~ Cerita 9 ~

16 3 3
                                    

Asha Marah Besar pada Marchel

Marchel merangkul Petty, dan mengajaknya untuk duduk, "Pet, apa yang akan kamu lakukan itu, bukan cuma merugikan aku, kamu juga akan terima aibnya." Ucap Marchel dengan nada membujuk Petty

"Kamu mengaku hamil, tapi pada kenyataannya tidak, itu kamu sudah melakukan pembohongan, ada sanksi hukumnya Pet, dan Papa kamu pasti kecewa." Lanjut Marchel

Petty menggeser duduknya agar berjarak dari Marchel, "Aku juga mau rasional menyukai kamu mas, tapi aku juga gak rela dengan keberuntungan Asha." Ucap Petty tanpa memandang ke arah Marchel

"Salahnya Asha apa? Inikan hanya masalah waktu pertemuan kita yang tidak tepat Pet?" Tambah Marchel

"Yaudah, kalau mas harus segera pulang, silahkan, aku tidak bisa menahan kamu mas."

"Kita tetap bisa ketemu Pet, kapan pun kamu mau, aku akan siap temani kamu, jagalah nama baik pak Bram." Pungkas Marchel

Marchel meninggalkan Petty sendiri di cafe, dia harus segera pulang. Marchel tidak bisa menghindar dari Petty, dan dia tidak bisa bersikap kasar terhadap Petty.

Marchel tahu kalau Petty sengaja mengatur pertmuan di cafe itu, karena dia juga sudah menyiapkan kamar hotel untuk dia kencan berdua Marchel.

Diperjalanan pulang, Petty kembali kirim pesan WA pada Marchel,
"Mas, janji kamu akan terus aku tagih, jangan cuma janji mas!!" Pesan Petty

Marchel langsung menghapus semua pesan yang masuk dari Petty, dia tidak ingin kalau Asha sampai membaca pesan-pesan dari Petty.

Marchel sampai di rumah lewat Maghrib, dan Asha sudah menunggunya dengan gelisah,

"Ngobrol apa aja sih mas sama pak Bram? Sampai berjam-jam gitu?"

"Banyaklah, dari soal pekerjaan, sampai soal Petty."

"Kok Petty lagi sih? Emang kamu mau di jodohin sama Petty?"

Ada perasaan cemburu dalam diri Asha terhadap Petty, feeling Asha terhadap Petty sangat kuat. Asha paling tidak suka kalau Marchel bicara tentang Petty, bagi Asha, Petty adalah duri dalam rumah tangganya.

"Mas sholat Maghrib dulu ya, ntar kita lanjutkan." Ujar Marchel sambil buru-buru ke kamar mandi untuk wuduk.

Asha hanya geleng-geleng kepala mengetahui kalau Marchel yang belum sholat Maghrib, "Buruan lho mas, sebentar lagi habis Maghrib-nya." Cetus Asha.

Selama Marchel sholat Maghrib, Asha belum lepas pikirannya dari Petty. Ada kecurigaan yang tetap dia tahan, karena dari gesture tubuh Marchel, Asha merasa Marchel tidak mengatakan yang sesungguhnya.

Selepas Marchel sholat Maghrib, Asha menawarkan untuk makan,
"Mas mau makan dulu, atau mandi dulu? Kalau mau makan, aku siapkan sekarang nih?"

Marchel menghampiri Asha yang masih duduk di sofa, "Sebentar lagi ya makannya, kamu masih ada yang mau di omongkan gak?" Tanya Marchel sambil memegang tangan Asha

Asha menatap Marchel, "Apa yang perlu aku omongkan lagi, rasanya aku sudah kehabisan kata-kata mas."

Marchel menundukkan kepala, mengalihkan pandangannya dari tatapan mata Asha, rasanya dia tidak sanggup menatap mata Asha yang memendam amarah.

"Kenapa mas gak mau menatap mata aku? Masih adakah yang mas sembunyikan dari aku?" Mata Asha mulai basah

Marchel memeluk Asha, "Ya sha .. aku gak sanggup untuk mengatakannya, aku takut kamu marah." Ucap Marchel sembari mengusap airmata Asha.

"Sejak kamu mabuk dengan Petty, rasanya aku sudah gak bisa marah mas, karena aku sudah bisa membayangkan rentetan peristiwanya mas." Asha mulai tersedu

"Aku pernah nakal mas, dan aku tahu apa yang dilakukan pasangan pria dan wanita saat mabuk." Lanjut Asha

Marchel masih terdiam, dia tidak tahu mau mulai cerita dari mana, tentang peristiwa yang dialaminya sama Petty. Hatiny hanya ingin berkata jujur dan apa adanya pada Asha, karena itu sangay mengganjal dalam pikirannya.

Dengan terbata-bata, Asha meneruskan ucapannya, "Mas katakan aja, aku sudah siap menerima cerita yang terburuk sekalipun." Sambung Asha

Karena terus di desak Asha, akhirnya Marchel menceritakan semua peristiwa yang dialaminya dengan Petty. Asha mendengarkan semua cerita Marchel, tanpa memandang kearah wajahnya.

Dia tidak bisa lagi menahan airmatanya yang tumpah membasahi kedua pipinya, mendengarkan keseluruhan cerita Marchel,

"Cukup mas!! Ini sangat menyakitkan mas!!" Sentak Asha.

Asha langsung berdiri, dan menuju ke arah lemari pakaian. Dia mengambil travel bag, dan mengeluarkan pakaiannya dari lemari. Dia masukkan semua pakaiannya ke dalam travel bag.

Dia juga mengambil semua alat make up nya, yang ada di meja rias dan di kamar mandi. Di masukkannya dalam satu tas jinjing.

Marchel menghampiri Asha, "Sha, kamu mau kemana? Maafin aku Sha, aku cuma mau jujur sama kamu Dha, semua itu bukan atas keinginan aku Dha." Ucap Marchel dengan memelas

"Sekarang kamu antar aku sama Brama, kerumah Bibi mas, aku mau menenangkan diri disana, Narti terserah kamu mau di ke manakan." Tegas Asha.

"Aku menyesal berkata jujur sama kamu Sha, kalau aku tahu akan begini jadinya."

"Gak perlu di sesali mas, itu memang harus kamu katakan, daripada aku tahu belakangan."

"Tapi kan, jadinya begini Sha, ini hal yang gak aku inginkan Sha.."

"Kamu selesaikan urusan kamu sama Petty dulu, setelah itu baru kamu jemput aku."

Asha mengambil Brama di tempat tidurnya, dia ganti pakaian Brama. Setelah semua rapi, sambil menggendong Brama, dia seret travel bagnya ke ruang tamu.

"Kalau Papi dan Mami Tanya kamu, aku harus bilang apa Sha?" Tanya Marchel

"Aku rasa kamu sudah tahu jawaban semuanya mas, gak perlu aku ajarin kamu mas." Ucap Asha dengan ketus

Ucapan Asha itu sangat menohok Marchel, seakan-akan dia kehabisan kata-kata untuk meneruskan ucapannya. Marchel sangat menyesal sudah berterus terang pada Asha.

Marchel seperti orang kebingungan, semua di luar dugaannya. Hatinya sangat kesal terhadap Petty, gara-gara Petty semuanya jadi berantakan. Dia mencoba membujuk Asha,

"Sha ... masih bisa gak ini kita perbaiki," bujuk Marchel. "Aku siap harus melakukan apa pun Sha, asal kamu gak keluar dari sini." Marchel berusaha untuk memeluk Asha, namun Asha menolaknya

"Aku perlu menenangkan diri dulu mas, biarkan aku ke rumah Bibi, mas selesaikan urusan sama Petty."

"Tapi, semuanya jadi berantakan Sha, bahkan aku jadi malas menerima jabatannya dari Papi Sha."

"Kamu gak usah gitu mas, jangan cengeng dong!! Itukan karir kamu, masa depan kamu."

"Apa artinya Sha? Kalau tanpa kamu dan Brama, aku semangat untuk semua itu, karena kamu dan Brama Sha.."

Asha seakan tidak lagi peduli dengan apa yang di katakan Marchel, meskipun dia tahu kalau Marchel melakukan itu semua di luar kehendaknya. Namun dia tidak bisa menerima kenyataan, kalau Marchel sudah pernah tidur dengan Petty.

Ingin rasanya Marchel mengatakan pada Asha, kalau dia bisa menerima Asha, meskipun dia tahu kalau Asha adalah wanita simpanan Bram. Namun dia tidak sampai hati untuk mengatakan itu.

Marchel dengan berat hati harus mengantarkan Asha, ke rumah Bibinya. Dan Marchel harus siap menjawab pertanyaan Papinya, kalau seandainya keberadaan Asha di pertanyakan.

Bersambung..

Om Nikah Yuk! - Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang