D-7

22 1 0
                                    

Kringgg...

Bel tanda istirahat telah berbunyi. Gue nggak lupa dengan rutinitas gue, terlebih orang yang menjadi tokoh utama dalam rutinitas gue sudah balik. Berusaha dekat dengan Luca dengan cara makan bersama di kantin. Yah, walau gue tahu ujung dari usaha gue, dia bakal pergi walau gue baru sesuap makan atau gue baru duduk didekatnya.

Awalnya gue bosan melakukannya. Tapi, karena kemarin gue melihat senyum tipis Luca yang dia berikan kepada Bu Yuna, semangat gue kembali dan merasa kalau gue sudah selangkah lebih maju untuk memenangkan taruhan ini.

Brak

Mungkin karena gue yang sedang semangat, gue nggak melihat seseorang yang sedang berjalan melewati depan kelas gue, sehingga gue menabrak...

Luca, dengan buku yang kini berhamburan di sekitarnya.

Gue ikut berjongkok, membantu Luca yang mulai menyusun buku...

Anjir, ini buku paket sekitar 30-an Luca yang bawa? Kemana Jay lempeng? Nggak bertanggung jawab sama tugasnya. Yang berat-berat malah dikasih ke Luca yang badannya kurus begini.

Serius, badan Luca itu pendek dan kurus. Gue nggak body shaming.

"Sorry, Ca. Gu-"

"Gue bantu."

Gue melihat seseorang yang ikutan jongkok juga di samping kita berdua.

Tebak, dia siapa?

Kak Ben. Anak kelas XI IPS 1 dan juara satu umum untuk kelas XI IPS di angkatannya kemarin. Salah satu most wanted juga di kalangan siswa-siswi di sekolah ini. Anak OSIS di bidang keamanan yang katanya bakal mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS periode berikutnya, menggantikan kak Yoshi. Dan fakta menarik lainnya, ia sedang berusaha mendekati Luca.

Oke, nggak bisa gue pungkiri kalau ratu es SMA Kala Harapan bisa gaet orang semacam kak Ben dan kak Yoshi.

"Gue bantu"

"Gue bawain."

Gue dan kak Ben saling bertatapan.

"Nggak perlu." Ucap Luca berdiri perlahan, karena sedikit kesulitan dengan buku yang ia bawa. Kemudian, berjalan mendahului dan pergi meninggalkan kami yang masih mematung. Untungnya, kami masih berinisiatif membantu Luca dengan cara mengejarnya. Gue lebih dulu mengambil sebagian buku di tangan Luca dan sebagiannya lagi diambil oleh kak Ben. Sehingga, nggak ada lagi buku di tangan Luca.

"Nggak baik perempuan bawa buku yang berat-berat."

"Apalagi, cewek secantik lo yang bawa."

Bukan gue yang mengeluarkan kalimat pujian tersebut ke Luca, tapi kak Ben.

Sekedar informasi. Di kalangan siswa-siswi di sekolah ini, kak Ben terkenal sebagai sosok yang disiplis, tegas, dan teguh pada pendiriannya. Mau cewek atau cowok, mau kalangan atas atau elit sekalipun, jika orang tersebut salah, dia bakal habis-habisan membentak atau memarahi orang tersebut. Jika tergolong berat, ia tidak ragu membawa masalah tersebut ke Kepala Sekolah. Meski orang tersebut berusaha menutupi kesalahannya, ia bisa membawa dan menunjukkan bukti, termasuk orang yang bisa ia jadikan saksi.

Untungnya, jika kesalahan tersebut hanya terjadi di dalam sekolah. Kalau di luar sekolah, ia bakal bersikap normal dan sebodoh amat mungkin.

Untungnya lagi, jika lo merupakan seseorang yang cukup dekat dengan dia dan tidak banyak tingkah, dia bisa menunjukkan sisi ramahnya, bahkan bisa diajak bercanda. Bisa dibilang, karakter yang bakal dia tunjukkin tuh seperti Kai dan Teguh.

Dan kayaknya, sisi bucinnya ia tunjukkan ke Luca, ratu es SMA Kala Harapan yang sedang ia dekati. Katanya.

"Pagi, Bu. Mau mengembalikan buku paket dari kelas X IPA 3."

Adam's Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang