil menghapus air mata adiknya.

"Om Ri- eh kak Rian jahat kak. Dia kayak bentak Naya" Adu Naya ke Vian sambil memeluknya. Dan air mata yang terus mengalir. Vian pun menatap tajam ke arah Rian. Rian yang melihat itu gelagapan dan langsung menghampiri Naya.

"Eh, maaf dek. Kakak tadi bercanda. Cuma niat jahilin kamu saja" kata Rian sambil memohon di depan Naya.

"Kamu boleh kok tidak panggil kakak, terserah kamu saja mau panggil apa. Asal jangan gini yah" lanjutnya. Naya yang melihat itu merasa tidak tega. Toh memang salah dia yang tidak mau mengikuti kata Rian. Dia pun menegakkan tubuhnya dan tersenyum.

"Iya di maafin kok kak dan mulai hari ini Naya akan memanggil dengan sebutan kakak" kata Naya.

"Serius?" tanya Rian.

"Iya kak, Naya serius. Tapi besok harus teraktir Naya coklat dan bakso karena kakak sudah buat Naya jadi nangis" kata Naya dengan senyum penuh kemenangan. Dia memang memanfaatkan keadaan yang ada untuk bisa mendapatkan makanan favoritnya dengan gratis.

Kanaya HumairahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang