Asing

181 31 9
                                    

Awan keabuan beserta kabut tipis berusaha menyapa daratan Gaelic yang menyendu. Ditiliknya burung-burung yang terbang pulang ke peraduan. Derap langkah tergesa dari sepatu beserta jubah-jubah menjuntai tertiup angin meramaikan jalanan yang lengang. Kepalanya menoleh, menyaksikan mata yang sarat akan kekosongan.

"Gulf"
Sementara yang dipanggil tersentak buru-buru menoleh, tidak ingin yang lebih tua menyadari kegundahan hatinya.

"Ya kak"
Diamitnya tangan sang adik dengan lembut, lalu diusapnya pelan. Tipikal sang kakak yang selalu berusaha memberi tenang ditengah ketegangan.

"Apa kau khawatir?"
"Apa yang harus ku khawatirkan? Aku punya kak new disini"
Gulf memberi senyum terbaiknya, kiranya cukup untuk berkamuflase dibawah temaram lampu kamar pelayan Gaelic.

"Jangan bohong pada kakak gulf"
Telak, gulf menumpukan kepalanya yang tiba-tiba memberat.

"Kak, apa semuanya akan baik-baik saja?"
"Kenapa?"
Gulf tidak mengerti pertanyaan menggantung milik kakaknya itu.

"Kenapa kau harus khawatir gulf? Bukankah kau memiliki kakak disampingmu? Hmm?"

'Benar juga, tapi tetap saja!' Gulf menggerutu dalam diamnya

"Setelah ini semuanya akan berakhir kan kak? Kita hanya perlu bertahan hingga win berhasil mendapatkan klaim dari alpha itu kan?"

Tatapan damai milik new perlahan berubah menjadi sendu yang siap memberi hujan. Entah mengapa hatinya terasa diremat ketika mendengar nama metawin. Ia menangis didalam hatinya, meminta maaf sekali lagi kepada leluhurnya, kepada ayah ibunya, dan kepada metawin.

"Kak new...."
"Harusnya tidak begini kan Gulf?"
Gulf bingung, lidahnya kelu. Apa yang harus ia jawab jika pertanyaannya saja tidak dapat ia pahami.

"Harusnya bukan metawin kan gulf? Harusnya kita bisa membalaskan dendam dan mengambil hak kita tanpa harus berkorban lagi bukan? Seharusnya...."
New menangis tersedu, entah mengapa garis takdir seolah begitu kejam terhadapnya, terhadap klannya, dan terhadap adiknya.

"Bagaimana jika bukan mereka yang kalah? Bagaimana jika.. Jika adikku, adikmu juga yang akan menjadi korban selanjutnya, bagaimana???"
Hati kakak mana yang akan diam ditengah pertarungan antara hidup dan mati adiknya.

"Kak..."

Ceklek.....

Gulf dan new seketika menoleh, melihat seseorang yang kini berjalan kearahnya dengan sorot mata berpendar seakan kaget. Manik mata new yang basah itu bahkan lebih menaburkan banyak bintang jika dibandingkan dengan langit Gaelic, membuat siapapun terkesima.

"Tenanglah omega, kalian aman bersamaku"

*

"Sudah mau bicara?"

Yang ditatap hanya menggelengkan kepalanya lemas, lalu kembali menumpukan semua keluh kesahnya kedalam pelukan hangat.

"Ahhh badanku kebas sekali, bright tolong badanmu beraaaat"
Win meraup udara dengan kasar, ah seorang alpha memang tidak bisa ia remehkan begitu saja.

"Meta, apa kau mencintaiku?"
Gerakan tubuh win terhenti, sedikit terkejut dengan pertanyaan alpha yang kini tengah menghabiskan malamnya bersama win diantara ilalang malam.

"Huh, tiba-tiba sekali?"
"Apakah kau mencintaiku?"

Win terdiam, haruskah ia menjawabnya dengan jujur?

"Meta, apakah kau mencintaiku?"
"Ada apa bright? Apa yang sedang menimpamu hingga kau haus akan validasi?"
"Apakah kau mencintaiku?"
"Sampai kapan kau akan bertanya hal yang sama?"
"Apakah kau mencintaiku?"

The SlaileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang