O5.

678 126 3
                                    

Happy reading!

"Apakah mencari gulungan kertas di Agathe termasuk bayaran yang sangat mahal?"

Niki mendengus. Ia meletakkan gelas minumannya di meja dengan sebal. "Jelas! Aku bertaruh nyawa untuk itu!"

Ningyi mendecak. Masih sibuk mengelap wajah Sunoo dengan air hangat dan lap basah. "Ayahmu yang membuat tempat itu, sudah seharusnya kau bisa menguasai Agathe."

Laki-laki berambut cokelat keabuan itu hanya mendengus sebal. Ia sangat kesal dengan perkataan Ningyi yang selalu tepat sasaran. Alih-alih memikirkan itu, Niki memilih menatap tubuh Sunoo yang mulai menunjukan adanya kehidupan setelah diberi setetes getah karet.

Tadi setelah memberikan gulungan kertas itu kepada Linna, ia mendapatkan setetes getah karet yang langsung ia teteskan ke dalam mulut Sunoo. Linna memang menyuruhnya untuk meneteskannya di sana karena takut Niki atau Ningyi akan memberikan getah itu kepada orang yang salah. Setelah itu, mereka membawa Sunoo dengan sebuah gerobak kubis yang Niki curi di perkebunan kubis dekat sana, ke gubuk tua di tengah hutan bagian utara.

Untungnya keadaan aman. Tidak ada prajurit yang melihat mereka. Kalau ada, mungkin mereka harus dibuat pusing untuk menjelaskan dari mana mereka menemukan tubuh beku ini sementara mereka harus merahasiakan tentang keturunan para Lord untuk sementara waktu. Sungguh pekerjaan yang sangat sulit.

"Kau mau sarapan?" Tanya Ningyi sambil membereskan baskom air yang ia gunakan untuk membersihkan Sunoo.

"Boleh," jawab Niki kemudian duduk di meja kerjanya. "Setelah itu kau bisa istirahat, Ningyi."

"Ya, ya," jawab Ningyi sambil berjalan keluar ruangan.

Niki menghela nafas. Ia bersandar pada kursi sambil memejamkan mata. Membangunkan enam keturunan Lord adalah hal tersulit yang pernah ia lakukan seumur hidupnya. Terkadang ia merasa tidak adil karena ia adalah keturunan Lord yang paling pertama bangun. Bayangkan jika Niki berada diposisi seperti yang lainnya? Hanya menunggu seseorang untuk membangunkannya tanpa perlu kerja keras mengembalikan Amethyst dari salju dan membangunkan keturunan Lord. Huh, tidak adil.

Beberapa menit begitu, Ningyi datang untuk membawakan seporsi kentang tumbuk dan teh melati hangat. "Hanya ini yang ada. Besok aku akan belanja di pasar."

Niki membuka matanya kemudian mengangguk. Ia menarik mangkuk kentang tumbuk dan segera melahapnya. "Terima kasih, Ningyi."

"Mm," sahut Ningyi seadanya sambil bergerak menjauh.

Mata Niki beralih ke gulungan kertas yang belum selesai ia tulis. Ia mengangkat pena bulu angsanya kemudian melanjutkan tulisannya:

Sunoo Kim, keturunan terakhir Lord Taehyung dari Klan Penyembuh ditemukan di Goa Lidah Buaya.
Nishimura Riki, keturunan terakhir Lord Yoongi dari Klan Penyihir terbangun sendiri di Goa Melayang.

Terlalu fokus dengan pekerjaannya, sampai-sampai ia tidak sadar seseorang baru saja siuman.

"Siapa kau?"

"AAAAKH!" Niki memekik karena kaget. Ia bahkan menjatuhkan pena bulu angsanya ke lantai. Jantungnya berdegup kencang karena presensi seorang laki-laki itu terlihat sangat seram di bawah cahaya remang dari lilin di atas meja. "Kau menakutiku, Sunoo."

Laki-laki yang dipanggil Sunoo menelengkan kepala. "Kau tahu namaku?"

Niki tersenyum kaku. Ia berdiri dan mengulurkan tangannya. "Aku Niki dari Klan Penyihir. Aku adalah orang yang membangunkanmu dari tidur panjang. Selamat datang di Amethyst."

Sunoo menyipitkan mata, masih bingung dengan keadaan tapi ia tetap menjabat tangan Niki. Kalau boleh jujur, sebenarnya ia masih tidak punya tenaga untuk bicara banyak.

THE AMETHYST: The Seven Lights Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang