Alpha Bright

240 40 9
                                    

Bright terbangun dengan perasaan damai, sudah beberapa hari ia habiskan di bukit Aeryian, bersama win, dan para omega. Namun, jauh dilubuk hatinya, bright sungguh merindukan tanah Gaelic. Ia mengedarkan pandangannya menyapu seluruh ruangan bernuansa putih itu. Sangat damai, bahkan anginpun seolah membisikkan ucapan selamat pagi untuknya. Bright tersenyum ketika sekelebat bayangan kakak-kakaknya yang melemparkan pedang yang masih terbungkus selongsong kulit dengan ukiran khas Gaelic mengenai dirinya. Lagi-lagi bright merindukan rumahnya.

Pintu terbuka, menampilkan sesosok meta atau win atau metawin dihadapannya. Bright tersenyum, bagaimana bisa ada rembulan yang muncul bahkan ketika hari masih pagi.

"Sudah bangun rupanya"
Win mendekat, meletakkan nampan yang berisi teh dan kudapan ringan.

"Bagaimana malammu bright?"
Mata bulat dengan taburan bintang itu mengerjap menatap bright yang masih mematung.

"Kau tidak perlu bertanya padaku win, harusnya aku yang bertanya begitu"
Win mengernyit bingung.

"Maksutnya?"
"Apakah tiada kau lelah setiap malam? Kaki-kaki cantik itu membawamu terus berlarian dipikiranku tanpa mau berhenti"

Win menghela nafas pelan, lalu bersiap bangkit sebelum bright menahan lengannya.

"Mau kemana?"
"Berada disini membuatku gerah, rupanya ada seorang pujangga yang tengah haus akan perhatian"
Keduanya lantas tertawa, membawa udara sejuk yang menerbangkan sari bunga diantara kumbang yang mencari rumah barunya.

"Berhenti menggodaku bright"
"Aku tidak menggodamu"
"Lalu?"
"Hanya membeberkan sebuah fakta"
Win kembali berdecak, tidak akan ada habisnya berdebat dengan alpha didepannya ini.

"Ayo bangun, ayah ingin bertemu denganmu"
Bright seketika mematung, ayah?

"Ayah? Ayah siapa?"
"Ayahku, siapa lagi"

Bright menatap punggung win yang berjalan menjauh menuju pintu. Berbagai kemungkinan-kemungkinan menghantui bright yang setengah mati berusaha menelan ludahnya sendiri. Bagaimana jika ayah win tau jika ia adalah alpha? Bagaimana jika ayah win tidak menyukainya? Dan bagaimana bagaimana lainnya seolah bergemuruh didalam otak bright yang tidak mampu bekerja dengan maksimal.

Dengan sedikit ragu bright menuju meja makan yang sudah diisi oleh win beserta kakak-kakaknya. Sejujurnya bright sangat gusar, tapi insting alphanya tidak bisa ia tepis, bagaimanapun takutnya bright, langkah itu akan tetap gegap dan mantap, sesuai dengan ajaran klan Gaelic.

Bright duduk disebelah win, memperhatikan wajah-wajah kakak win yang ikut menatapnya balik. Hanya kak new yang melemparkan senyum menyapa pada dirinya, sedangkan yang lain hanya diam tanpa ekspresi, terlebih lagi tatapan membunuh yang gulf berikan.

"Namamu bright?"
Suara berat dan teredam itu memecah kesunyian meja makan di tanah Aeryian. Bright menoleh, memperhatikan sesosok ayah win yang wajahnya juga terlihat mempesona.

Hanya anggukan yang bright berikan. Ia terlampau bingung harus memulai percakapan dari mana. Jika biasanya ketika jamuan makan malam, kak mew atau kak singto yang akan menjawab segala pertanyaan karena tutur katanya yang sopan dan bijak. Sedangkan bright, ia hanyalah bungsu yang mengekori kemana kakak-kakaknya pergi.

Gulf berdecih pelan kala melihat bright yang diam seolah kehilangan kata-katanya. Tentu saja gulf langsung mendapat tatapan dingin dari kak gun dan krist.

"Bright ayo dimakan, win yang memasaknya"
New menyodorkan sepiring makanan untuk bright. Bright yang paham akan adab dan tata krama dari ayahnya mempersilahkan ayah win untuk mengambil terlebih dahulu.

"Silahkan.... Tuan"
"Terimakasih bright"

Suasana di meja makan itu santai namun mencekam. Bright tidak tahu perasaan macam apa yang sedang berkecamuk didalam dirinya. Bright sudah mulai terbiasa dengan bau pheromone keluarga win, tapi entah mengapa kali ini bau pheromone itu tidak lagi memabukkan, tapi berganti dengan bau yang menyesakkan. Jika bright tidak punya sopan santun, pastilah makanan yang sedang ia santap akan ditinggalkannya begitu saja. Tapi karena menghormati win dan keluarganya, bright memakannya sedikit demi sedikit.

The SlaileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang