✨ Hari mulai malam Azka tengah berjalan kaki menuju pom bensin atau pedagang bensin eceran kalau ia menemukannya, ini gara-gara bang hansip yang memberikannya segelas kopi tanpa curiga ia meminumnya karena memang ia tengah kehausan hingga tanpa sadar ia ketiduran di dalam mobilnya.
"Sial" geramnya, ditambah ponselnya yang lowbat membuatnya semakin prustasi.
Mobil mewah berjalan di dekatnya dengan laju sedang dan taklama mobil tersebut pun berhenti.
"Pak Azka? ! " sapa sopir mobil tersebut.
"Iya Pak? " Azka pun mau tak mau menjawab sapaan tersebut.
"Bapak mau kemana kok berjalan kaki? " tanyanya.
"Saya mau beli bensin ke pom Pak" Azka melanjutkan langkahnya, sudah basa-basinya ia lelah ingin pulang.
"Masuk! " perintah Arca.
Azka mengernyitkan dahinya, oh ternyata sopir tadi yang menyapanya adalah sopir Arca.
Azka masuk di sebelah Arca.
Arca mengantar Azka ke tempat pembelian bahan bakar dan hanya membutuhkan waktu lima belas menit mereka sudah sampai di mobil Azka di sebuah kawasan perumahan elit sederhana. Arca menyatukan alisnya pertanda ia merasa ada yang janggal karena jalanan besar dan perumahan itu sedikit jauh.
"Saya di sini karena ada kepentingan pribadi dan entah kenapa mobil saya kehabisan bahan bakar padahal saya mengisinya full" terang Azka mengerti dengan kode dari wajah Arca.
Arca mengangguk paham.
"Terimakasih atas bantuannya Tuan Arca. Saya membuat perjalanan Anda menjadi terhambat" seru Azka tak enak.
"Tak apa! Penerbangan ku pun masih lama" Arca meneliti rumah-rumah di sana dan rata rata bangunan tersebut mempunyai taman yang cukup untuk menanam pohon buah buahan dan bunga ataupun sekedar air mancur dan kolam ikan.
Azka sudah menguap, "kalau begitu saya permisi dan sekali lagi terimakasih Tuan Arca" Arca mengangguk.
Azka sudah pergi dengan mobilnya meninggalkan dirinya yang asik menelusuri kawasan tersebut.
"Kita lanjutkan perjalanannya Tuan? " tanya sang sopir.
"Sebentar lagi Pak" Arca masih betah seperti ada sesuatu yang membuatnya betah berada di sana padahal ia harus kembali ke Alaska malam ini juga setelah dua hari di Indonesia.
"Min liatin aku dulu ya, takut nih" Delaney keluar dari rumah Clara yang diantar Mina karena katanya ia takut di jalan sendirian karena sedang hamil padahal Mina juga sama tapi ia tak sepenakut Delaney.
"Iya iya cepetan" Mina mengantarnya sampai di depan gerbang.
Arca tidak bisa berkata-kata, tadi ia tak percaya dengan sosok sahabat istrinya yang tiba-tiba ada di hadapannya dan ia semakin tidak percaya lagi dengan apa yang dilihatnya saat ini, istrinya hidup kembali.
Mata tajamnya kini tak terasa mengeluarkan cairan bening yang hangat, ia menangis tanpa sadar. Namun ia tersadarkan mana mungkin manusia yang di kuburkan di hadapannya bisa hidup kembali apalagi sosok itu tengah hamil terlihat dari bajunya yang menggembung. Jika itu benar istrinya sungguh betapa bahagianya ia.
"Aku terlalu rindu padanya" ia tertampar dengan kenyataan bahwa istrinya memang sudah tiada. "Pak langsung ke Bandara"
Mobil mewah tersebut berbelok ke jalur utama meninggalkan Mina yang masih terpaku diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA (Hate Love and Die) S E L E S A I
Rastgele"Ed tolong aku" Arca menyuruh Dr.Edwin mendekat sedangkan Dr.Edwin masih belum paham. "Siapa yang sakit No?" Tanyanya yang memanggil nama akhir dari Arca. "Saya" Dr.Edwin mau bertanya lagi namun segera di potong Arca segera "senjataku terluka Ed" ∆ ...