✨Mina membuka lemari besi di hadapannya terdapat kepulan debu yang tebal yang sudah lama tidak dibuka sama sekali. Ada potret seorang pria tampan dengan kemeja putih dan juga kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, ialah Raxcel Praxedes.
"Uncle! " gumam Mina taklama tangisannya pecah di depan almari sang paman yang sudah meninggalkannya 20tahun yang lalu dan meninggalkan luka yang serius di hatinya. "Kenapa kamu pergi begitu cepat?!" Mina menepuk dadanya kencang.
Ia menghapus air matanya bukan saatnya untuk membuangnya, ia merogoh ponselnya dari tas dan yang ia dapatkan malahan ponsel merah jambu, milik Xedes.
Mina pulang ke rumahnya membuka semua lemari pakaiannya dan ia menemukan apa yang di carinya yaitu ponsel asli miliknya yang di simpan Xedes dengan rapih.
Mina menelpon Rudolf. "Kirimkan aku data milik Cleopatra Douglas, lakukan segera dan hati-hati"
"Baik Boss. Tapi kemana saja kau selama ini? "
"Nanti saja bertanya-tanya nya aku tidak membutuhkan pertanyaanmu itu"Mina menutup panggilannya.
Ia menjalankan kendaraannya lagi kali ini laboratorium milik pak tua, mobil Mina telah terparkir cantik di dalam lobi, ia tidak mau berbasa-basi dengan langkah tegas ia masuk ke kantor kakeknya.
" jelaskan Pak Tua semuanya dengan rinci" Mina duduk di hadapan Tuan Axel dengan tegas.
"Apa maksudmu Nona muda? " tanya tuan Axel bingung.
"Obat apa yang kau masukan dalam tubuhku berapa banyak dosisnya? " cecar Mina.
Tuan Axel tersenyum ternyata cucunya masih bisa kembali kedalam tubuhnya. "Mina? " tanyanya.
Mina membalikkan tubuhnya menghadap langsung pada kakeknya. "Aku tidak cukup banyak waktu untuk menanggapi basa-basimu tolong cepat katakan obat apa yang kau masukan dalam tubuhku? " ulangnya dengan tekanan di tiap kalimatnya.
"Racun bunga" gumam tuan Axel ia menundukkan kepalanya di depan Mina.
Mina tercekat hal tersebut yang baru ia lihat seumur hidupnya sebab pak tua itu sangat menjungjung harga dirinya.
"Maafkan aku nak. Demi ingin melihat kau kembali dalam ragamu aku membuat racun yang mematikan untuk tubuhmu" Tuan Axel menyesalinya sekarang ini.
"Ck, sudahlah" Mina memegang bahu kakeknya dan menatapnya tegas. "Inilah hidupku biarlah berakhir dengan semestinya aku tidak mau melihat kau menangis seperti ini lagi cukup dengan kepergian Uncle yang tidak bisa aku terima" tuan Axel sangat terpukul kala itu saat melihat anak bungsunya tewas di tangannya sendiri karena terpaksa, ia terpaksa harus membunuhnya karena permintaan Raxcel sendiri yang tidak kuat dengan kondisi tubuhnya yang seperti monster.
Tuan Axel mengangguk. Mina meninggalkan kakeknya kearah laboratorium terdapat beberapa cairan yang ia hapal dan Mina membuat ulang obat tersebut berikut dengan cairan penawarnya. Tak perlu beberapa hari karena dalam satu jam obat itu telah berhasil ia cetak.
"Obat itu terlalu keras bisa menyebabkan organ tubuhmu rusak semuanya" tegur tuan Axel menasehati.
Mina tersenyum. "Baik di mengerti"
***
Arca tengah memikirkan sesuatu di sofa tamu ia tengah menunggu Mina. Mina datang dengan pandangan datarnya menyimpan tasnya dan merebahkan tubuhnya di bahu Arca.
"Hari yang melelahkan" seru Mina dengan melihat plafon.
Arca tersenyum. "Memangnya kau habis darimana Nyonya Douglas? "
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA (Hate Love and Die) S E L E S A I
Random"Ed tolong aku" Arca menyuruh Dr.Edwin mendekat sedangkan Dr.Edwin masih belum paham. "Siapa yang sakit No?" Tanyanya yang memanggil nama akhir dari Arca. "Saya" Dr.Edwin mau bertanya lagi namun segera di potong Arca segera "senjataku terluka Ed" ∆ ...