Prolog

30 2 0
                                    

Sebuah botol sedang berputar dihadapan 5 anak SMA yang sedang duduk membentuk lingkaran. Beberapa dari mereka berharap bahwa kali ini akan mengenai target mereka. Hingga, ujung botol tersebut menunjuk kepada seseorang yang mereka harapkan sebelumnya, membuat mereka memekik heboh dan saling berpelukan. Orang yang mereka harapkan sedikit terkejut mendengar pekikan mereka.

"Yes! Lo kena!"

"Akhirnya, Tuhan. Adam kena giliran."

"Apa sih lo berdua?!" Sedangkan Adam, merupakan orang yang terpilih hanya mencebik kesal dengan sikap heboh mereka.

"Bukan kita berdua. Kita semua yang senang. Oke, darenya-"

"Heh! Gue pilih truth ya! Kenapa langsung dare?!" Protes Adam atas ucapan Teguh.

"Nggak. Dare. Gampang kok dan jangka waktunya panjang buat ngelakuinnya." Ucap Teguh santai.

"Lo pikir jasa asuransi? Ini baru hari pertama sekolah di semester baru. Nggak usah aneh-aneh." Balas Adam masih dengan nada kesalnya.

Benar, ini baru hari pertama mereka bersekolah di semester genap. Kelas sedang free, sehingga mereka berada di atap untuk mengusir rasa bosan dengan bermain. Terlebih, ini wilayah mereka atau sebut saja 'markas' mereka, sehingga tidak ada seorang pun yang berani datang.

'Bagaimana mereka berani datang, orang kita berlima yang pegang kunci plus petugas kebersihan buat bersihin tempat ini.'

"Kalau bikin orang buat jatuh cinta sama lo, gimana? Sekalian, ngukur kadar ketampanan lo sejauh apa di sekolah ini. Iya, nggak?" Tanya seorang yang lain yang ikut heboh atas terpilihnya Adam di permainan tadi, Kai. Semuanya, kecuali Adam mengangguk setuju.

"Lo berdua tahu?" Tanya Adam kepada dua orang yang hanya diam sedari tadi. Sebenarnya, mereka ikut senang atas terpilihnya Adam, tapi tidak seheboh Teguh dan Kai.

"Tahu, tapi targetnya nggak tahu." Jawab salah satu di antara mereka, Jauzan dan Jay hanya mengangguk, membenarkan ucapan Jauzan.

Adam hanya menghela nafas pasrah. Menyibakkan rambutnya ke belakang, lalu memegang pinggang dengan kedua tangannya.

"Oke. Siapa targetnya?" Tanya Adam.

Kai dan Teguh saling menatap, kemudian tersenyum.

"Ratu Esnya SMA Kala Harapan-"

"Heh! Apa-apaan lo berdua gangguin anak beasiswa!"

Kedua kalinya, ucapan Teguh dipotong. Tapi, bukan Adam. Melainkan Jauzan. Sedangkan, Adam hanya mengernyitkan dahi.

"Lo kenapa, Ja? Suka? Biasanya, lo cuek aja siapapun targetnya, entah cewek atau cowok." Tanya Kai, heran mendengar intonasi Jauzan yang meninggi perihal cewek yang akan mereka targetkan kali ini.

"Kali ini, jangan dia. Gue masih oke kalau yang lain. Gue nggak suka sama dia dan nggak ada hubungan apa-apa. Tapi, gue nggak mau kalau dia kehilangan beasiswanya gara-gara permainan ini. Gue tahu jelas keadaan dia kayak gimana. Lo nggak kasihan? Di mana hati nurani lo semua?" Tanya Jauzan dingin.

"Kalau dia kehilangan beasiswa, yaudah. Hilang. Selesai. Paling dia dipindahkan atas rekomendasi bokapnya Adam. Dia orang pertama yang baru terima beasiswa di sekolah ini 'kan? Bokapnya Adam tipe orang yang bertanggung jawab kalau lo lupa." Jawab Jay dengan nada santainya, membuat Jauzan mendelik tajam ke arah Jay.

"Siapa sih ratu esnya? Anak beasiswa yang mana? Gue baru tahu kalau bokap gue masukin anak beasiswa di sekolah ini. Biasanya, beasiswa hanya diberikan ke sekolah lain yang menjadi donatur dari perusahaan bokap gue." Ucap Adam menengahi suasana yang kian memanas.

Adam's Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang