29. Terima Kasih, Bang Aidan

1.5K 196 0
                                    


"Seorang Kakak sedang memperhatikan kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seorang Kakak sedang
memperhatikan kamu."

― Dekik Cantik

¤¤¤

Saat itu Reffan menjadi satu-satunya orang yang belum mengucapkan selamat ulang tahun buat Airin. Tentu dia menyayangkan momen berharga si Dekik Cantik dan kesempatannya untuk menjadi yang terbaik. Maka dari itu, tiga hari setelah pulang-pergi mengurusi lomba akademik, dia segera mendatangi rumah keluarga Bapak Rahardiansyah ketimbang pulang ke rumah sendiri dulu.

Tidak ada keseruan yang menyebabkan suasana hatinya gembira, justru kabar dari sang kepala keluarga di rumah itu memacak hatinya sampai teramat dalam. Reffan juga menolak dipulangkan, dia mau ikut ke mana pun keluarga ini pergi sebelum memintanya jadi tamu baik-baik.

Sementara dulu, dia hanya 'tak ingin terluka lebih dalam lagi. Mau seperti apa Reffan dipandang oleh orang tua Airin, dia hendak melihat gadis itu secepatnya. Jadi, bersama langkah dua orang dewasa yang memandunya ke sebuah gedung medis, Reffan 'tak menyangka kalau si Dekik Cantik yang biasanya mereog seperti ulat berpendar sedang terbaring lemah di ICU.

Bang Aidan yang setia menunggui adiknya seketika tergemap, begitu juga dengan Reffan yang mematung di depan pintu. Sebab yang tidak dia pahami, kenapa bisa semendadak ini Airin terlihat lemah?

"Abang bisa ninggalin kami sebentar enggak?" Airin menatap kakaknya dengan asa dituruti, maka bersama orang tua Airin yang memutuskan berada di luar sejak tadi, dia menepuk pundak Reffan ketika mereka berselisihan.

Kini ruangan itu cuma diisi oleh dua manusia yang saling berpandangan. Satu terduduk di pinggiran kasur setelah bangkit perlahan, dan satunya lagi mendekat hingga berdiri tepat di depannya.

"Lu kenapa?" Reffan tanya untuk mengawali percakapan di antara mereka.

"Sakit, hehe." Gadis itu tertawa. "Duduk gih, kayak tentara lagi laporan sama presiden aja deh lu," tegurnya sembari menepuk sisi kasur di sebelahnya.

Tapi Reffan tidak menuruti itu, memang Airin pikir mereka mau mojok seperti di Taman Kota? Ini rumah sakit ya, artinya menampung orang-orang yang menyedihkan seperti dia.

"Lu pasti bakal sembuh, 'kan?" Reffan tiba-tiba memegang kedua bahunya, Airin sempat terjingkat. "Lu di sini cuma bentaran doang 'kan, Airin? Apa lu keracunan kue ulang tahun yang dibikin Nathan dan lainnya? Kenapa enggak ngabarin kami kalo lagi di sini? Kenapa lu ...."

"Itu dia." Airin menjawab. "Bakal terlalu banyak kata kenapa yang enggak bisa gue atasi jawabannya."

"Tapi kenapa, Ai?" Reffan terlihat sedih, sungguh. Kedua matanya merah sekarang. "Apa selama ini, alasan lu enggak sekolah karena harus ke rumah sakit? Bukan masalah internal sekolah, tapi karena emang lu harus ke sini. Gitu?"

ASING : A Strange Friendship✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang