Hari ini merupakan hari terakhir gue dan Luca latihan dalam mempersiapkan penampilan kami sebelum keesokan harinya kami beristirahat. Bu Yuna juga bakal datang untuk melihat hasil latihan kami selama beberapa hari terakhir.
Dan rutinitas gue hari ini tetap sama, menemui Luca di kantin untuk makan bersama.
Kali ini, gue bersama geng gue. Lengkap. Gue sedikit kaget, karena mereka semua tiba-tiba ingin makan di kantin tanpa paksaan dari siapa pun seperti tempo hari lalu.
Gue bisa melihat Luca dari jauh. Seperti biasa, ia bersama Juli di tempat yang sepertinya sudah menjadi spot makan mereka berdua.
"Jul, kita gabung yah."
"Ca, gue gabung yah."
Gue bertatapan dengan seseorang yang sangat gue kenal. Yang gue temui kemarin di perpustakaan dan ikut membantu Luca mengembalikan buku.
Kak Ben.
"Silahkan. Tumben banget nih most wantednya sekolah pada ngumpul. Di sini lagi." Ucap Juli.
Gue duduk di samping Luca. Begitu pula kak Ben yang duduk di sisi lain Luca, sehingga Luca berada di antara gue dan kak Ben.
Seperti biasa, saat kita berdua benar-benar akan duduk, gue bisa melihat Luca yang sedang bersiap pergi dari meja ini.
"Wihhh... Rame banget. Gue gabung yah."
Pergerakan Luca terhenti saat kak Yoshi datang dan menyentuh kedua bahu Luca. Ah, lebih tepatnya, kak Yoshi menekan bahu Luca agar tetap duduk di tempatnya. Luca menengadahkan wajahnya untuk melihat pelaku yang menyuruhnya untuk tetap di sini, kemudian menghembuskan nafasnya... Yang terdengar pasrah.
Gue hanya bisa menaikkan alis sebelah.
"Kak Yoshi. Ayo duduk dekat Juli. Depanan sama Luca." Ajak Juli semangat dan dibalas anggukan oleh kak Yoshi. Sesuai perintah, kak Yoshi duduk di dekat Juli dan benar-benar berhadapan dengan Luca.
Apakah Juli tahu kalau kak Yoshi suka sama Luca, makanya ia menyuruh kak Yoshi untuk duduk behadapan dengan Luca?
"Jul, lo tahu kak Yoshi suka sama Luca, makanya lo kasih kesempatan?"
Terima kasih kepada Kai yang sudah menyuarakan isi hati gue.
"E-eh..."
"Iya, Juli tahu. Juli juga tahu kalau Ben suka Luca. Makanya, dia biarin Ben duduk didekatnya." Bukan Juli, tapi kak Yoshi yang menjawabnya.
"Wow, ternyata rumornya beredar luas. Jadi, gimana kelanjutannya?"
Oke. Di beberapa kesempatan, Teguh bisa jadi seseorang yang sangat to the point atas apa yang ingin ia ketahui, dan saat ini contohnya. Manusia mana yang berani ngomong begini di depan 2 orang laki-laki yang sedang menyukai 1 perempuan?
Kak Yoshi mengalihkan pandangannya, menatap Luca langsung dengan senyumnya.
"Tanya aja ke Luca langsung. Sudah, ayo makan. Juli, bagi makanan dong. Pesanan gue belum datang." Ucap kak Yoshi yang langsung mengambil kerupuk pangsit milik Juli.
Bisa gue lihat raut wajah Luca yang tetap diam tanpa bantahan apapun terkait rumor tersebut, seolah-olah rumor tersebut benar adanya dan nggak ada pengaruh bagi hidupnya.
Dia nggak ada rasa risih apa?
Benar kalau kak Yoshi tipe orang yang blak-blakan. Tapi, gue nggak tahu kalau dia bisa sesantai ini dalam mengungkapkan perasaannya dan perasaan orang lain di depan orangnya langsung.
Suasana saat ini benar-benar berbeda. Meja ini benar-benar ramai oleh celotehan Kai, Teguh, Juli, dan kak Ben. Sudah gue bilang 'kan kalau kak Ben itu tipe-tipe teman gila yang bisa membaur dan memiliki sifat 11 12 seperti Kai dan Teguh? Ada banyak tawa di meja ini. Sesekali Jay juga ikut menimpali cerita mereka dengan kalimat yang singkat, padat dan jelas, sehingga Jay terkadang menjadi bahan olokan mereka di meja ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam's Ice Girl
FanfictionKarena kekalahannya dalam permainan TOD di hari pertama awal semester genap, Adam Kalandra mau tidak mau harus menerima usulan dare dari teman-temannya yang kini berubah menjadi taruhan mereka dalam waktu 45 hari. Isi taruhannya, membuat seorang Rat...