Gaelic

326 67 21
                                    

Kuda-kuda gagah dengan surai hitam milik para alpha itu sudah tampan meringkik. Rompi dan pedang serta anak panah pun tak lupa mereka bawa. Para putra alpha kebanggaan klan Gaelic itu tengah bersiap untuk kembali, ke tanah kebanggan para pemimpin Gaelic.

Mew berdecak cemas, adik bungsunya masih belum kembali.

"Bagaimana mew?"
Mew berbalik kala tay datang dengan perlengkapannya.

"Tetap nihil, kemana anak bandel itu"
"Sudahkan kau menghubunginya melalui telepathy?"
Singto juga ikun mendekat disusul dengan off.

"Sudah tapi tetap saja, seolah telepathy ku diacuhkan begitu saja"
Keempatnya terdiam. Mencoba menghubungi bright dengan telepathy masing-masing.

"Bagaimana kalau kita kembali saja? Biar bright kembali kesana sendiri?"
Off menawarkan solusi yang dihadiahi anggukan dari saudara-saudaranya.

Keempat kuda itu membelah jalanan daratan utama. Parasnya yang rupawan selalu dielukan oleh siapapun yang melihatnya. Jangan lupakan bagaimana tatapan para wanita yang memuja seolah siap memberi apapun yang mereka minta.

Jubah dengan rompi itu melambai diterbangkan angin. Perjalanan menuju Gaelic harus melewati lembah dan bukit. Ditengah perjalanannya mew tersentak hingga tidak sengaja menarik tali kuda dengan tiba-tiba, mew jatuh tersungkur.

Off, tay dan singto panik lantas berbalik. Melihat saudaranya yang jatuh hingga dahinya berdarah. Jangan lupakan tiba-tiba air mata mew menetes.

"Mew?"
"Mew kau tak apa?"
"Kak mew?"

Mew berdiri mematung, memegangi dahinya yang berdarah, juga mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes. Tiada hal yang mengganggu mew selain perasaan khawatirnya pada adiknya, bright.

*

"Tunggu"

Bright mendongak, memperhatikan seseorang didepannya lamat-lamat. Perasaan bingung bercampur takut menghantuinya kala melihat seseorang didepannya tengah menodongkan belati.

"Buang pedangmu"
Bright bisa saja menebas kepalanya saat itu juga. Tapi nyatanya tangan bright kaku, seolah terhipnotis hingga bright membuang senjatanya menjauh.

"Siapa kau?"
Nadanya dingin, tatapan matanya tajam. Dua orang didepannya ini memiliki wajah manis tapi rasanya tetap beracun bagi bright yang seakan dapat kapan saja mati ditangannya.

Dengan nafas yang tersenggal serta lilitan sulur yang kini telah mencapai lehernya, bright menyebut nama kakaknya dalam hati, menyebut panji kebanggan klan Gaelic, menyebutkan sumpah demi para alpha karena tindakannya, dan demi bunda luna.
Bright meremat tangannya sendiri, memejamkan mata dan detik berikutnya bright tersentak, merasakan nyeri yang sedikit sakit dan sesuatu mengalir dari lehernya, bright terpejam dan semuanya menjadi gelap.

*

"Tenangkan dirimu mew"
Off mengejar mew yang berlari menuju kudanya. Gurat resah dan khawatir sangat kentara diantara rahangnya yang keras.

"Bagaimana bisa aku tenang jika adikku saja entah dimana"
"Lalu kau akan kemana? Kau akan kembali ke daratan utama? Mencari diantara orang-orang yang berlalu lalang?"

"Aku akan ke agrosa"
"Mew"
Suara tay menghentikan langkahnya, mew menoleh menatap saudaranya itu.

"Ayo kembali, ayah memanggil putra-putranya untuk pulang"
Mew memejamkan matanya, merasakan kepalanya semakin berat.

"Tay benar mew, ayo pulang. Kita tunggu bright hingga esok. Jika tidak ada kabar, ayo cari bersama-sama"
Tidak salah jika mew amat sangat menyukai singto, singto adalah saudaranya yang paling bijak. Hanya dengan bujukan seperti ini mew kembali, mengarahkan kudanya menuju jalan utama, jalan ke tanah Gaelic.

The SlaileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang