Happy reading!
—"Kau harus bergerak lebih cepat, Niki."
Laki-laki berusia sembilan belas tahun itu menoleh ke arah suara. Tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali menghela nafas. "Aku sedang berusaha."
Sang gadis berambut kecokelatan yang diikat menyerupai ekor kuda itu, menaikkan alis. "Apakah menatap lukisan Lord Yoongi selama berjam-jam adalah bagian dari 'usaha'?"
"Aku sedang berkomunikasi. Diamlah," katanya, sedikit sebal dengan gadis super cerewet ini.
Sang gadis menggeleng. Ia berkacak pinggang dan bersandar pada meja batu. "Usaha dalam kamusku menunjukan adanya gerakan." Sang gadis mencondongkan badan ke arah Niki. "Contohnya, kau sekarang pergi ke Goa Ular lalu cari keturunan ke enam."
Niki menelengkan kepala. Matanya masih terpatri pada lukisan ayahnya yang juga menatapnya dengan tatapan bingung. "Aku sudah mengumpulkan lima, ya? Keren."
"Tidak. Tidak keren sama sekali karena ini sudah lewat tiga tahun!" Hardik sang gadis. Ia memperbaiki letak rambutnya yang menjuntai ke wajahnya dengan jari. Lalu kembali berkacak pinggang. "Harusnya kau sudah membangunkan mereka."
Kali ini Niki memutar badan. Ia menggaruk tengkuknya sambil mengerang. "Argh. Kenapa Dewi Wina tidak menyuruh Giselle saja untuk ikut denganku. Kau ini sungguh cerewet, Ningyi."
Gadis bernama Ningyi itu menggerakkan jari telunjuknya di depan wajah, menunjuk tepat ke arah Niki. "Justru karena aku cerewet, Dewi Winna memilihku. Kalau kau dengan Giselle pasti kau belum mengumpulkan apa-apa sekarang."
Sebenarnya Niki agak sebal, tapi perkataan gadis itu ada benarnya. Ningyi adalah satu dari empat asisten pribadi Dewi Winna yang ditugaskan untuk bekerja dengan Niki sampai laki-laki itu berhasil mengumpulkan keenam keturunan para Lord Amethyst. Umurnya tidak berbeda jauh dengannya, Ningyi hanya lebih tua dua tahun darinya.
Sudah tiga tahun sejak Niki memulai pencariannya, sudah tiga tahun pula kehidupannya diusik oleh gadis ini. Tidak ada lagi kata bersantai. Setiap hari Niki dipaksa bangun pagi, melanjutkan pencarian, latihan sihir ataupun memakai pedang, berkeliling Kastil Amethyst untuk memastikan keadaan aman dan masih banyak hal yang harus Niki lakukan. Setiap hari, tanpa hari libur. Terkadang ia bingung apakah ia sedang dalam periode kerja paksa? Tidak ada yang tahu.
Alih-alih memikirkan gadis cerewet yang mulai mengomel itu, Niki berjalan ke arah meja batu. Ada tiga gulungan kertas yang terbuka di atasnya. Matanya menelisik satu persatu tulisan tangan Lord Yoongi. Ia menghela nafas sekali lagi.
Gulungan kertas ini tidak banyak membantu. Sudah banyak gulungan yang rusak akibat kejadian tiga tahun silam (Apricity: ketika Amethyst membeku dan ditutupi salju). Belum lagi usianya yang sudah ribuan tahun membuat tintanya sudah memudar. Beberapa gulungan tidak selesai ditulis, dugaan sementara Niki. Sepertinya, takdir memang ingin Niki mencari jawaban sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AMETHYST: The Seven Lights
FanfictionBUKU KETIGA DARI SERIES THE AMETHYST. 𝔗𝔥𝔢 𝔖𝔢𝔳𝔢𝔫 𝔏𝔦𝔤𝔥𝔱𝔰 𝔬𝔣 𝔄𝔪𝔢𝔱𝔥𝔶𝔰𝔱 - "Masih ada keturunan para Lord di alam Amethyst, dan yang paling menarik adalah salah satunya bisa mengendalikan Agathe." - dibintangi oleh: Enhypen...