24. Menangis Bersama Langit

1.4K 193 0
                                    

"Perkelahian yang terbaikadalah saat berkelahi dengansahabat sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perkelahian yang terbaik
adalah saat berkelahi dengan
sahabat sendiri."

—Dekik Cantik

***

"Makan apa, makan apa, makan apa sekarang? Sekarang makan apa, makan apa, sekarang?" Haidar menunjuk Airin untuk menjawab lagu selanjutnya, diiringi tepuk tangan seirama dengan permainan yang sedang mereka berlima lakukan.

"Buruan, Gembleng!" Nathan menegurnya karena terlalu lama berpikir.

"Makan tai, makan ta ...."

"Kampret!"

"Gila!"

"Ndablek!"

Ketiga temannya mengumpat, kecuali Reffan yang cuma geleng-geleng kepala, padahal permainan baru dimulai, tapi Airin sudah mengacaukan segalanya. "Udah, gue gak semangat main," kata si anak Bapak Ghanim.

"Yah, baru mulai! Ayo lagi-lagi!" pinta Airin.

"Lu sih, gak serius!" tegur Haidar, semangatnya jadi hilang setelah itu. Bahkan dinginnya udara di pinggir pantai tidak menetralkan isi hatinya yang sedang kebakaran, toh yang ada semakin berangin semakin besar apinya.

"Ya 'kan tadi makan apa kata lu!" Airin mencomot jajanan ringan yang Nathan beli saat perjalanan mereka ke sini, dan jujur gadis itu tidak terlalu suka tempatnya karena banyak tai kuda. "Apa salahnya sama makan ...."

"Kitu weh kokotor, Airin!" Haidar ngegas, bahkan berpikir mau menendang Airin ke air pantai sana dari pondok-pondokan yang mereka duduki bersama.

Airin menunduk sedikit, telihat mencari sesuatu yang tadi sempat terlihat di pikirannya. "Ikan sepat punya Pak Kanjut makan tai burung kok." Dan itulah yang dia dapatkan.

"Lu mau gue seret ke tengah laut sana, atau mau gue gantung di atas pohon kelapa?" Sekarang Nathan yang bicara, serius, Airin menjengkelkan sekali dalam perjalanan libur semester mereka ini.

"Udah, kenapa jadi berantem dah?" tanya Jendra, dia kembali memainkan ponsel dan masuk ke arena gim berbayar di sana.

"Gak berantem beneran juga," kata Airin, "Dan kita enggak bakal berantem, 'kan?" Gadis itu bertanya saat semua kompak diam.

"Masalah seblak sama ayam geprek weh gue enggak yakin, lu ambil bagian gue, berurusan kita ke kantor polisi," kata Haidar.

"Dih, enggak. Maksud gue tuh kita-kita ini lho, atau lu berempat gitu. Lu semua gak bakal berantem sampai pukul-pukulan gitu, 'kan?" Airin tanya lagi.

"Buat apa kami berantem?" tanya Nathan.

"Kalo aja gara-gara gue, misal lu semua ngerebutin gue terus baku hantam 'kan gak ada yang tau."

Tidak ada yang mampu menahan tawa di sini, Airin tahu kalau mereka akan mengatakan dirinya berhalusinasi, dan dia tidak mempermasalahkannya karena sambil bercanda juga. Tapi serius, ia harap keempat temannya tidak akan saling memukul dalam permasalahan apa pun itu.

ASING : A Strange Friendship✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang