Hari ke-22 sejak taruhan gue dimulai dengan geng gue dan ini merupakan taruhan ke-2 antara gue dan Luca yang lagi sementara dia realisasikan. Gue harap-harap cemas tentang Luca yang mau menerima dengan ikhlas untuk menjalankan taruhan ke-2 ini, setelah gue mendapatinya di tempat dia biasa melarikan diri.
Serta, sebuah fakta baru lainnya yang bisa saja nggak diketahui orang lain, bahkan Juli sekalipun.
Gue berharap, semoga apa yang gue lakukan dan ucapkan ke dia kemarin, benar-benar bisa luluhin keras kepalanya, turunin egonya, dan menerima taruhan ini dengan lapang dada.
Kringgg...
Karena khawatir Luca yang bisa saja tiba-tiba menghilang lagi, gue menyimpan buku dan pulpen gue di laci dan bergegas pergi ke kelas Luca.
"Ca."
"Ca."
Kita saling bertatapan. Seseorang yang sangat-sangat gue kenal yang juga ikut menghampiri kelas Luca, Juli.
"Kak Adam, ngapa- Eh, eh pelan-pelan, Ca." Belum selesai ucapan Juli, Luca keluar kelas dan menarik lengan Juli, meninggalkan gue yang sempat mematung. Untungnya, gue refleks menahan lengan Juli yang lain.
"Eh, mau ke-"
"Kantin."
Perlahan, gue melepasnya. Gue tersenyum. Sepertinya, Luca benar-benar melaksanakan taruhan ke-2 ini.
"Ngapain lo senyum-senyum depan kelas orang?"
Gue berbalik, menatap 2 orang yang berada di samping gue.
"Hehehe... Ayo, kantin. Infoin yang lain juga." Ucap gue dan berjalan terlebih dahulu. Suasana hati gue benar-benar baik hari ini.
Sesampainya di kantin, gue memesan makanan sebelum ikut duduk bersama Luca dan Juli. Yang mengherankan, kenapa bisa ada Teguh dan Kai? Perasaan, gue baru memberitahu Jauzan buat infoin geng gue.
"Lo berdua kenapa bisa sampai duluan?" Tanya gue.
"Lah, bukannya lo yang nyuruh kita buat makan bareng di kantin?" Tanya Teguh balik.
"Gitu kalau lagi senang sendiri. Lupa segalanya. Padahal, sebelum keluar dia pesan ke gue buat chat yang lain."
Atensi gue tertarik ke arah Jauzan dan Jay yang baru datang dan duduk di sebelah gue. Gue menaikkan sebelah alis bingung.
"Masa sih? Kapan?"
"Malas ngulangin. Bikin habis tenaga. Tuh, pesanannya udah datang." Ucap Jauzan malas, mengambil semangkok mie ayam dari pelayan tersebut diikuti oleh kita semua, kecuali Luca dan Juli yang sudah lebih dulu menikmati makanan mereka.
Seperti biasa, meja ini cukup rame dengan obrolan yang didominasi oleh Kai, Teguh, dan Juli.
Gue menatap Luca yang diam, fokus dengan makanan yang dia makan.
"Makasih yah." Karena kondisi meja ini yang lagi ramai, gue berusaha membuka topik dengan Luca. Walau, lagi-lagi Luca hanya diam.
Atau dia yang nggak mendengar ucapan gue?
Dengan yakin, gue memberikan chicken katsu ke piringnya. Dia melirik gue.
"Makasih. Gue berikan itu sebagai bentuk reward gue ke lo." Ucap gue tersenyum. Tetapi, tetap saja gue nggak mendapat tanggapan dari dia dan memilih untuk menghabiskan makanannya.
Setidaknya, dia tetap tinggal di meja ini bersama gue, hinggal bel masuk berbunyi.
***
5 Konglomerat
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam's Ice Girl
FanficKarena kekalahannya dalam permainan TOD di hari pertama awal semester genap, Adam Kalandra mau tidak mau harus menerima usulan dare dari teman-temannya yang kini berubah menjadi taruhan mereka dalam waktu 45 hari. Isi taruhannya, membuat seorang Rat...