Tanah Slaile bukan hanya daratan, bukan hanya sebuah pulau akan cerita berbagai klan. Slaile adalah rumah, adalah pelukan, yang senantiasa akan menunggumu kembali untuk merengkuh. Namun, Slaile tidak akan selamanya menjadi tempat ternyaman disertai...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nyanyian sunyi dari puja-puji yang tersemat disetiap benak dan helaan nafas klan Elunary selalu terlantun. Barisan lafal do'a dan sumpah setia akan panji kehidupan milik leluhur klan Elunary juga akan selalu hidup dalam sanubari. Sampai kapanpun dan dalam hal apapun.
Klan Elunary sudah pernah mati, dipaksa merunduk dan menyerah pada keadaan yang memaksanya hilang. Bak angin dan embun yang termakan sinar mentari, bara nyala semangat bebatuan yang dipaksa padam oleh air hujan, dan seperti new yang kini ditodong oleh sebuah pedang dengan bau anyir yang masih menari-nari di hidungnya.
Jika ditanya, mana yang lebih menakutkan? Pedang klan Gaelic atau panah klan Gaelic?. Maka new tidak punya pilihan, pun sebenarnya tidak ada pilihan. Jika kepalanya akan ditebas saat ini juga, semua orang akan tahu jika ditengah tanah kebanggaan bangsa para alpha, ditengah kastil megah berbahan marmer, ada seorang omega yang mengantarkan hidup dan matinya. Darah merah itu akan berubah menjadi putih keemasan yang menandakan darah omega yang syarat untuk dimusnahkan, setidaknya begitu yang dipercaya klan Gaelic. Pun jika para Elunary memilih panah, maka tidak akan ada kesempatan kedua karena tiap-tiap anak panah yang melesat dari busur Gaelic menyimpan racun, yang akan membuatnya kaku dan mati seketika.
Mata hazel milik alpha didepannya menatap new dengan nyalang. Pedang yang sedari tadi ia todongkan pun masih tetap ada disana, seolah mengejek untuk segera dilepaskan hingga dapat memenggal kepala new kapan saja.
Sementara new masih diam, berbagai ingatannya di tanah Aeryian membuatnya tersenyum. New bahkan masih ingat bagaimana sulur dari bunga dan dedaunan mengajak ia dan saudara-saudaranya menyanyi, menari dan berdo'a untuk bunda luna.
New rindu sekali, new rindu pulang. Jika bisa, ia ingin melupakan dendam yang haus akan darah. Ingin melenyapkan ego yang seolah menuntut untuk dibalaskan. Dan new kembali menitikan air mata kala ingatannya mengabur mengingat win dan gulf. Ia telah menjadi sesosok kakak yang gagal.
"Masih tidak ingin berbicara?" New mendongak, menatap lawan bicaranya. Di belakang alpha yang sedang di puncak kemarahannya itu, bulan bersinar dengan terang. Sangat terang hingga sinarnya bisa melahap gulita malam.
Diam beberapa lama, hingga saat kumbang dan kepik tak lagi bersahut-sahutan, sang alpha memejamkan matanya. New yang sedari tadi bersimpuh mendadak gelisah. Gelayar perasaan aneh tiba-tiba menghantuinya.
Ditatapnya orang yang kini berada di depannya. Pedangnya berangsur turun, tidak lagi memiliki keinginan untuk menebas kepala yang menurutnya menganggu dan mengancam. Mata sang alpha berubah menjadi merah, dan kini new benar-benar panik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.