D-10

19 0 0
                                    

Hari senin yang cukup melelahkan. Nggak ada libur yang diberikan di hari berikutnya, setelah acara pensi dilaksanakan kemarin. Masuk seperti jadwal biasa.

Sebenarnya, di rapat kemarin, para panitia sudah mengajukan permintaan kepada Kepala Sekolah, bahwa pentas seni dilaksanakan hari sabtu, agar ada jadwal libur di keesokan harinya atau terjadwal hari minggu dengan catatan panitia diberi kompensasi libur di keesokan harinya. Tujuannya, agar para siswa, terutama panitia bisa beristirahat. Tetapi, Kepala Sekolah bersikeras untuk tidak memberikan libur, kecuali berkaitan dengan keperluan sekolah terhadap kegiatan penilaian dan hal tersebut juga dapat memperlambat materi yang seharusnya siswa dapatkan.

Yah, emangnya Pensi nggak berkaitan dengan keperluan penilaian sekolah? Perasaan, bakal dinilai oleh alumni, serta para donatur terkait.

Itu yang gue pikirkan saat Kepala Sekolah berkata demikian dan disampaikan melalui upacara senin minggu lalu.

Saat gue sedang berjalan memasuki kawasan koridor kelas, gue bisa melihat sosok kak Yoshi yang berhenti sesaat dan meregangkan badannya. Gue berlari mendekati sosok tersebut, kemudian menepuk bahunya sebentar.

"Selamat pagi, kak." Sapa gue.

"Oh, Adam. Pagi. Bagaimana kabar lo?" Tanya kak Yoshi langsung. Kita berdua mengobrol sambil jalan menuju kelas kita berdua masing-masing.

"Baik, kak. Tapi, kantong mata kakak sedikit hitam. Kakak begadang?"

Bukan sedikit hitam, benar-benar hitam seperti mata panda. Bukan berlebihan, tapi terlihat cukup kontras untuk warna kulitnya yang putih pucat.

"A-ah, iya. Sedikit. Jam 8 malam pembubaran panitia dan gue baru tiba di rumah jam 9 malam. Terus, gue langsung kerjain tugas." Jawab kak Yoshi.

"Hah? Tumben kak Yoshi kerjain tugas pas deadline?"

Gue tahu kalau kak Yoshi tipe-tipe siswa yang lebih memilih menyelesaikan tugas sekolah dulu, saat tugas tersebut diberikan di hari itu juga.

"Tanya pak Nas. Tiba-tiba kirim tugas tambahan Sejarah."

Sepertinya, pak Nas merupakan salah satu guru yang paling mengesalkan murid di sekolah ini.

"Oh, hasil voting lo kemarin bisa ambil sama koordinator panitia humas. Namanya Ray, anak XII IPA 2." Info kak Yoshi.

"Oh, oke ka-"

Kita berdua berhenti berjalan dan atensi kita teralihkan oleh sosok perempuan yang kini berdiri di depan kita. Menyerahkan sebuah kantongan ke arah kak Yoshi.

Gue kaget, karena perempuan tersebut adalah Luca.

Kak Yoshi menerima kantongan tersebut, lalu Luca pergi dari hadapan kita berdua. Bisa gue dengar helaan nafas orang di sebelah gue dengan gelengan kepalanya.

"Apa tuh kak? Terus Luca..." Tanya gue kepo dan menggantung kalimat gue diakhir.

Tanpa menjawab, kak Yoshi memperlihatkan isi kantongannya. Terdapat beberapa snack dan jus jeruk dalam botol. Lumayan banyak. Kak Yoshi mulai berjalan terlebih dahulu.

"Kakak serius suka sama Luca?"

Iya, gue langsung tanya kak Yoshi to the point. Dia berbalik sebentar, memasang raut wajah bingung dan lagi-lagi ia hanya memberi senyum ke arah gue dan melanjutkan perjalanannya lagi.

"Gue suka sama Luca, kak."

Gue akui kalau kali ini gue blak-blakkan dalam mengungkapkan perasaan gue, walau ini hanya semata buat memenangkan taruhan gue. Gue hanya ingin melihat respon kak Yoshi bagaimana. Apakah dia menyukainya atau tidak? Apakah mereka memiliki hubungan lebih dari senior-junior atau tidak?

Adam's Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang