32. Die?

7 4 2
                                    

  

✨Kuburan basah dibawahnya terdapat peti mati yang berisikan ketua Agen Rahasia milik Praxedes yang di juluki Nerium Oleander atau singkatnya NeO dengan paras menawan istri dari seorang Douglas muda yang kini tengah terisak di atas makam dengan segenggam bucket bunga Oleander di tangannya tidak menghiraukan sama sekali efek racun dari bunga tersebut. Seperti mimpi, jika ini mimpi tolong bangunkanlah ia. Namun saat rasa tanah basah meresap di tangannya ia kini tidak sedang bermimpi dan inilah kenyataannya bahwa sang kekasih hatinya belahan jiwanya tengah berbaring di bawah sana meninggalkan dirinya sendirian.

"Maafkan aku sayang. Tolong bangunlah lagi jangan tinggalkan aku" Sungguh jika itu terjadi ia akan langsung menggali kembali peti mati tersebut dengan kedua tangannya.

Arca memeluk nisan yang bertuliskan R. I. P  WIHELMINA KEANDRA PRAXEDES.

"Arghhhh... " Arca berteriak kearah langit yang mendung dengan kencang saat teriakannya reda beberapa tetes hujan membasahi wajahnya.

Gerimis mulai turun hingga hujan deras telah tiba. Blake datang dengan para pengawalnya membangunkan Arca dari keterpurukannya dan menggiringnya pulang ke kediamannya.

Dan saat di kediamannya Arca hanya termenung dan bukan sifatnya sama sekali, bahkan saat dulu jika Arca merasa frustasi ataupun bosan hanya alkohollah yang menjadi temannya namun kini Arca hanya duduk termenung di atas balkon menyaksikan percikan air hujan yang belum reda.

Blake merasa saatnya ia menemani bossnya dari dekat dengan beberapa bir di tangannya ia bermaksud ingin menghibur tuannya namun siapa sangka bossnya meminta sesuatu hal yang tabu untuknya.

"Bawakan aku jus pare" itulah permintaan Arca.

Blake menghubungi koki untuk menyiapkan jus yang di pesan.

"Apakah Anda tidak ingin yang manis Tuan? " tanya Blake basa-basi.

Arca tersenyum masam. "Kapan kita bertemu Blake? " tanyanya.

"Tidak tahu Tuan. Yang saya tahu saat saya punya memori otak Anda sudah ada di dekat saya" jawab Blake.

"Dan apa yang kau katakan saat itu? "

"Saya berkata kita adalah teman" gumam Blake kemudian.

"Benar. Sejak kapan kau mulai memanggilku Tuan? " Arca terus bertanya.

"Sejak Anda sekolah dasar"

Arca tersenyum dan kemudian berdecak. "Kau sama dengan yang lainnya menganggapku teman namun saat kau tahu siapa aku. Kau berubah tidak menganggapku teman lagi dan aku cukup frustasi dengan itu sampai aku bertemu dengannya saat kau tidak ada di sisiku. Saat aku kecanduan meminum alkohol tanpa sengaja aku tertangkap basah olehnya dan ia memberiku jus yang sangat menjijikkan. Tapi bukan jus itu yang membuatku berhenti kecanduan tapi kata-katanya" Blake diam mendengarkan. "Dia berkata. Aku tahu kau sedang mengalami momen pahit dan rasa kepahitan itu tidak bisa di bandingkan dengan sebotol bir. Dan kuberikan kau segelas jus pare ini agar kau bisa mengukur seberapa pahitnya rasa dalam gelas ini. Dan bandingkan dengan rasa di hatimu apakah di balik kepahitan itu isinya pahit semua"

Arca tersenyum. "Aku tahu jus itu rasanya pahit dan pahitnya lama menghilangnya. Aku terus menjulurkan lidahku karena meminum hingga tandas isi gelas tersebut. Dan dia memberiku permen karamel setelahnya."

Mina tertawa. "Kau bodoh sekali menuruti perkataanku yang jelas kau sudah tahu ujungnya. Tapi baiklah di awali dari kepahitan pasti diakhiri dengan rasa manisnya" Mina mengambil permen karamel dari saku bajunya. "Tara... Makanlah akan ku temani kau sampai rasa pahit itu tergantikan dengan rasa manis" Arca mengacak rambut Mina.

MAFIA (Hate Love and Die)        S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang