~ Cerita 17 ~

18 1 0
                                    

Marchel Menolak Fasilitas Kendaraan

Marchel diminta Papinya untuk memakai mobil sport pemberiannya, namun Marchel tidak ingin mengubah penampilannya, meskipun jabatannya President Director,

"Kamu jangan bikin malu Papi Cel, masak sih ke kantor pakai mobil itu juga?" Protes Philip sambil menunjuk mobil Marchel. "Atau kamu diantar sama supir deh." Saran Philip

"Gak usah Pi, Marchel ingin tampil apa adanya aja, Marchel ingin buktikan bahwa jabatan itu bukanlah segala-galanya." Tolak Marchel

Marchel tetap menggunakan mobil yang biasa dia gunakan, sejak bekerja di perusahaan Bram. Baginya mobil sejuta umat itu sudah cukup mewakili penampilannya, dan sesuai dengan prinsip kesederhanaannya.

Sampai di kantor, Marchel diajak ke ruangan Subianto, President Director PIDWI Corporation.

Subianto menyodorkan brosur mobil mewah pada Marchel, "Mas Marchel, kebijakan perusahaan memberikan fasilitas kendaraan, yang sesuai dengan jabatan mas Marchel, silahkan pilih mobil yang sesuai dengan keinginan." Ucap Subianto

"Saya belum membutuhkan ini pak, nanti saja kalau memang sudah saya butuhkan." Tolak Marchel

"Ini menyangkut 'Prestige' dan citra perusahaan mas, sebaiknya jangan di tolak." Sanggah Subianto

"Saya bukannya menolak pak, saya cuma menunda untuk memanfaatkan fasilitas tersebut." Sambung Marchel.

Marchel tetap bersikukuh dengan prinsipnya, dia melihat tidak ada urgensinya harus menggunakan mobil mewah sebagai pimpinan perusahaan. Marchel tetap berpegang teguh pada kesederhanaannya, dan dia juga ingin seluruh staf dan karyawannya berprinsip seperti itu.

Subianto memberikan solusi lain, "Atau mas Marchel menggunakan fasilitas kendaraan perusahaan? Sekaligus dengan supirnya?" Tawar Subianto lagi

"Gak usah pak, nanti saja kalau saya sudah membutuhkan." Jawab Marchel. "Masih ada yang ingin dibicarakan pak?" Tanya Marchel

"Ooh, sudah gak ada mas, silahkan kalau mas Marchel mau keruangannya." Lanjut Subianto

Keluar dari ruangan Subianto, Marchel mampir ke ruangan Suci, sekretarisnya, Marchel membuka pintu ruangan Suci, "Ci ..!!saya tunggu di ruangan saya ya." Ujar Marchel, dan kembali menutup pintu ruangan Suci.

Marchel menunggu Suci di meja yang biasa untuk digunakan Marchel makan siang, baru saja Marchel duduk, pintu ruangannya di ketuk,

"Ya ... masuk!!" Sahut Marchel

"Ada yang bisa saya bantu mas?" Tanya Suci

"Silahkan duduk ci, ada yang mau saya sampaikan sama kamu." Marchel mempersilahkan Suci untuk duduk

Marchel membuka laptopnya, dia memaparkan beberapa rencana kegiatannya yang harus diatur oleh Suci. Semua yang di paparkan Marchel, berbeda dengan apa yang sudah di siapkan Suci kemarin.

Marchel menyiapkan flashdisk, untuk meng-copy filenya, untuk diberikan pada Suci, "Ini tidak mutlak seperti ini, tolong kamu sesuaikan dengan rencana yang kamu siapkan kemarin ya." Perintah Marchel

"Ada lagi yang bapak perlukan?" Tanya Suci

"Sementara cukup itu saja, oh ya, nanti makan siang saya masakan Indonesia aja ya." Jelas Marchel

***
Di rumah, Philip terlihat sedang terlibat pembicaraan telepon dengan seseorang,
"Lho? Dia tetap menolak fasilitas kendaraan perusahaan?"

(Mendengarkan)

"Di kasih supir juga gak mau? Aneh itu anak, ya udah tunggu saja sampai dia membutuhkannya."

(Mendengarkan)

"Ikuti saja keinginan dia dulu pak, yang penting di monitor terus aja." Tutup Philip

Mami Marchel yang ikut menguping dari tadi menanyakan, "Apa alasan Marchel menolak fasilitas Pi?"

"Katanya sih ingin menciptakan iklim kerja baru di perusahaan Mi, ya biar ajalah, siapa tahu bisa mengubah keadaan." Jawab Philip

"Papi dulu waktu muda keras kepala seperti Marchel gitu ya?" Sindir Mami

"Ya memang gitu, kuat memegang prinsip, dan sangat percaya diri, Papi sih bangga sama Marchel, dia gak cengeng Mi."

"Tapi ambekan kayak Papi," kelakar Mami sambil ngeloyor pergi.

Philip yang mendengar kelakar Mami, hanya terdiam sambil memandang ke arah Mami yang terus ngeloyor ke arah dapur.

***
Di ruang kerjanya, Marchel lagi bicara dengan Suci, sekretarisnya, "Selepas makan siang, mas ada meeting sama klien, dan perusahaan sudah siapkan kendaraan, berikut supirnya." Suci mengingatkan Marchel

"Gak bisa ya saya pergi sendiri?" Tanya Marchel

"Gak bisa pak, protokol perusahaan sudah seperti itu sejak dari sebelumnya." Tukas Suci

"Gak bisa diubah protokolnya? Kan gak harus kaku gitu Ci?"

"Kalau mas mau mengubah aturan protokol itu, mas harus bikini aturannya." Ujar Suci masih tetap berdiri di depan meja kerja Marchel

"Yaudah kalau memang protokol begitu, ada lagi yang harus saya lakukan selain itu?" Tanya Marchel

"Cuma itu saja mas, oh ya, makan siangnya mau saya siapkan sekarang mas?" Suci balik bertanya

"Boleh deh, kalau ada telepon buat saya nanti, kamu terima aja, jangan kasih nomor ponsel saya." Pesan Marchel

"Ok mas ..." Jawab Suci sambil berlalu dari ruang kerja Marchel.

Marchel kembali mencemaskan kehadiran Petty, yang beberapa hari terakhir tidak lagi pernah menghubunginya. Dia kuatir kalau tiba-tiba Petty muncul di kantornya.

Marchel tidak bisa melupakan sosok Bram dari dalam hidupnya, Bram adalah orang tua kedua bagi Marchel. Berkat peluang yang diberikan Bram, makanya Marchel memahami seluk beluk bisnis, dan mengerti mengelola perusahaan.

Marchel telepon Bram untuk sekadar say hallo, dan menanyakan kabarnya. Marchel juga menanyakan apakah sudah mendapatkan GM yang baru sebagai pengganti dirinya. Bram menceritakan kalau penggantinya adalah Petty, namun tetap dibawah bimbingannya sendiri.

Bram juga berpesan pada Marchel, agar kalau lagi dibutuhkan bantuannya untuk membantu Petty, tidak keberatan. Marchel hanya bisa menjawab, kalau memang kebetulan tidak sibuk, bisa ikut membantu.

"Siap pak!! kapan pun dibutuhkan saya siap membantu, asal kebetulan memang saya tidak terlalu sibuk." Ujar Marchel

"Ya kamu tahu sendirilah, Petty itu harus terus diawasi Cel, belum bisa dilepas sepenuhnya, bedalah sama kamu..," tutur Bram

"Yang diperlukan Petty, hanya kepercayaan pak, kalau bapak kasih wewenang, saya rasa dia akan bertanggung jawab." Sambung Marchel

"Belum bisa di kasih kepercayaan Cel, seperti yang kamu pernah bilang, improvisasinya suka berlebihan, di luar aturan yang ada." Bram mengkhiri pembicaraannya dengan Marchel.

Bagi Marchel bisa terus menjalin silaturahmi dengan Bram, adalah cara dia untuk membalas budi baik Bram. Selain itu juga membantu Papinya, yang memilki saham di perusahaan Bram.

Sebelum jam makan tiba, Suci dan OB memasuki ruang kerja Marchel. Suci menata makanan yang sudah disiapkan OB, dan juga menyiapkan buah-buahan sebagai makanan penutup.

OB meninggalkan ruangan Marchel, sementara Suci masih menata makanan dan mengecek jika masih ada yang kurang. Marchel beranjak dari meja kerjanya ke meja makan, Suci tidak menyadari kalau Marchel sudah menuju ke arahnya.

Dalam posisi membelakangi Marchel, dia berbalik arah ingin mempersilahkan Marchel untuk makan siang, begitu dia berbalik badan, dia keget Marchel ada di belakangnya. Suci hampir jatuh, untungnya Marchel dengan sigap menahan tubuhnya.

Bersambung..

Om Nikah Yuk! - Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang