15.

524 107 3
                                    

Happy reading!

Alena terbang mengitari halaman kastil. Kabut hitam menyelimuti kala tubuh gadis itu terombang-ambing di udara. "Serahkan tongkatnya, anak-anak nakal."

Niki masih berada di tangga ketika ia menyadari Alena terbang mendekatinya. Tangannya mengenggam tali tasnya dengan erat. "Demi Lord Yoongi aku tidak akan menyerahkannya padamu!"

"Ayahmu itu bodoh, Niki," kata Alena sambil terbang mengitari Niki dan Heesung yang terjebak di tangga.

Niki hanya menyipitkan mata. Ia melirik sekilas ke arah bawah di mana teman-temannya -kecuali Jay- mulai mengambil posisi siaga. "Heesung, bisa kah kau turun dan cari Jay?" Tanyanya pada Heesung dengan nada pelan.

"Bagaimana denganmu?"

Niki menarik sudut bibirnya. "Jangan khawatir."

Mendengar itu, Heesung bergerak turun. Sedangkan Niki masih berada di tangga. Ia duduk di salah satu anak tangga kemudian menggerakkan tangannya, membuat selubung kaca untuk melindungi dirinya. "Apa yang kau mau, Alena?"

Alena mendecak. Ia berhenti tepat di hadapan Niki. Tubuhnya masih melayang layaknya sebuah daun yang tertiup angin. Gaun hitamnya yang sedikit lusuh berterbangan. "Kebebasan dan kekuasaan."

Niki tersenyum. "Kau tidak akan mendapatkan itu jika caramu seperti ini, Alena." Niki menghela nafas sesaat. "Wabah Varanus terlalu berbahaya bagi Ametharian. Kau tidak akan bisa seperti Karina yang-"

"Berhenti membandingkan aku dengan Karina!!" Alena berteriak, menimbulkan petir di sekitar awan gelap. "Harusnya dari awal ku bunuh saja anak itu!"

Niki sedikit terkejut dengan petir yang Alena ciptakan sampai-sampai selubungnya bergetar, tapi ia cepat-cepat mengatur ekspresi wajahnya dan kembali tersenyum. "Karina kakak kembarmu, Alena."

"Ia tidak akan pernah menjadi saudaraku!!" Alena masih berteriak. Ia bergerak pelan mendekati Niki, namun berhenti tepat di depan selubung kacanya. "Kau tahu rasanya menjadi biasa-biasa saja ketika saudaramu berhasil menjadi yang terbaik? Maka dari itu aku memutuskan untuk menjadi yang terburuk!"

"Semua orang bisa menjadi yang terbaik dengan caranya masing-masing, Alena." Niki berhenti sebentar untuk menyugar rambutnya. "Hanya karena kau terfokus dengan satu kelebihan Karina, bukan berarti kau buruk. Kau hanya menutup diri dari kelebihan yang kau miliki. Aku tahu kau seorang penyembuh yang handal. Apakah Karina bisa melakukan itu? Tidak, kau lah yang terbaik dari Klan Penyembuh."

"Diam!" Alena masih berteriak dan petir masih menyambar dari awan kelabu yang membungkus kastil. "Kau tidak akan mengerti!"

"Aku tidak akan mengerti rasanya dibanding-bandingkan karena aku tidak punya saudara, tapi aku mengerti perasaanmu. Kau hanya putus asa, Alena." Niki berdiri. Tangannya terulur dan keluar dari selubung kaca tanpa memecahkannya. "Aku bisa menyembuhkanmu. Setelah itu kau akan mendapat kebebasan seperti yang kau inginkan. Aku akan membuatmu menjadi penyembuh yang terbaik. Percayalah padaku."

Alena bergeming. Tangannya yang gemetar ikut terulur untuk meraih tangan Niki.

Awan kelabu berangsur-angsur menghilang. Sinar matahari senja mengintip masuk, ternyata kastil tampak gelap karena Alena menyiptakan awan kelabu yang sangat tebal.

Tangan Alena menyentuh tangan Niki, tapi dengan segera ia meremas tangan Niki hingga laki-laki itu memekik kesakitan. "Kau sama bodohnya dengan Yoongi. Aku tidak akan pernah menuruti para Lord!"

Sebuah anak panah menembus tubuh Alena sampai membuat kakinya mengeluarkan darah biru. Serangan dari Jake berhasil membuat Alena melepaskan tangan Niki. Laki-laki itu mengibaskan tangannya yang mati rasa dan membiru.

Kekuatan Alena di luar akal manusia.

"AKU AKAN MENJADI YANG TERBURUK!" pekik Alena sambil menggerakkan tangannya. Sedetik kemudian, tangga yang menjadi pijakan Niki terputus.

"Niki!"

Niki terjatuh karena belum sempat mencerna keadaan. Tapi sebelum tubuhnya benar-benar menyentuh tanah, seekor elang raksasa mencengkram bajunya dan membawanya terbang. Di ranting pohon cemara, Jay berdiri sambil mengendalikan burung elang itu. "Ke Goa Melayang! Kami akan menyusul!" Teriak Jay kepada Niki.

Setelah memperbaiki posisinya dan duduk di atas badan sang elang, Niki bergerak menjauh. Sedangkan para keturunan Lord lainnya, berusaha menghentikan Alena yang akan menyusul Niki. Mereka menghalalkan segala cara untuk bisa mencegah si penyihir terbang itu. Heesung membuat tangga bergerak dadakan yang bisa membantu Sunghoon dan Jungwon menyerang Alena. Jake membangunkan Raksasa Pohon untuk menghadang Alena. Jay mengendalikan para elang raksasa untuk menerbangkan Sunoo dan melawan sihir yang diciptakan Alena.

Niki sudah melewati gerbang kastil ketika kaki sang elang tersangkut sesuatu. Sebuah tali hitam menarik tubuh sang elang. Niki berusaha memutuskan tali, tapi tenaga sang elang tidak cukup kuat untuk menghindari tali.

Alena sangat kuat.

Sampai akhirnya tubuh sang elang menabrak gerbang kastil dengan sangat keras dan tersungkur ke tanah. Niki cepat-cepat bangun lagi karena Alena berhasil diserang lagi oleh Sunghoon. Karena elangnya cedera, ia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali terbang.

Hal itu menjadi kesempatan untuk Alena karena ia kembali menarik sang elang dan melemparnya ke tembok kastil.

Niki menabrak tembok kastil dengan sangat keras. Badannya terasa hampir remuk tapi ia berhasil mendarat dengan sempurna. Sialnya lagi, elangnya tidak sadarkan diri. "Jay!"

Jay mengerti. Ia langsung memanggil kawanan elang lain. Belum sempat elang-elang Jay mendarat, muncul beberapa orang lain yang membuat mereka tambah pusing.

"Alena!"

Alena menoleh ke arah pintu kastil. Gadis itu berdiri di sana. Dengan gaun panjang berwarna merah muda dan rambut hitam panjang yang selalu dipuji-puji oleh seisi bumi. Bahkan jika angin tidak sengaja membuat sehelai rambutnya berantakan, mungkin angin pun akan meminta maaf. Di belakangnya ada satu gadis lain yang tidak ia ketahui. Alena menjejakkan kakinya ke tanah. "Halo, Karina."

"Hentikan semua ini!"

Alena terkekeh. "Bagaimana rasanya menjadi kesayangan Ibu, huh?"

"Kau salah paham. Kita bisa bicarakan ini, adikku." Karina mundur beberapa langkah kala Alena bergerak mendekat.

Alena murka. "Jangan sebut aku sebagai adikmu!!!" Kuku-kuku tajam keluar di jari-jarinya. Alena bergerak cepat untuk menyerang Karina, tapi kukunya justru menancap pada...

"NINGYI!!!"

Seolah semua gerakan di matanya menjadi lambat, Ningyi merasakan dadanya kebas bukan main. Matanya berkunang-kunang dan kepalanya mendadak pening. Ia menyentuh pergelangan tangan Alena yang tertancap di dadanya. Setidaknya, ia berhasil menghadang Alena untuk tidak membunuh Karina.

Air mata Niki mengalir dari pelupuknya ketika melihat tubuh Ningyi terjatuh ke tanah. Ia melempar tasnya ke tanah sebelum listrik biru mengalir dari tangan, menuju ke seluruh tubuhnya. Matanya membiru. Tubuhnya kini terbungkus api biru yang sangat panas. Ia bergerak cepat ke arah Alena dan menarik sang penyihir hitam menjauh hingga tertabrak tembok kastil. Tangannya mencengkram erat leher Alena. Marah, kesal, sedih, bercampur menjadi satu. Berhasil membuat api yang membungkus tubuh Niki semakin panas.

Kali ini, tiada ampun.

Alena terdesak. Ia mulai merasakan dirinya terbakar karena api dari tangan Niki. Di detik-detik terakhir ia berkata, "Aku tunggu kau di malam bulan purnama, Niki."

Setelah kalimat itu mengudara, Alena menghilang.

—🗡—

THE AMETHYST: The Seven Lights Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang