Jika ada satu musim yang tanah Gaelic inginkan, maka musim harum semerbak bunga jawabannya. Gaelic seolah penggambaran tanah gersang yang haus akan tetes embun pagi hari, yang begitu inginkan air mengalir membawa arus cinta, dan udara sejuk dari bau bunga yang membumbung tinggi memenuhi udara.
Dulu, ada kalanya seorang anak laki-laki dengan bangga menunjukkan pada dunia bahwa klan Gaelic ada di kakinya, ras terkuat yang tugasnya menjadi pemimpin ada di genggamannya. Pedang yang ditempa dengan begitu tajam disertai ukiran namanya selalu ia bawa. Busur dan panah yang bidikannya seolah tidak pernah salah turut menjadi saksi.
Para alpha dari klan Gaelic selalu menari menggunakan pedang mereka. Tidak segan menggoreskan luka pada siapapun yang menghalangi jalannya. Pedang dengan sebutan haus darah tidak mengenal siapa yang akan jadi korban selanjutnya, janganpun klan lain, klannya sendiri pun dapat ia musnahkan saat itu juga. Klan Gaelic begitu merasa tinggi karena darah alpha mengalir disetiap inci kehidupannya. Dan klan Gaelic merasa berhak atas segalanya, termasuk Slaile dan isinya.
Pulau Slaile memberi restu pada pemiliknya untuk membagi mereka menjadi beberapa wilayah. Bukan tanpa alasan, jika legenda dan cerita tentang anak adam dan hawa yang bersaing satu dengan lainnya.
Dahulu kala, di tanah Slaile terdapat satu keluarga dengan secondary gender as Alpha, Beta dan Omega. Seorang Alpha dan Omega yang bersatu dengan restu sang luna akan melahirkan keturunan dengan kekuatan magis, tidak hanya sebagai pure blood tapi juga The greatest faithful of pure blood. Kelahiran mereka sangat ditunggu, karenanya akan membawa peradaban Slaile tanpa diskriminasi klan. Tapi ini adalah cerita dan dongeng kuno yang terbang terbawa angin kemudian dilupakan, dan hilang.
Semua klan sudah tau cerita ini, tapi cerita ini hanya berhenti pada generasi tua dan tidak ada satupun dari mereka yang ingin membagikan cerita ini pada anak turunnya. Karena satu klan sudah hilang, dilenyapkan bersama dengan legenda itu.
*
Dibalik tembok dan bunga yang tertata apik, tiga mata alpha sedang mengawasi rumah dengan pagar kayu lapuk dalam diam. Tidak ada suara yang menyela kegiatan mereka, seolah bergulat dengan pikirannya sendiri, menerka-nerka apakah yang dilakukannya benar? Bagaimana jika saudara tertuanya tau?
"Kita sudah lama berdiam disini, kita pulang saja" Ujar singto dengan menepuk bahu si bungsu.
"Mengapa kita harus pulang?" Bright mendongak, menatap singto yang hendak melangkah pergi.
"Lalu mengapa kita harus kesini? Ada disini? Kita sudah seperti seorang penguntit"
Tay dapat melihat kilat jengah dimata singto, sejujurnya ia juga tidak tahu mengapa ia mengikuti ide konyol bright."Ayo bright, kita pulang. Singto benar, mengapa kita harus kesini?" Tay bangkit dan menarik kerah dari mantel yang bright gunakan.
"Aku hanya ingin bertemu meta, memastikan apakah dia baik-baik saja" Nada bright berubah menjadi dingin. Tay menatap bright diam, sejujurnya adik bungsunya ini paling sulit diterjemahkan. Ada kalanya ia akan menunjukkan kilat mata bahagia, tapi detik berikutnya kilat mata marah yang menyala-nyala.
Singto tersentak kala melihat tay yang memunggungi bright berbalik dan mencengkeram kerah si muda
"Tidakkah kau lupa posisimu? Kau alpha bright!
Apakah ini yang diajarkan para alpha? Berdiam diri dan hanya menunggu? Seperti tikus yang diam-diam mengharapkan sisa makanan? Kalau kau mau, bangkit dan hampiri"Bright diam, dua mata tajam itu berubah menjadi warna merah, singto harus cepat melerai keduanya sebelum mereka menjadi serigala dan saling bertarung.
"Sudah! Apa yang kalian lakukan?" Singto menatap keduanya bergantian. Tidak mengerti mengapa bright mudah sekali tersulut emosi.
![](https://img.wattpad.com/cover/288892506-288-k667300.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Slaile
FantasiTanah Slaile bukan hanya daratan, bukan hanya sebuah pulau akan cerita berbagai klan. Slaile adalah rumah, adalah pelukan, yang senantiasa akan menunggumu kembali untuk merengkuh. Namun, Slaile tidak akan selamanya menjadi tempat ternyaman disertai...