Detik-detik Kepergian Philip
Dalam ruang ICU, kondisi Philip semakin kritis, semua yang melihat keadaan Philip sangat bersedih. Mami Marchel sangat tabah menghadapi keadaan itu, dia mengingatkan Marchel yang ada di sampingnya,
"Marchel.. kita harus meringankan Papi, harus mengikhlaskan apa pun yang sedang dihadapi Papi, cuma itu cara kamu melepaskan beban Papi." ucap Mami Marchel
"Ya mi, Marchel sudah mempersiapkan diri menghadapi kondisi yang terburuk sekali pun, semoga Allah berikan Papi kesembuhan ya Mi." jawab Marchel
Dokter keluar dari ruang ICU, Marchel buru-buru menghampiri, menurut dokter Papi Marchel sudah melewati masa kritis. Namun dokter berpesan jangan terlalu banyak diajak bicara dulu, kalau seandainya nanti sudah siuman lagi.
Philip masih harus tetap di ruangan ICU, meskipun sudah melewati masa kritis, karena dikhawatirkan kalau di ruangan perawatan terlalu bebas dibesuk. Philip harus banyak istirahat, belum boleh diajak bicara.
Malam semakin larut Marchel minta pada Maminya, juga Melissa dan Asha untuk segera pulang,
"Mami sebaiknya istirahat di rumah ya, biar Marchel aja yang jaga disini, Mama dan Asha juga, biar Brama bisa istirahat." ujar Marchel
"Kalau ada hal penting kabari Mama ya Cel, Asha dan Brama sama bi Hana, ikut Mama ke hotel," pesan Melissa. "Oh ya Cel ... Mami kamu biar Mama yang antar kerumah ya." lanjut Melissa
Asha menghampiri Marchel, dan memeluknya, "Mas kamu yang kuat ya, kabari aku ya mas, kalau ada apa-apa dengan Papi." ucap Asha dengan sedih
Marchel seperti kehabisan kata-kata menghadapi situasi itu, baru kali ini dia merasa takut kehilangan Papinya. Padahal selama ini dia sering meninggalkan Papi dan Maminya, tapi kali ini serasa tidak ingin sama sekali meninggalkan Papinya.
Setelah semuanya pulang, hanya tinggal Marchel sendiri yang ada di ruang tunggu. Marchel hanya bisa melihat kondisi Papinya dari luar jendela ruang ICU.
***
Saat mengantar Mami Marchel pulang, di mobil Mami cerita tentang Philip pada Melissa,"Papi itu tiba-tiba bilang ingin kumpul bersama dengan keluarga Asha bu, saya juga heran gak seperti biasanya." cerita Mami
"Saya juga sempat punya pikiran, pulang dari Bali nanti, ingin ingin kumpul di Pondok Indah bu, tapi saya sih gak menduga kalau pak Philip lagi sakit."
"Mudah-mudahan semua itu isyarat yang positif ya bu, semoga Papi diberikan Allah panjang umur.." sambung Mami
"Aamiin.. kita semua berharap begitu bu." jawab Melissa
Asha yang lagi menyusui Brama, hanya terdiam dalam kesedihan. Dia tidak bisa ber kata-kata lagi, hanya doa yang bisa dipanjatkan Asha. Begitu juga dengan bi Hana, walau pun tidak pernah ngobrol dengan Philip, namun dia juga ikut bersedih dengan keadaan tersebut.
***
Keesokan paginya, Marchel mengabarkan kalau Philip kembali kritis. Semua kembali berkumpul di rumah sakit, Philip sama sekali sudah tidak bisa diajak berkomunikasi.Saat Melissa dan Asha datang, tanpa Brama juga bi Hana dan Narti. Marchel sedang menangis sedih menatap ke dalam ruang ICU, dimana dokter sedang menangani Philip yang sedang kritis.
Asha menghampiri Marchel, dan memeluknya dari belakang, "Mas relakan Papi ya ... ini yang terbaik mas bagi Papi, juga kita semua." ujar Asha, yang juga tidak mampu menahan kesedihannya
"Marchel, Mami sudah dikabari soak kondisi Papi?" tanya Melissa
"Udah Ma, cuma Marchel kasih pilihan buat Mami, kalau Mami sudah ikhlas, gak perlu datang, karena kondisi Mami juga lagi kurang seat Ma.." jawab Marchel
"Ya sebaiknya memang gitu Cel, karena kasihan juga melihatnya di rumah sakit. Kita pasrahkan Kepada Allah aja Cel, kalau memang sudah waktunya."
Dalam ruang ICU, terlihat Philip kembali tidak sadarkan diri, semua peralatan medis masih lengkap terpasang. Dokter pun masih sibuk melakukan tindakan medis.
Marchel menatap jauh kedalam ruang ICU, matanya belumlah kering, dia melihat kalau dokter sudah melakukan berbagai tindakan dengan sangat maksimal.
Monitor detak jantung terlihat semakin tidak stabil, dokter kembali menggunakan alat pompa jantung, namun detak jantung Philip tak kunjung stabil.Dokter memandang ke arah Marchel yang masih menatap ke dalam ruang ICU, sejenak kemudian doktek mengelengkan kepala sambil memandang ke arah Marchel, yang mengisyaratkan kalau Philip tidak lagi bisa diselamatkan.
Dengan menyandarkan keningnya ke jendela ruang ICU, Marchel menumpahkan tangisnya yang tertahan. Begitu juga Asha yang masih memeluk Marchel dari belakang, tak kuasa lagi menahan tangisnya. Semua berduka, Philip meninggalkan mereka untuk selamanya.
Marchel membalikkan badannya, dipeluknya Asha, "Sha.. kamu sudah maafin Papi ya?" tanya Marchel. Maafin Papi ya Sha, kalau ada ucapan Papi yang menyakiti kamu, selama hidupnya.." lanjut Marchel
"Mas.. jauh-jauh hari aku sudah memaafkan Papi, aku tidak pernah menyimpan kebencian sedikit pun.." jawab Asha
"Ya udah Marchel, kamu urus jenazah Papi dulu ya, biar Mama sama Asha tunggu di sini, takut ada tamu yang datang." suruh Melissa
Marchel meninggalkan Melissa dan Asha di ruang tunggu ICU, dia mengurus jenazah Philip. Setelah disemayamkan di ruang Jenazah, jenazah Philip segera dibawa ke rumah Pondok Indah.
Para kerabat, juga para sahabat almarhum Philip berdatangan ke rumah Pondok Indah. Banyak para pejabat pemerintah, dan Mantan Menteri yang juga melakukan Takziah ke rumah Pondok Indah.
Dari kerumunan tamu yang melakukan Takziah tersebut, terlihat keluarga Bram yang juga hadir. Sosok Yanuar pun hadir diantara keluarga Bram. Tanpa disengaja, Yanuar melihat sosok Melissa hadir diantara tamu.
Yanuar berusaha melihat dengan pasat sosok Melissa tersebut, dia yakin itu Melissa mantan isterinya, setelah Melissa melepaskan kacamata hitamnya. Yanuar perlahan-lahan melipir keluar dari kerumunan keluarga Bram, dia takut Melissa dan Hana melihat kehadirannya.
Yanuar yang merasa tidak punya kepentingan terhadap kehadirannya di rumah almarhum Philip, dia pun meninggalkan rumah itu tanpa sepengetahuan Bram. Yanuar kembali tidak bertemu dengan Asha, juga Melissa, dia benar-benar takut keluarga isterinya tahu.
Setelah di semayamkan di rumah Pondok Indah, jenazah Philip dibawa kepemakaaman Jeruk Purut. Keluarga Bram juga hadir dipemakaman, namun Yanuar tidak kelihatan di pemakaman. Melissa dan Asha hadir mendampingi Marchel dan Maminya.
Sebagai Mantan Jenderal Angkatan Darat, pemakaman Philip dilakukan dengan secara militer, dengan komandan upacaranya Kepala Staf Angkatan Darat. Upacara pemakaman berjalan dengan sangat hikmat.
Philip dikenang jasa-jasanya saat menjabat sebagai bagian dari pejabat dilingkungan TNI Angkatan Darat, yang cukup berpengaruh. Marchel putra satu-satunya almarhum pun banyak menerima ucapan belasungkawa dari para pejabat pemerintah yang sedang berkuasa.
Setelah selesai acara pemakaaman, sampai di rumah Mami Marchel memberikan beberapa wasiat almarhum Philip pada Marchel, wasiat itu terkemas rapi dalam sebuah brankas yang disimpan di kamar utama. Mami Marchel sendiri tidak diberi tahu apa isi wasiat dari Philip.
Bersambung..
Jangan lupa subscribe, review, dan vote-nya, penulis sangat mengharapkan apresiasinya dari para pembaca, karena kelanjutan cerita ini sangat tergantung respon pembaca sekalian. Terima kasih sudah membaca cerita saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Nikah Yuk! - Season 2
RomanceIni Cerita Dewasa 18++ Ini cerita Lanjutan dari "Om Nikah Yuk" Season 1 yang sudah selesai penayangannya. Dalam cerita ini Marchel dan Asha sudah nikah secara resmi..seperti apa Asha bisa di terima Orang Tua Marchel? Baca kelanjutan ceritanya