27. Pindah Sekolah

1.4K 187 0
                                    


"Ketika menghadapi masalah, makalakukan perubahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketika menghadapi masalah, maka
lakukan perubahan. Bukan justru
berpindah dan meletakkan masalah
itu di tempat yang berbeda."

― Dekik Cantik 

¤¤¤

Duduk menghadapi orang tua dalam permasalah yang serius adalah, masa yang membuat Airin seperti berada di tengah-tengah jembatan panjang dengan air laut berisi ribuan buaya. Dua sisi jembatan tersebut menuntutnya untuk segera berjalan, karena kalau berhenti di tengah-tengah, ia bisa terjatuh ke tempat yang mengerikan saat penopang dua sisi di sudut berbeda mengurangi dayanya.

Selain daripada Ayah dan Mama berada di dua ujung berbeda, ada Bang Aidan yang terbang di atasnya sebagai burung elang, lalu Airin sudah seperti tikus yang jadi makanan burung itu. "Jadi, maksud kamu Aica sudah meninggal?" Sang kepala keluarga membuat Airin trenyuh hebat.

Kepala Airin mengangguk. "Iya, Ayah" jawabnya.

"Terus di sekolah? Kamu sama siapa?" Ayah tanya lagi.

"Sama Haidar," jawab Airin.

Ayah menatap Bang Aidan, lalu kakak laki-lakinya itu menganggukkan kepala sebelum akhirnya ikut tertunduk juga. "Jadi selama ini kamu temenannya sama cowok?" tanya sang empunya.

"Maaf, Ayah." Airin hanya bisa mengatakan itu. "Teman Adek ada empat, semuanya cowok, he he," katanya.

Ayah melipat tangan di depan dada dan menghela napas. "Hal itu cuma membuat kamu jadi lebih interaktif, kamu sekarang bukan bintang sekolah kayak di SMP. Ayah izinkan kamu lanjut di sana karena Ayah pikir kamu sama Aica, tapi ternyata, sahabat kamu itu sudah enggak ada?" Pertanyaan itu membuat Airin menggigit bibir bawahnya. "Berteman dengan banyak cowok bikin kamu nakal saja, Airin. Kamu tahu ada di peringkat berapa, bukan?" tanya Ayah lagi.

"Buat apa nilai bagus-bagus? Adek cuma mau menikmati masa-masa ...."

"Bukan begitu caranya, Ayah enggak senang mendengarnya." Ayah menyela bicara anak bungsunya itu, beliau adalah orang yang begitu serius tentang pendidikkan anak-anaknya. Bahkan Bang Aidan yang baru saja berhasil menempu pendidikan S2 di bidang Teknik Informatika harus mati-matian memenuhi tuntutan sang ayah. "Lebih baik kita pindah kamu, di sana kamu bakal lebih baik," lanjutnya.

"Ma." Airin memegang kedua tangan Mama, sangat-sangat dingin, beliau bahkan bisa merasa kalau peredaran darah di dalam sana bisa membeku kapan saja kalau tidak segera dihangatkan. "Adek enggak mau pindah," katanya.

Ayah dan Bang Aidan juga tidak bisa berkata-kata lagi, melihat bagaimana tubuh mungilnya perlahan jatuh dalam pelukkan Mama, mulai menggigil lalu memegang bagian perutnya yang terasa nyeri.

"Mau kayak gimana lagi, Dek. Kamu di sini enggak nurut, jadi, mending pindah aja udah," ujar Bang Aidan.

"Tapi ... ayolah. Tanggung banget Bang, sampai lulus ya? Sebentar lagi kelas dua belas, setahun aja. Yah?" Gadis itu masih berusaha memohon.

ASING : A Strange Friendship✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang