Bagian 03

29.9K 3.4K 107
                                    

Pagi pagi Gabriela pergi menuju ruang kerja ayahnya. Kata dokter Ezra hari ini Leon libur. jarang jarang ia memiliki kesempatan untuk mengobrol dengan papanya itu.

Sudah beberapa hari di dunia novel ini Ela tidak pernah bertemu lagi dengan Leon setelah kejadian di dapur.

Tok tok tok

"Do you want to build a snowman?" Ujar Ela meniru suara Anna adik elsa dari kartun frozen yang dia tonton.

Karna tidak ada jawaban Ela pun membuka pintu dengan pelan lalu menyembulkan kepalanya.

Yang dia lihat adalah Leon yang sedang mengetik di komputer. dengan lengan baju yang di gulung dan dua kancing teratas di biarkan terbuka.

'Vibenya sugar Daddy banget' Batin Ela

"Permisi om"

Ela memang tidak sopan memanggil ayahnya dengan sebutan om. Hanya saja Ela takut kalau Ela panggil Leon papa. Leon akan marah.

Mendengar suara anak kecil Leon mendongak. dia sedikit terganggu dengan panggilan Ela kepadanya.

"Kenapa"

Tatapan tajam itu mengarah ke Ela. Ela tidak mau kalah dia pun menatap balik Leon.

"Ela mau sekolah om boleh ga? Lagian umur Ela udah 6 tahun masa belum sekolah"

Sebenarnya Ela bersekolah hanya saja Ela dan iel home schooling.

"Tidak" ujar Leon lalu kembali mengetik.

"Ayolah om, Ela bosen di rumah terus. Ela juga mau punya temen. masa Ela main sama pelayan aja. Abang iel ga mau main sama Ela om juga kalo pulang larut malam" ujar Ela dengan muka yang memelas.

"Oke" final Leon

Leon sedikit kasihan melihat anaknya— tunggu sejak kapan dirinya mengakui Ela anaknya.?

"Trimakasih om"

"Saya ini ayah kandung kamu bukan pamanmu jangan panggil saya om" ketara sekali muka tidak suka Leon mendengar Ela memanggilnya om.

"Terus apa dong kalo bukan om"

"Terserah"

"Yaudah pak saya permisi babay"

Leon langsung melirik Ela tajam sedangkan Ela sudah lari keluar dari kantor ayahnya sambil cekikikan.

"Bibi Ani" ujar Ela berlarian menuju dapur.

Tiba tiba larinya terhenti karna seseorang menahan kerah bajunya.

"Nanti jatuh bodoh" ujar Gabriel orang yang menahan kerah baju Ela.

"Hah" bingung Ela.

Gabriel yang melihat muka kebingungan Ela hanya mengangkat bahunya lalu pergi menuju ruang tv.

"Nona tadi memanggil saya kenapa non?"

"Ela mau belanja ke mall karna sebentar lagi Ela sekolah bareng bang iel" Ela berbinar binar.

Iel itu Gabriel ya.

"Tadi Ela ke ruang kerja papa buat izin sekolah. Awalnya papa ga setuju terus Ela bujuk alhasil setuju. Jadi ayo kita beli peralatan sekolah"

Ela menghampiri kakanya yang sedang menonton tv.

"Bang iel ikut Ela ke mall ga. Kita mau belanja keperluan sekolah loh" oke gays ini pertama kalinya Ela memanggil Gabriel abang.

Iel sedikit tertegun mendengar Ela memanggilnya abang.

"Engga"

"Kenapa? Padahal abang juga ikut sekolah bareng Ela" muka Ela di buat sedih agar menarik simpati iel.

Dan ternyata berhasil! Dengan ogah ogahan iel mengikuti Ela kemanapun Ela pergi dan jangan lupakan tangan mereka yang saling bertautan.

"Bibi Ani aku mau sepatu itu" tunjuk Ela ke sepatu kembar yang berwarna hitam dan putih.

"Nona ingin beli berapa pasang"

"Ela mau dua pasang. Satu buat Ela satu buat abang"

"Baik nona"

Sebenarnya dari tadi Ela selalu membeli barang yang memiliki motif sama dan selalu membeli dua ntah itu tas buku dan lainya.

Kalau ditanya kenapa. Jawabanya ingin samaan sama iel.

Ini sedikit memalukan hana berumur 16 thn tapi harus bersikap seperti anak kecil.

Dia bertingkah seperti anak kecil itu tidak sadar dan dia nyaman nyaman saja bertingkah begitu.

"Bang Iel. Ela mau es cream" ujar Ela tapi tatapannya tidak lepas dari toko es cream yang jaraknya tidak jauh dari tempat Ela berdiri.
Lalu tatapan Ela menatap iel dengan muka penuh harap.

"Menyusahkan" lain di mulut lain di hati. Walaupun iel mengeluarkan kata kata yang menusuk. iel tetap saja membelikan Ela es cream.

"Makasih abang" cengir Ela

"Hm"

"Apa tidak ada lagi yang ingin di beli non?"

"Engga bi. Tapi Ela mau main permainan yang ada di sini"

"Kalau begitu saya beli koin terlebih dahulu"

Ela mengangguk. Ketika bibi Ani sudah kembali Ela dengan antusias memainkan banyak permainan hingga berhenti di pencapit boneka.

"Ish susah banget sih" gerutu Ela. Pasalnya sendari tadi boneka yang sudah Ela capit kembali jatuh.

"Sini" ujar iel mengambil alih mesin pencapit itu.

Iel mengarahkan mesinya ke boneka yang dari tadi Ela ingin ambil.

Boneka berwarna ungu yang sekilas mirip kucing sekilas mirip anjing. Ntah lah iel tak peduli.

"Yey dapet" girang Ela ketika iel berhasil mendapatkan boneka incaranya.

"Omg chilli lucu banget" tak henti hentinya Ela memeluk boneka yang ela panggil chilli itu.

"Makasih abangnya Ela"

Iel hanya mengangguk saja. Dipikirannya tidak buruk juga pergi keluar bersama Ela.

"Nona sudah puas belum. kalau sudah ayo kita pulang nanti tuan Leon marah kalau kelamaan"

"Oteyy ayo kita pulang" dengan bibir yang dipenuhi noda es cream Ela berujar antusias.

Iel yang melihat muka belepotan Ela merasa risih ia pun mengambil tisu dari tasnya lalu mengusap bibir Ela.

GABRIELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang