D-3

26 1 0
                                    

Sekali lagi (Atau mungkin sampai misi gue berhasil), gue ke kantin. Tapi, gue nggak menemukan Luca. Hanya, Juli bersama dengan... teman-teman sekelasnya?

Walaupun gue terkenal, gue tetap buta sama rupa orang yang baru gue temui maupun hanya beberapa kali dan nggak seintens itu untuk bertemu. Gue mendekat ke arah mereka. Lebih tepatnya, gue mendekat ke arah Juli.

"Jul, Luca ke mana?"

Gue emang anaknya to the point. Makanya, langsung bertanya tanpa basa-basi. Walau, gue sempat melirik ke beberapa orang di meja ini yang sedikit terkejut (?), ah bahkan ada yang tersedak.

Mungkin heran, karena orang seterkenal gue cari ratu esnya SMA Kala Harapan.

"Hm... Kata teman-teman kelasnya sih ke perpus. Oh, bareng Jay juga." Jawab Juli.

Ngembaliin buku?

"Oke."

Gue pergi meninggalkan Juli dan teman-temannya yang langsung sibuk mengobrol. Gue nggak mau PD, tapi sepertinya mereka sedang gosipin gue. Gue mulai berjalan ke arah perpustakaan. Sempat berhenti sejenak dan mengambil ponsel di saku celana gue. Membuka ruang obrolan dengan Jay.

Jay Lempeng

Lo sama Luca?

Tadi, ngembaliin buku

Gue udah di atap sekarang

Luca di mana?

Perpus (?)

Thanks

Gue melanjutkan langkah gue untuk pergi ke perpustakaan yang berada di sebelah gedung ruang guru. Berjalan cukup jauh, karena benar-benar berada di ujung wilayah sekolah ini. Apalagi tempat gue berada masih di area kantin yang terletak di ujung sekolah ini pula.

Ketika gue sampai di perpustakaan, mata gue menyusuri isi perpustakaan lewat jendela. Gue tidak melihat sosok Luca. Gue memilih masuk, siapa tahu sosoknya yang pendek dari gue dan sedikit kurus terhalang oleh tingginya rak-rak buku.

Dan, benar. Dia sedang duduk dan benar-benar terhalang oleh tingginya rak-rak buku di ruangan ini. Gue mengambil salah satu novel yang pernah gue baca. Benar-benar gue pernah baca dan menyelesaikannya. Gue nggak terlalu suka dengan novel. Lebih suka komik, itu pun kalau sedang niat membaca.

"Hm? Lo di sini?"

Pura-pura kaget, biar dianggap nggak sengaja temui dia. Harus bersikap senatural mungkin. Gue duduk di seberangnya dan mulai membaca novel yang gue ambil tadi.

Baru saja gue membaca satu kata pada novel yang gue pegang, gue melihat sosoknya yang sudah berdiri dan bersiap pergi dari tempatnya. Sekali lagi, gue berdiri dan menahan lengannya yang tertutupi seragam. Dan sekali lagi, tangan gue ia hempaskan. Dibalik kacamata yang ia gunakan, matanya menatap tajam ke arah gue.

Ini cewek, benar-benar nggak suka banget sama kehadiran gue? Dan gue baru sadar kalau Luca ternyata memakai seragam lengan panjang.

Untuk seragam, siswa-siswi di sini benar-benar dibebaskan untuk memakai seragam lengan panjang ataupun lengan pendek. Tetapi, hampir nggak pernah gue melihat siswi di sekolah ini memakai seragam lengan panjang, atau bahkan memakai seragam yang sesuai aturan deh, kayak baju seragam yang harusnya nggak terlalu membentuk lekuk tubuh, panjang rok yang harusnya sepanjang lutut sampai betis, celana yang harusnya nggak boleh terlalu ketat, dan lain-lain. Semua itu mereka langgar.

Tapi, Luca, ia berbeda dan ini pertama kalinya gue menemukan orang yang memakai seragam lengan panjang dan mengikuti aturan sekolah yang ditetapkan.

Anak beasiswa kali ya, makanya nggak bertingkah.

Adam's Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang