O4.

709 115 2
                                    

Happy reading!

"Ini yang terakhir," kata Niki sambil menjatuhkan bokongnya di salah satu jamur raksasa. "Kita bisa menunggunya sampai siuman."

Ningyi mengangguk. Ia ikut duduk di atas jamur raksasa setelah meletakkan roti, susu dan setelan pakaian di atas jamur yang lebih kecil. Ia memerhatikan cahaya putih dari dalam es yang perlahan-lahan meredup. "Yang ini tidak terlalu parah 'kan?"

Niki mengangguk, membuat poni yang menutupi dahinya ikut bergerak naik turun. "Sunoo Kim."

"Sunoo dari Klan Penyembuh, oke," sahut Ningyi.

Mereka sedang berada di Goa Lidah Buaya di bagian utara Amethyst. Tempat ini dipenuhi dengan tanaman karet yang konon, segala jenis penyakit bisa disembuhkan dengan setetes getahnya. Sama seperti di Klan Pemikir, setetes getah di sini berharga sangat mahal dan jika seseorang mengambil tanpa mampu membayar, mereka akan dijatuhi hukuman terkejam dari yang paling kejam di muka bumi ini.

Penjaga goa adalah seekor kupu-kupu putih raksasa yang memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit. Pemimpin Klan Penyembuh adalah Lord Taehyung, seorang Lord yang dahulu selalu disegani oleh ibu-ibu karena sifatnya yang sangat ramah. Yah, Niki pernah hidup di masa pimpinan Raja William dan ketujuh Lord (buku satu Alexandrite), setidaknya Niki pernah melihat wujud para Lord sebelum ia tertidur selama enam ribu tahun.

Kepalanya tiba-tiba tertabrak dengan lututnya, membuatnya langsung menggeleng dan kantuknya menghilang. Semalaman sibuk membangunkan para keturunan Lord, Niki merasa dirinya sangat mengantuk. Ia melirik ke arah Ningyi yang sudah tertidur berbantalkan jamur kecil di dekat dinding goa. Niki tidak yakin ini jam berapa, tapi ia bisa melihat secercah cahaya dari pintu masuk goa.

Ia bangun dari duduknya kemudian menghampiri Linna, sang penjaga Goa Lidah Buaya. "Jam berapa ini?"

Linna menolehkan kepalanya, membuat antena di kepalanya bergerak dan menimbulkan angin kecil. "Hmm, jam enam pagi. Apa membangunkan Sunoo butuh waktu selama itu? Kau sudah tertidur tiga jam."

Niki mengernyit. "Harusnya tidak. Akan aku periksa lagi."

Ia segera berlari menyusuri perkebunan karet dan kembali ke tempat Sunoo ditidurkan. Jantungnya berdegup kencang begitu menyadari bongkahan esnya sudah mencair seluruhnya, tapi laki-laki itu masih tertidur. Tangannya dengan cepat meraih setelan pakaian dan memakaikan sang laki-laki. Begitu selesai, ia kembali menelisik tubuh Sunoo.

"Niki! Ada apa?"

Niki menarik nafas untuk menenangkan dirinya yang mulai diserang kepanikan. "Ia tidak bangun."

Ningyi menarik nafas. Ia mendekati tubuh sang laki-laki kemudian membuka paksa kelopak matanya. Ia juga mengecek denyut nadi sang laki-laki. "Denyut nadinya sangat lambat. Sebaiknya kita bawa ia ke gubuk."

"Bagaimana caranya? Ini sudah pagi. Aku yakin para prajurit sudah berkeliling hutan."

Ningyi menghela nafas. "Benar juga. Tapi ia akan mati kedinginan di sini."

Niki mengusap wajahnya kasar. Ia berbalik. "Biar aku pikirkan."

"Apa kau bisa minta getah karet untuk membangunkannya?" bisik Ningyi. "Coba saja minta pada Linna."

"Bayarannya akan sangat mahal, Ningyi." Niki menghela nafas. Ia bekacak pinggang sambil menatap tubuh Sunoo yang tidak kunjung bergerak. "Aku salah perkiraan."

"Kau ini keturunan Lord dan ini demi menyelamatkan keturunan Lord yang lain. Coba saja dulu." Ningyi kembali berbisik.

Niki mengangguk. Ia segera merosot turun dari jamur raksasa tempat keturunan Lord Taehyung ditidurkan. Ia berjalan gontai ke arah Linna. Pikirannya berkecamuk karena ia merasa telah salah langkah. Harusnya ia bangunkan keturunan Lord lebih cepat seperti yang pernah dibilang Ningyi. Begitu sampai ditempat persinggahan Linna, Niki menundukkan badannya sopan.

THE AMETHYST: The Seven Lights Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang