31. Tidak Untuk Kata Asing

2.1K 205 0
                                    

"Jangan biarin setiap orang yang datang ke kamu, bakal pergi tanpa merasa lebih baik dan lebih bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan biarin setiap orang yang datang ke kamu, bakal pergi tanpa merasa lebih baik dan lebih bahagia. Maka biar kematian yang melakukan itu, manusia jangan."

― Dekik Cantik

¤¤¤

Kalau kantin sekolah adalah tongkrongan utama saat menuntut ilmu, maka rumah Nathan adalah tongkrongan utama yang kedua saat berkumpul di luar. Kalau masakan Teh Nia yang jadi bahan rebutan di sela jam istirahat, maka masakan Mama Nathan yang paling diidamkan untuk menambah energi selama mereka membuat keributan.

Mereka berkumpul di sini, sebab Reffan tiba-tiba minta bertemu. Tidak ada satu kata pun keluar dari ketiga orang yang duduk santai di beranda rumah Nathan, sudah satu jam malah.

Sampai mobil hitam berhenti di tepi jalan dan mengalihkan pandangan ketiganya, Haidar kenal mobil tersebut, tapi ia lebih memilih bungkam karena Reffan keluar dalam keadaan loyo dan menyedihkan. Bajunya kotor, entah habis terguling-guling di manakah orang itu.

"Reffan?" Haidar segera mendekat, tapi Reffan menghentikan langkah hingga mereka saling bersitatap. Tiba-tiba Haidar menyadari segalanya. "Maaf." Dia tertunduk dalam-dalam.

Entah kesurupan jin apa, Reffan menonjok wajahnya kuat-kuat. Alhasil Jendra berlari untuk menolongnya, sedangkan Nathan mencoba untuk menenangkan Reffan yang mendadak terlihat kurang ajar. "Reff ...."

Bugh!

Sekarang Nathan merasakan hal yang sama.

Hanya Jendra saja yang belum kena, mereka juga sudah dapat menyimpulkan kalau setelah ini pasti ia akan ditargetkan juga. "REFFAN!" Tapi melawan Jendra bukan pilihan yang tepat, mau jadi sekuat apa pun seseorang saat marah, Jendra tetap masih berada di posisi yang unggul tentang kekuatan.

Jendra hanya akan menjadi lemah ketika sedang mengakui kesalahannya, seperti yang pernah terjadi di Simpang Empat. Sedangkan untuk sekarang, melawan Jendra bukanlah pilihan yang tepat.

Sedikit nyeri saat tangannya dipegang kuat-kuat oleh temannya tersebu, meski perlawanan masih berusaha ia lakukan, tapi akhirnya Reffan perlahan menurut. "Lepasin gue," katanya.

Haidar dan Nathan saling berdiri sebelahan, menyaksikan apa yang akan terjadi setelah bagian wajah mereka perih dalam sekali hantam. Reffan juga menyadari hal itu, tapi kalau ditanya apa dia menyesal karena sudah melakukannya, mungkin hataman di wajah Jendra adalah jawaban dari pertanyaan itu.

"Kendalikan diri lu, Reffan!" Haidar memegang bahunya kuat-kuat, pun menggunjangnya, sampai diremat dengan otentik yang menunjang pemberhentian amukannya. "Tenang ... temen-temen lu enggak ada yang salah di sini," ujarnya.

ASING : A Strange Friendship✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang