ოᕱꊰᎥᕱ
Sebuah pistol kedap suara sudah nangkring cantik dipinggangnya beserta pisau lipat yang berada didalam sepatu kulitnya sejenis boots. Ia melangkah dengan santai memasuki sebuah mansion yang berisi pria-pria berbadan kekar serta wajah yang seram namun ia sama sekali tidak takut dengan mereka.
Tok tok.
Ia mengetuk pelan pintu berwarna hitam didepannya dan saat ada sahutan ia memasukinya dengan santai lantas duduk dikursi yang sudah tersedia didepannya.
"Ada apa Nona menemui saya?" Tanya seorang pria berumur hampir bau tanah menanyakan apa maksud kedatangannya.
"Lucu sekali!!" Jawabnya acuh dengan tatapan siap meludah.
"Aku tahu orang bodoh itu tidak pernah mengajarkan sopan santun padamu" hujatnya yang sering ia dengar.
"Tch.. mereka bodoh tapi masih punya hati daripada engkau yang mengaku pintar namun sayang bodoh dimataku Yang Mulia" ejeknya spontan.
"Aku tahu kau kesini mempunyai tujuan?"
"Benar, kenapa anda menyuruh saya kemari? Anda tidak lupakan?" Mina melipat tangannya di dada dengan bersandar dibahu sofa dengan tenang.
"Saat aku mengingat atas perbuatanmu padaku rasanya aku ingin melubangi kepalamu saat itu juga" desisnya tajam.
"Lantas apa maumu sekarang? Bahkan aku kesini telah menyia-nyiakan waktuku yang berharga setiap detiknya" masih dengan pose santainya bahkan ia berani berselonjoran disofa mahal itu sang tangan kanannya saja tidak pernah merasakan empuknya sofa tersebut.
"Aku mau sebuah peta harta karun dan aku dengar mafia lainnya juga telah mengincarnya sejak lama bahkan kami rela menunggu setelah pemiliknya tiada."
"Wow itu sangat menarik" Mina pura-pura terkejut.
"Dan aku inginkan dirimu yang mengambil langsung dari tangan pemiliknya" pria tua itu mengetuk ngetuk sebuah pulpen dimejanya, itu pulpen berisi pisau, tinta dan juga laser pemotong. Jika pak tua tersebut sudah jengah maka benda itu yang akan berbicara.
Mina berdecih. "Oke dengan satu syarat" Mina mencoba bernegosiasi dengan pak tua itu yang sayangnya mempunyai marga sama dengannya.
"Tidak ada syarat. Jika mau orang terdekatmu masih bisa bernafas" tantang Axel Praxedes kakek Mina.
"Hei orang terdekatku yaitu anakmu. Menyedihkan!!" Ejek Mina berani melebihi sang ayah yang sangat takut menghadapi ketua mafia tersebut.
"Oh ya? Tapi menurut anak buahku kau sudah menjalani sebuah hubungan!" Ejek pak tua balik.
Shit!!
"Yeah. Karena mereka membuat sebuah janji" aku Mina.
"Terus? Orang bodoh itu saja membuat janji tanpa dipikir dahulu lantas apa masalahnya jika kau menuruti kemauanku?"
Mina lelah berdebat dengan orang seperti ini lebih baik ia bergencetan senjata seperti super hero daripada berdebat seperti orang gila seperti ini.
"Oke *(Mina mengangkat tangannya tanda menyerah) lanjutkan apa yang kau mau. Jika itu tak menguntungkan untukku maka nasib peta tersebut akan sama dengan beberapa berlian yang sudah aku hancurkan" Mina melangkah dengan smirk iblisnya kearah pak tua dengan keluar dari markas yang menurutnya amat sesak.
Suasana night club sangat ramai dengan orang-orang yang saling menyoraki kearah disc jockey seksi dan saling menebar pesona lewat liukan tubuhnya dengan baju minimnya hanya Mina sendiri yang memakai jeans rapih dan hanya mengundang tatapan aneh para sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA (Hate Love and Die) S E L E S A I
De Todo"Ed tolong aku" Arca menyuruh Dr.Edwin mendekat sedangkan Dr.Edwin masih belum paham. "Siapa yang sakit No?" Tanyanya yang memanggil nama akhir dari Arca. "Saya" Dr.Edwin mau bertanya lagi namun segera di potong Arca segera "senjataku terluka Ed" ∆ ...