29. Swag

4 3 0
                                    

Note: jangan mengharapkan adegan manis soalnya saya enggak tau -_-. Saya bukan orang pacaran yang bucinnya kelewatan saya tipekal gamau rugi, pacar mau cun saya, saya langsung depak jauh, . Ongeng.. Kasih saran donk adegan perbucinan itu kayak gimana?

Happy Reading!

   ✨ Mereka telah sampai di lantai yang dituju lebih tepatnya kantor Arca. Arca membelai lembut pipi istrinya mungkin sedikit bermanja manja padanya tidak akan mengganggu setumpuk berkas yang sudah menggunung di mejanya yang harus lebih di perhatikan daripada istrinya sekarang ini.

Cup.

Kecupan mesra Arca berikan pada bibir ranum pink merona tersebut yang sedang tersenyum lembut namun senyuman itu menjadi lengkungan jengkel saat mengetahui dirinya kembali berkutat dengan setumpuk berkas yang harus di selesaikannya dengan segera.

Ketukan pintu terdengar.

"Masuk" Arca menyahut.

"Tuan. Mr. Timberlake sudah menunggu Anda di restauran" Blake menyapu pandangannya dan ia melihat nyonya nya sedang bertekuk masam.

Sungguh pemandangan yang langka..

Setahunya sang nyonya muda tidak banyak berekspresi hanya datar dan senyum miring, namun hari ini ia melihat nyonya nya tengah merajuk kesal entah kenapa.

Arca menutup beberapa berkas yang sudah selesai di pahaminya dan bubuhan tanda tangan telah di sematkan.

"Baiklah" Arca merapikan kembali kancing bawah tuxedonya melangkah keluar dan dengan cepat tangannya menggusur istrinya tanpa basa basi yang ia ketahui istrinya tengah merajuk saat ini.

Xedes melebarkan bibirnya keatas, ia bahagia tentu saja.

Mereka bertiga memasuki kawasan restauran elit yang bertuliskan vip room.

Xedes awalnya tersenyum bahagia namun setelah satu jam berlalu perdebatan proyek itu tak kunjung selesai hingga ia mulai mati kebosanan.

Blake melihatnya hanya menggeleng aneh. Setahunya nyonya mudanya adalah seorang workaholic namun melihatnya saat ini ia jadi sedikit meragukannya.

Jus alpukat miliknya sudah tandas lima gelas barulah obrolan panjang itu selesai membuat Xedes amat kepalang kesal menuju mobil dengan langkah menghentaknya.

Arca melihat kelakuan Xedes dengan gemas, "katakan yang mengganjal di hatimu Blake?! " sergah Arca pada sekertarisnya.

"Maaf Tuan.. " Blake membungkam hatinya untuk merasa biasa saja.

"Katakanlah, aku tahu kau bertanya-tanya dengan sosok di depan kita" seakan mengetahui isi pikiran Blake.

Blake pun berkata. "Nyonya muda berbeda dari biasanya"

Arca tersenyum miring. Mereka berdua berjalan di belakang perempuan yang sedang misuh-misuh tidak jelas di depan sana.

"Kadang yang kita kira biasa aslinya luar biasa dan yang bisa kita tebak nyatanya sangat membingungkan nyaris membuat si penebak terjebak" pernyataan ambigu membuat Blake bungkam, mungkin tidak sesederhana yang ia pikirkan.

Mereka telah sampai di apartemen dengan wajah kusutnya Xedes menenggelamkan dirinya di bawah bantal.

"Sayang" bujuk Arca. Sebenarnya Arca bukan pria manis tapi menghadapi perempuan di depannya ini mana bisa ia kasar.

"Kau masih marah? Maafkan aku telah mengabaikanmu" tidak ada sahutan dari lawan bicaranya mungkin wanitanya akan lama merajuk padanya.

Usahanya hanya menuai kesiasiaan maka dirinya lebih baik meneruskan pekerjaannya yang tertunda.

MAFIA (Hate Love and Die)        S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang