2. Lima Tahu Bakso

3.1K 221 3
                                    

"Sekali-kali, coba deh rasakanapa itu hukuman di sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sekali-kali, coba deh rasakan
apa itu hukuman di sekolah."

Dekik Cantik

¤¤¤

Detik ini, sepasang tangan merangkul bahu satu sama lain, kaki kanan diangkat sebelah, lalu kepala ditolehkan ke arah kiri dan kanan dalam skala lima menit. Jika ada yang mengatakan ini jauh lebih sulit daripada menjewer telinga masing-masing, mungkin merekalah orangnya.

Setiap manusia punya area sensitivitasnya masing-masing, ada di pinggang, di telapak kaki, di ketiak, di leher dan juga banyak lainnya. Nah, Haidar itu geli di bagian leher, makanya dia yang paling banyak mengeluh hingga berkata, "Ai, lu tangannya munduran jangan kena leher gue!"

"Lu ketinggian," balas gadis di sisi kirinya.

"Lu aja yang tumbuhnya kayak tanaman Suplir!" balas Haidar lagi.

Karenanya, Nathan dan Jendra menelisik ke arah tubuh si Dekik Cantik yang berdiri di paling ujung. Pernyataan Haidar memang benar, Airin itu pendek. Masih seperti anak SMP yang menggunakan tas warna-warni, ukuran tubuhnya membuat Airin berusaha payah menjinjitkan kaki agar bisa mengalungkan tangan di antara bahu Haidar.

Sebenarnya bukan karena Airin yang mini, tapi kodratnya saja sudah begitu. Dialah tanaman Suplir yang berteman dengan empat orang laki-laki  seperti pohon Redwood. Apa daya Airin yang kalau ditempeleng pakai telapak tangan Haidar saja langsung tumbang dan 'tak sadarkan diri? Itu masa prakejayaan yang terjadi sebelum penobatan Calon Saudara Ipar Sejati.

"Dasar Bapak Kancut!" Samar-samar Haidar mengingat wajah guru yang membuat mereka begini, sedangkan yang lain menahan tawa. "Enak ya jadi Reffan, bikin salah aja tetap bener di mata guru," katanya lagi, seraya kepala berganti arah menghadap ke kanan.

Perumpaan tahu bakso itu benar, seakan Reffan telah dinobatkan sebagai satu-satunya tahu yang sudah matang. Makanya saat mereka masih bergerilya di minyak goreng yang panas, Reffan sudah lebih dulu diangkat dan disisihkan.

Bukan tanpa alasan kalau laki-laki itu jadi kepercayaan pihak sekolah. Dia selalu bawa piala, memborong banyak sertifikat untuk kenang-kenangan. Reffan juga mampu memandu jalannya sebuah acara dengan baik. Misal Reffan bikin salah, paling-paling dianggap sebagai kekhilafan di mana manusia itu tempatnya salah dan dosa.

Jangan coba-coba dibandingkan sama mereka yang sedang dihukum ini. Sebab meski jadi pembela negara yang berdiri di barisan paling depan, mungkin di mata guru tidak ada apa-apanya daripada Reffan yang rangking satu di kelas.

"Kok gue jadi kasihan ya sama Reffan yang temenan sama kita," ujar Nathan.

"Lebih kasihan lagi kalo Reffan enggak punya teman." Haidar menambahkan.

Jendra hampir tertawa. "Yang ada, mustahil Reffan enggak punya teman. Harusnya lu berdua bersyukur dari sekian banyak orang di sini, dia milih temenan sama kita," katanya.

ASING : A Strange Friendship✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang