Untuk pertama kalinya Gabriela, Gabriel, dan Leon. sarapan bersama di meja makan.
Suasana meja makan itu sungguh hening. Ela yang biasanya berceloteh lebih memilih diam dan memakan makanannya.
Sebenarnya Ela belum terbiasa dengan orang orang Los Angeles yang tidak memakan nasi.
Dirinya ini orang Indonesia yang makan apa saja pasti di temani nasi.
"Ehem" deheman Leon mengalihkan perhatian kedua anak itu.
"Kenapa pa?" Heran Ela.
"Karena besok sekolah kalian libur papa mau ngajak kalian jalan jalan"
"Yeay. Ela mau ke Disneyland pa!" Ujar Ela antusias.
"Oke besok kita akan ke Disneyland"
Bola mata berwarna biru milik Ela berbinar binar tidak bisa membayangkan betapa serunya suasana di Disneyland.
"Ayo papa antar ke sekolah" ujar Leon berdiri dari kursinya dan keluar dari rumah untuk mengambil mobil. Ela dan iel mengikutinya dari belakang.
Sesampainya di sekolah Ela langsung duduk di tempat duduknya karna sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
Bel tanda istirahat sudah berbunyi berhubung iel ada urusan di toilet jadi Ela hanya berdiam diri di kelas.
Teman sekelas Ela yang bernama nara mendatanginya. Tanpa sepatah kata nara tiba tiba mendorong Ela membuat ela terjatuh dari kursinya hingga kepala ela membentur meja .
Iel yang baru sampai di kelas dan melihat kejadian itu langsung mendorong nara dengan kasar. Ela sangat terkejut sehingga dia hanya diam dalam posisinya.
"Apa yang kau lakukan" tatapan iel benar benar menakutkan membuat nara takut sampai matanya berkaca kaca.
Iel membopong Ela dan membawanya ke ruang uks. Kebetulan ruang uks itu berdampingan dengan ruang guru.
"Astaga apa yang terjadi dengan Ela" suara terkejut wali kelas Ela ketika tidak sengaja melihat Ela di gendong oleh iel dari jendela kantor.
Wali kelas Ela buru buru menghampiri si twins.
"Ela apa yang terjadi dengan jidatmu" khawatir dhita wali kelas Ela."Ke sengat tawon bu" ujar Ela yang kini sudah duduk di ranjang uks. Dhita yang mendengar jawaban Ela mengangguk percaya.
"Nara mendorongnya" ujar iel ketika dirinya sudah hampir keluar dari uks. Iel ingin melapor permasalahan itu kepada ayahnya.
"Abang mau kemana?. Jangan coba coba lapor ke papa nanti yang ada permasalahnya tambah besar" triak Ela melihat iel sudah berjalan jauh dari uks. Iel sama sekali tidak menggubris perkataan ela.
Dhita mengobati jidat Ela dengan telaten. "Kenapa bisa nara mendorong ela"
"Tidak tau tuh. Dia tiba tiba datengin meja Ela terus dorong Ela"
"Nanti ibu akan tegur nara"
Selang beberapa menit Leon datang dengan nafas ter engah engah sedangkan iel berjalan santai di belakang Leon.
"Kamu tidak papa Ela" ujar Leon membolak balik badan ela.
"Aku tidak apa apa tapi tindakan papa membuatku pusing"
"Oh maaf " ujarnya kikuk.
"Siapa yang berani melukai putri papa hah?"
"Nara dia teman sekelas Ela dan Gabriel tuan" ujar dhita.
"Apa itu sakit" ujar Leon menyentuh jidat Ela yang sudah di obati.
"Tidak" Ela menjawab jujur. Itu tidak sakit sama sekali.
"Kalau begitu nanti tanya ke nara kenapa nara dorong ela" Leon tidak ingin ikut campur urusan anaknya apa lagi mereka masih kecil. Leon ingin mengajarkan mereka tumbuh dewasa.
Walaupun bingung Ela tetap mengangguk "okey papa".
"Papa pergi dulu masih ada pekerjaan yang harus papa selesaikan. Ela mau ikut papa?"
Ela menggeleng "Aku ingin menemui nara"
Leon mengelus kepala Ela "Jangan pernah bermain fisik tapi kalau dia melewati batas tidak apa apa papa tidak akan marah. Iel jaga Ela" iel mengganggu sebagai respon.
"Saya permisi tolong awasi anak saya" printah Leon pada dhita.
"Siap tuan" ujar dhita.
Ela dan iel di antar sampai kelas oleh dhita. Dhita langsung menghampiri nara yang sedang duduk di bangkunya dengan mata yang berkaca kaca.
"Nara kenapa dorong Ela?" Dengan lembut dhita menanyai nara.
"Nara ga suka liat teman teman nara deketin ela. Nara jadi ga punya teman" ujar nara dengan suara bergetar.
Dhita mengangguk paham.
"Nara minta maaf sama Ela. Ela ga salah apa apa"Nara menghampiri Ela yang tengah berdiri menonton dhita dan nara. Iel sudah duduk di tempat duduknya.
"Maaf Ela" ujar nara menunduk.
"Iya gapapa" jawab ela dengan tersenyum.
"Maaf hiks" tangis nara pecah. Sendari tadi nara menahan tangisanya.
Ela kelabakan dia pun memeluk nara dan menenangkannya.
"Kalo nara berhenti nangis nara bakal jadi temen Ela""Beneran?" Tanya nara dengan sesenggukan.
Ela kira nara akan menolaknya "tentu. Sekarang nara punya aku buat jadi teman nara" Ela meraih tangan nara untuk di genggamnya. Nara mengangguk sambil mengelap ingusnya.
Sedikit cerita tentang nara. Nara Alisya adalah anak tunggal yang orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan. Nara selalu merasa iri melihat Ela memilik ayah dan kaka yang terlihat sangat menyayangi Ela.
Rasa irinya bertambah ketika melihat teman temanya lebih mendekatkan diri kepada Ela dari pada dirinya. Sehingga dia tidak segan segan mendorong Ela hingga terjatuh. Nara menyesal Ela sangat baik tapi nara tega melakukan itu kepada Ela.
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRIELA
FantasyHana, hidup sebatang kara semenjak kedua orang tuanya berpisah membuatnya menjadi mandiri dan sedikit dewasa. Hana lelah tidak ada orang yang mengerti dirinya dan tidak ada yang peduli padanya. Hana ingin sekali kembali menjadi anak kecil, ketika k...