4. Pilih Satu Atau Dua?

2.1K 205 0
                                    

"Hidup itu perkara memilih, mau
bahagia atau enggak, cuma ada
di kamu keputusannya. Jangan
mengharap dari orang lain."

—Dekik Cantik

¤¤¤

Kata Haidar, rugi yang sudah masuk SMA tapi tidak mencoba untuk menjadi pemain basket. Padahal olahraga ini yang bisa menarik perhatian banyak gadis. Mereka memukau saat turun ke arena lapangan dan bercengkrama di sana, juga kalau berhasil memasukkan bola ke dalam ring, keeleganannya meningkat berkali-kali lipat.

"Shot!" Dan Reffan sedang melakukannya.

Elif tentu merealisasikan pandangan itu dan bersorak di sebelah Airin. "Kereen!"

"MAKASIH, ELIF! I LOVE YOU!" teriak Haidar.

"Gembleng lu, Elif punya gue!" Nathan ingin menempeleng kepala Haidar yang memberi bentuk finger heart kepada Elif.

Mereka pun kejar-kejaran, di mana yang satu kegirangan dan melengking sembronoan, dan satunya lagi seperti kesurupan barongan. Mungkin saat tertangkap, pinggang Haidar akan terasa nyeri, soalnya bakal digelitiki oleh Nathan.

"Nyangkut weh!" Ketika Jendra melakukan hal yang sama dengan jenis bola yang berbeda, benda itu ternyata tak mampu melewati lobang jaring yang terlalu kecil.

"Kenapa lu pakai bola itu, Jen!" Alhasil Haidar semakin tampak seperti pasien sakit jiwa yang perlu penanganan insentif, dia berbaring di lantai dan merengek.

"Bentar, gue lempar la  ...."

"Jangan!" Reffan terlambat saat Nathan sudah menambah beban kedua di atas bola lemparan Jendra sebelumnya, alhasil jadi dua bola yang terperangkap di sana. Dan alhasil lagi, Haidar semakin tak terkendali menunjukkan raut frustasinya.

"Coba lagi." Namun Nathan babal, datang-datang dia bawa bola dan melempar benda itu ke atas sana. Selain memang berniat membantu bola-bola yang tersangkut di dalam ring agar segera berjatuhan, dia juga sengaja mau membuat Haidar semakin merengek.

"Jangan lagi! Mak gue manggang bebek hari ini!" Soalnya, pernah mereka terjebak di ruangan ini sampai jam makan siang lewat begitu saja. Haidar mau pingsan karena terbiasa makan selepas pulang sekolah. Dan sumpah! Haidar tidak mau itu terjadi lagi.

"Bebek, bebek apa yang menyedihkan?" tanya Nathan, sambil melihat ke arah Haidar dan tersenyum. "Bebek Haidar yang dibiarkan dingin terlalu lama, ahahah!"

"Natha De Coco!" Haidar bergerak untuk menghajar Nathan yang tertawa-tawa, sambil memboyong sebelah sepatunya untuk dilemparkan ke orang tersebut. Sekarang posisi mereka terbalik, bukan Nathan lagi yang mengejar Haidar, namun sebaliknya.

Sedangkan Reffan hanya geleng-geleng kepala dan memaklumi apa yang terjadi. "Kita ambil tangga," katanya pada Jendra.

"Airiiinnn! Haidar kumat, Ai!" Sementara Nathan yang sedang lari-lari seperti dikejar sapi ngamuk membuat Airin dan Elif semakin tergelak.

"Mereka lucu," kata Elif.

Airin mengangguk. "Dulu Reffan yang paling susah dideketin," ujarnya, sambil melihat Reffan dan Jendra yang berjalan ke arah pintu keluar, sekaligus mengabaikan tentang Nathan dan Haidar yang masih sibuk kejar-kejaran tidak jelas.

"Kenapa?" tanya Elif.

"Ambis, kompetitif, serius, time to study, dan banyak hal positif lainnya," jawab Airin. "Yang paling enak dideketin itu Nathan. Dia kayak cewek, jago masak. Terus kalo ada kabar baru, dia bisa diajakin ngegosip bareng. Kamu lihat kulit dia putih dan bersih, 'kan? Nathan itu bisa ganteng, bisa juga cantik. Kadang kalo kami pada kesal, manggilnya jadi Natha De Coco, kayak yang diteriakin Haidar barusan," jelasnya.

ASING : A Strange Friendship✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang