Asha dan Program Hamil
Marchel dan Asha duduk di ruang tamu, setelah mereka selesai makan siang. Marchel merasa sangat bahagia karena kemesraannya dengan Asha kembali seperti semula. Dia ingin seterusnya keadaan rumah tangganya seperti sekarang ini.
Marchel menanyakan pada Asha, "Apa yang menjadi keinginan kamu dalam waktu dekat ini Sha?"
Asha yang merasa tidak punya keinginan lain selain melaksanakan program hamil, hanya menjawab, "Aku gak punya keinginan lain mas, aku cuma punya keinginan untuk hamil lagi." Sahut Asha
"Maksud aku gini Sha, In Sha Allah kehidupan kita akan semakin baik, apa yang kamu inginkan, agar aku sebagai suami kamu bisa memenuhinya?" Terang Marchel
Lagi-lagi Asha memberikan jawaban yang sangat ringan, "Aku cuma ingin ketenangan mas, tidak ada kinginan lain selain dari pada itu."
"Bagi sebagian orang, ketika karir suaminya meningkat, maka banyak keinginan isterinya yang harus terpenuhi, sementara kamu cuma ingin ketenangan, cuma itu Sha?"
"Ya cuma itu mas, buat apa aku minta ini, minta itu, tapi kalau pada akhirnya aku tidak punya ketenangan, aku biasa hidup tidak materialistik mas.." Jawab Asha
Marchel merasa kesulitan untuk menjelaskan pada Asha, meskipun sebenarnya dia faham apa yang sebetulnya Asha inginkan. Marchel tahu kalau Asha bukanlah tipe isteri yang suka meminta, namun dia sangat menghargai pemberian suami.
"Ada keinginan aku untuk membahagiakan kamu Sha, dengan membelikan kamu sesuatu, kamu mau gak?" Marchel mencoba mengubah strateginya
"Kalau kamu memberikan sesuatu buat aku, pastinya aku terima mas, apa pun itu wujud barangnya."
Marchel merapatkan duduknya ke dekat Asha, dia memeluk Asha, "Permintaan kamu itu semuanya sederhana Sha, hanya saja aku takut tidak bisa memenuhinya." Terang Marchel
Asha menatap Marchel yang ada disebelahnya, "Kenapa begitu mas? Terlalu beratkah keinginan aku?"
"Ya Sha, karena aku manusia yang lemah, seperti halnya mahluk Tuhan yang lainnya."
"Kok kamu nyerah mas? Kan permintaan aku sederhana?"
"Aku tidak bisa menjamin kalau hidup kita akan tenang selamanya Sha, semakin tinggi pohon, semakin kencang angin yang menerpanya."
"Tapi setidaknya kita bisa tenang dong mas ... asal kita tidak mencari masalah."
Marchel mempererat pelukannya, sebagai isyarat dia setuju dengan apa yang dikatakan Asha. Marchel merasa cintanya pada Asha tidak sia-sia, karena Asha sama sekali tidak tergoda dengan kemewahan hidup.
Tidak ada keinginan Asha yang dianggap Marchel sangat berlebih-lebihan, semua masih terkontrol, dan Asha sangat tahu mematut diri.
Dalam obrolan mereka berdua, tidak sedikit pun Asha mengemukakan keinginan tentang segala hal yang menyangkut kebendaan. Sebagai seorang pewaris kekayaan Philip Dwisasono, Marchel bisa sama memenuhi segala keinginan Asha, namun Asha tidak memanfaatkan keadaan itu.
***
Papi dan Mami Marchel ngobrol di ruang tamu sehabis makan siang, Mami mempersoalkan kenapa Asha tidak hamil lagi, setelah Brama berumur delapan bulan."Kita tunggu Pi, apakah Asha nanti hamil anak yang kedua, semoga itu baru benar cucu kita." Ujar Mami
"Lho!! Kok Mami masih terus ragu sama Brama? Kan Brama juga anak Marchel?" Tanya Papi
"Mami baru yakin kalau Asha sudah hamil lagi Pi, selama Asha belum hamil lagi, Mami belum yakin kalau Brama anak Marchel."
"Mami ini kok aneh sih? Sama anak sendiri aja gak percaya? Marchel itu pewaris tunggal kita lho Mi?"
Mami Marchel punya feeling kalau Brama bukanlah anak Marchel, karena dia melihat tidak ada sama sekali 'gen' Marchel dalam diri Brama. Itulah makanya Mami sangat berharap kalau Asha hamil lagi, dan melahirkan anak kedua, dengan demikian baru bisa diketahui kalau Marchel bisa menghamili Asha.
Sementara Papi Marchel sudah menepis keraguannya terhadap Brama, dia sangat yakin kalau Brama adalah darah daging Marchel. Dia melihat sendiri, bagaimana Marchel sangat cemas saat Brama sakit, dan perhatian Marchel pada Brama sangat intens.
***
Dengan masih bermanja-manja pada Marchel, Asha bilang, "Mas tahu gak kenapa aku ingin hamil lagi?" Tanya Asha"Emang kenapa Sha? Karena Brama udah gede ya?" Marchel balik bertanya
"Biar Papi dan Mami yakin kalau Brama adalah anak kamu mas, dan sebagai bukti kamu memang bisa menghamili aku."
Marchel yang tadinya sibuk dengan ponselnya, seketika menatap pada Asha yang ada di sebelahnya, "Cerdas kamu Sha ... kok aku gak mikir hal itu ya? Harusnya sejak kita Nikah, kamu sudah siap hamil Sha."
"Kemarin dokter juga bilang, mestinya saat anak pertama umur 6 bulan, sudah boleh hamil lagi mas.."
Marchel sangat berharap, dengan kehamilan Asha nantinya, bisa menepis keraguan Papi dan Maminya terhadap Brama. Sebagai anak satu-satunya bisa memberikan keturunan dalam 'Klan' keluarga Papinya.
Regenerasi Papinya bisa bertambah dari Marchel, meskipun Papi dan Maminya hanya bisa melahirkan dia sebagai anak satu-satunya. Marchel ingin mendapatkan banyak anak dari Asha, bukan hanya satu anak.
Program kehamilan Asha, dianggap sebagai momentum bagi Marchel untuk menambah keturunan dalam Klan Papinya. Bagi Marchel ini saatnya untuk menunjukkan pada Papi dan Maminya, bahwa dia mampu memberikan keturunan pada Asha.
"Kita berdua ini dari 'Gen' yang memiliki satu keturunan mas, kamu anak tunggal, aku juga gitu."
"Ya Sha, aku baru kepikiran soal itu, semoga kita bisa memberikan lebih dari satu anak ya."
"Mumpung usia aku masih muda mas, dalam dua tahun kedepan, biarin deh aku hamil terus, setelah punya tiga anak, baru aku istirahat hamil."
"Tapi memang, semua ini Allah sudah mengaturnya Sha, kita cuma bisa berencana, keputusannya total di tangan Allah."
"Mas kalau mau fokus ke perusahaan Papi, sekarang saatnya, satu dua tahun ini kita siapkan semua pondasi keluarga."
Marchel kadang terkaget-kaget dengan pemikiran Asha, terlebih lagi di saat perasaannya lagi tenang dan nyaman. Gagasannya selalu di luar dugaan Marchel, dia memikirkan berbagai strategi untuk kedepan.
Marchel beranjak ke arah kulkas, "Besok mas sudah mulai ngantor di PIDWI Corporation Sha, dengan suasana baru, dan menghadapi orang-orang baru."
"Hati-hati aja mas, orang muda di posisi empuk kayak gitu, banyak yang naksir lho.." Canda Asha
"Mulai deh ... ntar aku dicurigai deh," balas Marchel
"Aku gak curiga sih mas, cuma ngingatin kamu, kan kamu bilang, semakin tinggi pohon, semakain kencang angin menerpa."
Dengan membawa satu botol air dingin, dan sebuah gelas, Marchel kembali duduk disisi Asha, "Kamu benar Sha, ingatkan aku ya kalau mulai salah langkah." Ucap Marchel sambil menatap ke arah Asha.
Saat terdengar suara tangisan Brama, Marchel langsung sigap bergerak ke arah tempat tidur Brama, "Sini sayang, sama Papi ya, gak lama lagi kamu punya dede." Goda Marchel sambil menggendong Brama.
"Sini mas, kayaknya dia haus tuh, udah waktunya dia aku susui." Asha mengambil Brama dari Marchel, dan menyusuinya.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Nikah Yuk! - Season 2
RomanceIni Cerita Dewasa 18++ Ini cerita Lanjutan dari "Om Nikah Yuk" Season 1 yang sudah selesai penayangannya. Dalam cerita ini Marchel dan Asha sudah nikah secara resmi..seperti apa Asha bisa di terima Orang Tua Marchel? Baca kelanjutan ceritanya