13.

501 93 4
                                    

Happy reading!

Niki mengeratkan genggamannya pada tongkat sihir Lord Yoongi. Ini pertama kalinya ia menyentuh benda itu. Selama ini, tongkat sihir disimpan di lemari kaca di dekat pintu. Mungkin Niki salah mengira, ia berpikir pedang para Lord adalah benda yang paling sakti di alam Amethyst. Tapi setelah menyentuh tongkat sihir, energinya sangat berberbeda. Ada sihir lain yang tidak ada di pedang para Lord.

Beberapa prajurit masuk ke ruangan setelah Heesung memanggil mereka untuk segera membawa sang dewi yang hilang kesadaran. Komplotan lain sampai di lantai teratas. Melihat sang dewi dibopong keluar ruangan, Giselle langsung mengikutinya. Sedangkan yang lainnya, masuk ke ruangan.

"Sunoo, ikuti Giselle. Sepertinya Dewi Winna butuh pertolongan," perintah Jungwon yang langsung dibalas oleh anggukan dari Sunoo.

"Apa yang terjadi?" tanya Ningyi begitu berdiri di hadapan Niki. Ia melirik ke tangan kiri Niki. "Kau menggunakannya?"

Jungwon menghela nafas. "Dewi Winna membuka portal Agathe dengan tongkat ini."

"Tidak mungkin," sela Winter. Ia menutup pintu ruangan kemudian berbalik menatap mereka. "Tidak mungkin Dewi Winna melakukan sihir yang bukan ciptaannya. Apalagi sekarang ada keturunan Lord yang akan bertanggung jawab dengan Agathe."

"Tapi kami melihatnya sendiri," balas Sunghoon. Ia mendekati Winter untuk menatap gadis itu lebih jelas. Karena perbedaan tinggi Sunghoon dan Winter sangat jauh, laki-laki itu terpaksa menunduk. "Kami melihatnya, Winter."

"Kalian salah liat. Aku yakin."

Sunghoon menundukkan badannya hingga matanya sejajar dengan milik Winter. "Apakah kau masih meragukan empat pasang mata yang menjadi saksi? Dan tongkat sihir Lord Yoongi, harusnya benda itu disimpan di sana 'kan?"

Winter mendengus sambil mengikuti arah telunjuk Sunghoon, menunjuk lemari kaca di dekat pintu. "Pasti ada alasannya. Pasti sang dewi ingin-"

"Membebaskan Alena?" Niki menyela. Ia mendorong tubuh Sunghoon untuk menjauh dari Winter, kemudian berdiri di hadapannya. "Apakah sang dewi ingin membebaskan seorang iblis dari tingkatan terbawah?"

Winter bergeming. Ia mundur beberapa langkah, tapi sepertinya Niki tidak berniat memberinya celah sama sekali. Laki-laki itu juga mempersempit jarak antara mereka.

"Dengar dulu," sela Ningyi sambil mendorong tubuh Niki menjauh dan berdiri di depan Winter. "Kau tidak tahu apa-apa tentang itu. Apakah iblis semenyeramkan itu untuk kalian?"

"Pasukannya menyerang Ametharian di balai kota," tutur Heesung dengan nada dingin. Semua mata langsung menatap laki-laki yang berdiri di depan pintu itu. "Manusia kadal terkutuk itu, mereka pasukan Alena 'kan?"

Jay terkekeh. Ia melipat tangan di depan dada. "Apakah menurut kalian itu tidak menyeramkan? Banyak Ametharian yang menjadi korban."

"Benar. Aku dan Sunoo sudah berusaha menyelamatkan Ametharian tapi banyak korban jiwa karena itu." Jake menimpali. Ia menggosok tengkuknya. "Jadi menurut kalian Agathe itu tidak berbahaya?"

"Kalian tidak mengerti-"

"Kalian menyembunyikan sesuatu," potong Sunghoon dengan nada datar. Ia kembali mendekati kedua gadis itu hingga mereka tertabrak lemari kaca. Tidak ada celah. "Siapa Alena?"

"Kenapa semua orang menyembunyikan Alena?" protes Jay. Ia mendengus sebal. "Bahkan Felix pun meminta kita untuk mencari sendiri!"

Saat itu, pintu dibuka dengan sangat tidak manusiawi. Laki-laki yang muncul di ambang pintu terlihat agak panik dan terengah-engah. "Gawat," katanya sambil mengatur nafas. "prajurit Seo Eunkwang mengepung kastil."

THE AMETHYST: The Seven Lights Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang