Bagian 12

15.7K 1.7K 37
                                    

"Ela bangun! kamu mau terlambat sekolah?"

"Aku masih ngantuk" ujar Ela semakin menutupi dirinya dengan selimut.

"Masih ngantuk ya" ujar iel dengan simrik nya. Iel pun masuk ke kamar mandi lalu mengambil air.

iel menciprati Ela "Bangun! kamu ada ulangan. mau ga lulus sd?"

Dengan setengah mengigau Ela menjawab sama sekali tidak terganggu dengan air yang mengenai badanya. "Gapapa jadi anak sd itu enak"

"Enaknya di mana?"

"Kalo anak sd mah taunya timezone bukan friendzon"

"Tau dari mana kamu?"

"Pengalaman"

Mendengar Ela semakin ngaco iel pun menarik telinga Ela. "Mandi sana abang tunggu di bawah. Kalo dalam 5 menit belum turun abang tinggal"

"Iya ish" Ela mengusap telinganya yang sedikit memerah.

Ela memasuki kamar mandi. Dengan secepat kilat Ela mandi seperti bebek. Memakai seragam sekolahnya lalu bercermin.

"Gila sih, waktu kek cepet banget padahal baru kemarin kelas 1 sd sekarang udah mau lulus sd aja. Mana gue makin cantik lagi"

Selama dirinya tinggal di tubuh Ela banyak sekali perubahan yang terjadi. Iel yang sudah membuka dirinya. Leon yang semakin menyayangi anak anaknya.

Ela menuruni tangga menuju meja makan. Gabriel dan Leon sudah duduk manis menunggu Ela datang.

"Tuan putri sudah datang silahkan nikmati hidangan yang tersaji" ujar Ela kemudian duduk di kursi favoritnya.

Iel yang duduk di samping Ela menoyor kepala Ela. "Tuan putri dari jonggol"

Ela mengrucukan bibirnya. "Pulang sekolah nanti Ela ikut papa ke London" Ujar Leon.

"Mau ngapain pa?"

"Nengok opa di rumah sakit"

"Abang ga ikut?"

"Engga"

"Nanti abang sama siapa di rumah?"

"Theon"

Ela mengangguk mengerti. Berapa tahun yang lalu theon memasuk universitas ternama di Los Angeles hanya saja dia tinggal di apartement yang dekat dengan kampusnya.

Mungkin beberapa hari ke depan theon akan tinggal di kediaman lesham menemani iel.

"Ok"

Setelah percakapan kecil itu Ela dan iel di antar kesekolahan. "Jangan nakal" leon mengusap kepala putrinya dengan sayang.

Leon berpesan begitu bukan tanpa alasan. Dirinya seringkali di panggil oleh guru twins karena Ela banyak tingkah seperti reog.

Ela menunjukkan senyum gigi kuda membuat kedua matanya menghilang.

Matanya ilang ke mana tuh.

Leon menjalankan mobilnya setelah melihat Ela dan iel memasuki lorong kelas.

"Ela!" Suara cempreng itu terdengar memenuhi ruangan kelas.

Ela hanya tersenyum pasrah. Ela dan nara semakin dekat hingga yang tadinya teman menjadi sahabat. ternyata nara adalah anak yang baik. Nara sama sekali tidak jahat.

"Kamu ga lupa kan hari ini ada presentasi pelajaran IPS"

"Engga dong"

Beberapa menit kemudia bel masuk berbunyi dan guru memasuki kelas.

"Anak anak silahkan presentasi kan tugas yang ibu kasih satu minggu kemarin. Kelompok pertama silahkan maju.

Berhubung Ela, iel dan ke 3 teman kelasnya kelompok pertama Ela pun maju ke depan kelas.

"Gabriela! fighting! Gabriela! Fighting!" Lagi lagi suara cempreng nara terdengar.

"Sst" Ela menaruh telunjuknya di depan bibir. Menandakan agar nara diam.

Dengan setengah berbisik nara menjawab "Okeh~"

Ketika ingin membuka suara untuk presentasi sebuah panggilan dari mikrofon mengurungkan niat Ela.

"Gabriela Herlmi lesham di tunggu di ruang kepala sekolah"

Mendengar panggilan itu Ela pamit dengan gurunya dan pergi menuju ruang kepala sekolah.

Dirinya menebak nebak apa ia membuat masalah? Padahal seingat Ela. Ela belum membuat masalah hingga harus di panggil.

Sesampainya di ruang kepala sekolah Leon sudah duduk dan berbincang dengan kepala sekolah. Terlihat sedang berbicara serius.

"Kenapa pa?"

"Ayo ke London opa meninggal"

Ela terkejut hingga tak sadar Leon sudah membawanya memasuki mobil.

Leon memberhentikan mobilnya di bandara. Kemudian memasuki jet pribadi yang sudah siap untuk take off.

Beberapa jam berada di pesawat membuat badan Ela pegal pegal.
Sesampainya di bandara London Ela langsung di antar menuju house heaven.

Dengan masih memakai seragam sekolah Ela memasuki rumah duka itu. Di sambut dengan orang orang perpakaian hitam dan sebuah peti terdapat foto figur seseorang di atasnya.

Tiba tiba tubuhnya di peluk seseorang yang masih sesenggukan terlihat sangat memperhatinkan.

"Ela jangan tinggalin oma" ujar oma sembari menangis.

Ela membalas pelukan omanya. "Ela engga akan tinggalin oma ko. Oma tenang aja" Ela tersenyum bermaksud menenangkan oma.

Setelah Ela mengucapkan kalimat itu oma tidak sadarkan diri.

***

"Setelah opa meninggal oma kurang tidur. Makan susah, dan oma sering lupa hal berharga baginya" ujar iren menjelaskan pada Leon dan Ela.

"Tapi sebelum jenazah opa di kubur oma tidur di pelukan Ela. Semenjak ada Ela oma jadi mulai kaya dulu. Mamah mohon Ela tinggal di sini dulu ya" ujar iren membujuk Ela.

Ela mengangguk ini demi kesehatan omanya.

***

Setelah mengecek Ela sudah tidur Leon ingin pergi menuju dapur karna dirinya haus.

Tetapi langkahnya terhenti ketika kedua kaka istrinya mengajak mengobrol di teras rumah.

"Leon tolong perusahaan opa. sekarang berada di ambang kebangkrutan gara gara banyak yang korupsi" ujar Edward.

"Kita udah nyoba perbaiki perusahaan opa. dengan memecat karyawan korupsi. Tapi tidak ada perubahan dalam perusahaan itu" ujar Alvin. Kaka pertama Herlmi (ibu Ela).

Mau tidak mau Leon menyetujui untuk membantu perusahaan mertuanya itu.

Kesehatan oma dari hari ke hari memang membaik hanya saja Ela harus menemani omanya hingga sembuh total.

Dan ternyata tanpa di duga semua masalah yang harus di perbaiki itu membutuhkan waktu yang lama.







Gimana puasa kalian? Lancar?

GABRIELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang