22. Marah

10 2 0
                                    


  

   ✨Semenjak Mina menggoda sang waiters tempo hari, Arca marah besar jangankan untuk bicara sekedar nafas saja Mina salah di mata Arca.

Mina termenung di balkon seraya menikmati senja, Mansion besar milik Arca tampak sunyi berbeda dengan di mansion milik Tom Crush Douglas yang tampak ramai karena memang hanya Arca yang di perbolehkan membuat mansion pribadi.

Brak..

Mina melenguh malas. Ia hanya bisa menunggu siapa orang itu.

"Oh ini kerjaan seorang perempuan badas? Duduk termenung di balkon menunggu pertolongan? Ck..."

Mina menoleh letih kearah orang itu dan menolehkan kembali wajahnya saat sudah mengetahui siapa dia.

"Ayolah Min Mimin" Mina menoleh lagi seraya mengernyitkan dahinya tak mengenali siapa Mimin yang di maksud Arazka.

Arazka mengatupkan rahangnya, idenya untuk berguyon malah ditimpali wajah bingung seorang Mina.

"Dasar bule" decak Arazka malas.

Arazka membawa Mina keluar darisana. "Sepertinya kau sedang sedih? "

Mina tersenyum. "Tumben cerdas?" Ledeknya malah di jitak Arazka.

"Sakit Azka" panggilan dari Mina.

"Sori Mimin" Arazka tertawa.

"Siapa Mimin?" Tanya Mina heran dengan panggilan Arazka padanya.

"Kaulah cantik" dibilang cantik oleh Arazka diri pede Mina melambung tinggi ia langsung mengibaskan rambut panjangnya.

"Ebuset muka ini" Arazka mengusap wajahnya yang kena kibasan rambut.

Mina tertawa. "Si bodoh itu kembali bangun"

Arazka mulai serius tidak ada lagi wajah guyon yang terlihat. "Apa langkah selanjutnya?" Tanya Azka.

Mina berhenti di tengah tangga. "Pukul aku sekarang juga buat aku pingsan setelahnya kau retas cctv ingat jangan tinggalkan jejak setitik pun pastikan hanya aku yang diincar dari kejadian ini. Setelah beres nanti aku akan datang menemuimu"

Arazka mengangguk. "Thank ya Azka kau sudah setahun ini membantuku" Mina tersenyum tulus.

"Sama-sama. Anggaplah aku sebagai kekasihmu jika kau masih jomblo, ck. Namun sekarang kau sudah menikah, terpaksa! Aku harus menjadi Kakak pungutmu" Arazka memasang wajah sedihnya yang lucu.

"Tenang Clara masih bersedia untuk menampung hatimu" Mina menaikkan satu alisnya.

"Jangan macam-macam aku tidak sudi memadu kasih dengan singa betina seperti dia" sontak saja Mina tertawa saat melihat wajah masam seorang Arazka jika bersangkutan dengan Clara.

"Baiklah. Pukul aku sekarang juga" perintah Mina yang tidak bisa dibantah.

****

Sebuah mobil limosin berhenti di depan sebuah mansion besar. Arca turun dari mobil dan disambut oleh para pekerjanya yang terbalut perban seketika Arca berkerut rasa penasaran pada apa yang telah terjadi selepas ia menyelesaikan pekerjaan berharganya.

"Apa yang sudah terjadi?" Tanya Arca tajam siap menguliti siapapun yang telah berbuat kekacauan di rumahnya.

"Ada penyusup Tuan dan orang itu mengincar Nona Mina" Setelah mendengar jawaban dari anak buahnya, Arca mengernyit heran lantas menuju ke atas ke kamarnya karena ada Mina disana bersama dengan dokter pribadi Douglas.

Ia membuka pintu dan melihat Mina yang terbaring dengan lebam diseluruh badannya. Merasa tak tega Arca duduk di samping Mina.

"Na? " Arca menggoncang tubuh Mina.

"Maaf Tuan. Biarkan Nona muda beristirahat sejenak beliau masih dalam pengaruh obat" tutur dokter parubaya itu sopan.

"Baiklah" Arca bangun dari duduknya saat ia mencapai pintu tubuh itu berbalik kearah dokter parubaya tadi. "Besok saya ingin anakmu yang menjaga" perkataan ambigu yang dimengerti oleh dokter parubaya itu pun lantas mengangguk mengiyakan.

Arca memasuki kantor di mansionnya hingga malam menjelang Mina baru siuman dari pingsannya dengan keadaan babak belur serta geraman yang menggeletuk dari giginya. Mina berusaha bangun dari tidurannya namun...

"Aaarrggghhh... ingatkan aku untuk membalasnya esok!" Gerutunya sebal.

Ia berusaha bangun dengan susah payah mencari cermin setelah di depannya. "What the hill.... wajahku yang Ayu jadi luyu gini disertai benjolan dan warna kebiru biruan" Arazka memang spesial, "mengesalkan"

Arca masuk dengan lesu ia terdiam saat melihat istrinya sedang menggerutu di depan cermin. Ia membenci Mina karena dialah penyebab dirinya selalu babak belur setiap hari namun jauh dari lubuk hatinya perasaan nyaman itu sudah tertanam saat itu juga pertemuan pertama saat dirinya menjadi bahan bulian teman teman sekolahnya di pekarangan kelas Mina. Saat itu Mina yang galak pun keluar dari kelas dan melerai pembulian itu bahkan mereka baku hantam. Saat itu Mina menjadi dekat padanya dan setiap hari memberikan bekalnya pada Arca padahal Arca sudah di wanti untuk tidak makan sebab ia belum lolos ujian mafia dari kakeknya. Karena paksaan dari Mina Arca memakannya dan berakhir di jeruji besi milik kakeknya dengan punggung penuh dengan luka. Arca mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menetralisir kan perasaannya.

"Sudah bangun?" Tanya Arca yang tidak perlu mendapatkan jawaban.

Mina menoleh "pertanyaan macam apa itu?" Tanyanya balik.

Arca menghela nafas. "Jadilah istri yang baik" titahnya.

Mina berdecih. "Aku sudah baik dari dulu padamu. Tch, dasar penghianat"

Arca berusaha menekan emosinya demi kedua orangtuanya yang sudah berjanji akan menjaga dan menyayangi putrinya sepenuh hati. Arca merasa lelah hari ini dan pada sebelum sebelumnya pun sama, bedanya kali ini bakal ada yang melihatnya seperti ini setiap hari.

"Arca bangun. Aku lapar" Mina menekan perutnya yang mempunyai riwayat magh.

Arca pun sudah mengetahuinya dengan sabar Arca beranjak bangun menuju dapur memberi istrinya makan adalah kewajibannya. Berilah makan dan nafkahi istrimu sampai dia kenyang serta cukup dan dunia perumah tanggaanmu akan terasa damai itulah motivasi dari Arca agar telinganya terasa dingin dari ocehan Mina yang nyaring.

Arca membuka kulkas dan mengambil beberapa sayuran, udang dan jamur. Arca mengingatnya jika dulu Mina pernah pindah ke Indonesia saat ia lulus SMA dan sedikit yang ia sukai adalah nasi goreng.

Mina melihat Arca dari belakang dengan Arca yang memakai celemek hitam yang masih baru.

"Sungguh Ar. Aku tidak menyuruhmu memasak" Mina mendekati Arca dan melongokan kepalanya penasaran ke wajan.

Aih nasi goreng.

Arca menepis kepala Mina pelan agar tidak mengganggunya saat memasak.

Mina duduk dan tersenyum lebar. Ia menopangkan dagunya di atas meja masih dengan senyum lebarnya.

MAFIA (Hate Love and Die)        S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang