11. Salah

379 56 14
                                    

“Yuk, Shi. Pulang bareng aku lagi.” Lucky nungguin dekat pintu kelas.

Shishi yang lagi gandengan sama Lia saling pandang dan Lia memasang wajah gak setujunya.

“Shishi mau pulang sama gue, Kak,” ujar Lia sambil tersenyum palsu.

“Lo pacar Jemian, kan? Kayaknya Jemian lagi nunggu deh di parkiran,” balas Lucky pada Lia.

“Ayo, Shi. Aku mau ngomong penting banget.” Lucky natap Shishi dalam banget, tatapan memohon.

Shishi lihat ke sekitar kayaknya teman sekelasnya lagi pada liatin dirinya sama Lucky yang kayak drama ini, dan Shishi lihat Arjun yang sengaja ngelus dadanya dan berekspresi seolah itu sakit. Apaan dah nih si Arjun.

Mau tak mau akhirnya Shishi ngangguk.

“Gue pergi, Li. Gak enak jadi bahan tontonan,” bisiknya pada Lia, dan sahabatnya itu cuma mendengus sebal.

“Temen kamu itu pacarnya Jemian kayaknya gak suka ya sama aku?” ujar Lucky setelah berlalu meninggalkan Lia.

“Kata siapa? Nggak, kok,” jawab cewek itu cepat.

Shishi ngerasa Lucky hendak genggam tangannya dan dengan secepat itu pula Shishi pura-pura ngambil handphone di saku.

“Kakak gak biasanya bawa mobil,” ujar Shishi setelah Lucky ikut nyusul dan duduk di depan kemudi.

“Motor lagi di bengkel, ini juga mobil bokap,” jawab Lucky sambil langsung lajuin mobilnya.

Shishi mulai main HP, dan terkejut banget buka chat dari Theo. Katanya Theo ada di depan sekolah Shishi mau jemput pulang. Nyesel gak buka HP dari tadi, jangan-jangan Theo lihat Shishi sama Lucky, batinnya panik.

Shishi harus alesan gimana sama Theo?

“Shi, kok gak jawab?”

Eh? Cewek itu langsung noleh ke Lucky.

“Kenapa, Kak?”

Urusan Theo biar nanti aja, Shishi masukin HP lagi.

“Kok kamu gak pernah keliatan tiap aku tanding basket atau cuma sekedar latihan?” Apa itu pertanyaan ulang? Kayaknya iya, kelihatan dari wajah Lucky yang kesel.

“Ah iya, Kak.” Shishi cengir aja, kalau dia bilang gak suka basket takutnya itu menyinggung.

“Besok-besok sekali-kali liat ya, aku juga kan pengin disemangatin kamu.” Lucky mengerucutkan bibirnya kayak manja gitu.

“Iya, Kak.” Cewek itu mengangguk aja.

Shishi nunggu Lucky nembak dia tapi gak nembak-nembak, maksudnya Shishi mau nolak Lucky. Mau bilang duluan gak bisa jadi pacarnya takut Shishi disebut kegeeran.

“Lho, Kak. Ini kan bukan arah rumah Shishi,” ujar Shishi yang terkejut, baru nyadar dengan jalanan.

“Iya, kita jalan dulu sekarang. Habisnya kamu tiap diajak jalan pas weekend gak bisa mulu, aku mau main ke rumah juga gak boleh.”

Shishi nelen ludah dengan kasar dengar ucapan Lucky, mau sumpah serapahi dia tapi sayangnya Shishi hormatin dia sebagai kakak kelas. Iya, meskipun sumpah serapahi di dalam hati doang Shishi gak berani.

“Boleh kan aku pegang tangan kamu?”

Iya, mereka pegangan tangan kayak yang lagi pacaran beneran padahal Shishi gak jawab apa-apa, gak pernah iyain atau ngangguk setuju Lucky pegang tangannya. Shishi mau bilang jangan tapi gak bisa. Lucky nganggap diamnya Shishi itu mau. Oke, pas pulang nanti Shishi mau lurusin semuanya.

Di tengah-tengah mereka nonton, pergerakan Lucky bikin Shishi gak nyaman banget dari tadi. Dan Shishi selalu usaha agar tujuannya itu selalu gagal, apa pun itu, Shishi usaha gak kontak fisik sama dia.

GREED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang