D-4

27 1 0
                                    

"Ja, ke atap?"

"Tumben? Biasanya ke- Loh Lu-Ca?!"

Plak

Syok? Tentu saja. Tanpa aba-aba dan kejadiannya hanya sepersekian detik. Salah, sepersekian milidetik, pipi gue sakit dan perih karena seseorang yang baru saja memberikan gue sebuah tamparan yang...

Anjir, ini keras banget kayak nahan dendam.

"Puas?! Nggak usah cari perhatian! Gue muak sama lo!"

Dan dia langsung pergi.

Gue menatap kepergiannya. Pergi dengan kalimat sarkas dan pipi gue yang masih perih. Serius, gue masih mencerna kejadian yang menimpa gue. Ini benar-benar seperti mimpi. Gue masih bergeming sambil mengelus pipi gue. Untung saja dia nggak memberikan gue bogeman yang bisa saja membuat bibir gue berdarah.

"Dam-"

Ting

Ting

Bunyi hp gue dan Jauzan berbunyi. Menampilkan notifikasi dari grup yang sama dengan gue dan Jauzan.

5 Konglomerat

Teguh: *Send Gambar

Teguh: Ini kelakuan Adam?

Kai: Wow, wow, wow...

Kai: Seorang Luca Bellova mampu membuat Adam Kalandra, putra tunggal dari pemilik Kalandra Corporation untuk bermain kekuasaan

Teguh: Mantap, bisa dijadiin bahan lambe turah

"Dam-"

"Ayo, ke atap. Biar gue jelasin semuanya."

"Dan gue harap, lo nggak kehilangan akal gara-gara taruhan lo ini."

***

"Jadi, lo minta tolong ke kak Yoshi buat ajuin proposal di mana lo dan Luca bakal berada di satu kegiatan yang sama?" Tanya Kai memastikan kebenaran cerita gue dan gue mengangguk, membenarkan pertanyaannya.

Semua berkumpul di atap. Gue benar-benar cerita semuanya apa yang telah terjadi di balik terbitnya poster yang dikirim Teguh.

"Iya. Itu pun gue kesusahan buat bujuk kak Yoshi. Makanya, gue sampai pastiin kalau bokap gue terima undangan dan bakal datang buat ikut dalam rapat pensi kemarin, bersama Kepsek, bu Yuna, kak Yoshi sebagai ketua panitia, dan anak-anak OSIS yang jadi koordinator acara pensi nanti." Jelas gue.

"Tetap aja lo pakai orang dalam, gila. Orang lo yang ngundang-"

"Undangannya dari pihak sekolah dan diterima langsung oleh bokap gue beberapa hari yang lalu. Gue cuman mastiin. Mas-ti-in. Ngerti nggak lo?" Potong gue kesal.

Gue menghela nafas sebentar sebelum melanjutkan kalimat gue.

"Siapa suruh Luca punya suara bagus. Yah, gue manfaatin lah. Bu Yuna juga bahagia banget dengar gue ajak Luca buat collab. Jadi, nggak sepenuhnya juga gue manfaatin kekuasaan." Tambah gue.

Gue nggak bohong. Raut wajah bu Yuna benar-benar bahagia saat nama Luca gue sebut untuk gue ajak collab. Walaupun, cukup banyak kendala yang gue peroleh dalam rapat kemarin, terlebih kendala itu hampir semuanya berasal dari kak Yoshi.

Benar, rencana gue hampir gagal karena kak Yoshi. Dia seperti tidak menyukai jika Luca ikut andil dalam kegiatan ini.

Brak

"Pantesan kemarin kak Yoshi kesal sama lo dan sekarang lo ditampar Luca. Gara-gara taruhan, lo kehilangan akal. Gue cabut."

Kita semua menatap kepergian Jauzan yang sebelumnya sempat menendang kursi. Terdengar kesal dari caranya berbicara.

Adam's Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang