3

8.7K 376 18
                                        

"Jaemin-shi? Silahkan masuk ke ruangan." Operasi ibu Jaemin baru saja selesai. Ia belum sempat berbicara lagi dengan Jaehyun karena otaknya terasa penuh. Saat dipanggil sang dokter, Jaemin langsung masuk ke dalam ruangan. Menunggu penjelasan tentang kondisi ibunya. Jaehyun sendiri mengerti perasaan Jaemin dan lebih memilih untuk menyelesaikan urusan administrasinya. "Baik Jaemin-shi. Seperti yang anda lihat dari hasil rontgen ini, keadaan paru-paru dari ibu anda memburuk. Sebelumnya saya minta maaf, tapi saya telah melakukan segala hal untuk menyelamatkannya. Namun pasien saat ini memerlukan pendonor paru-paru untuknya supaya tetap hidup." Jaemin shock. Ia tak tahu kejadian seperti akan menimpanya.

Setelah mendengarkan penjelasan dari dokter, Jaemin menghampiri Jaehyun yang telah menunggunya sedari tadi. Tatapan kosongnya menjelaskan bagaimana hatinya hancur saat ini. "Jaemin-shi..." Jaemin yang dipanggil mendongak, melihat bosnya yang menatapnya dengan khawatir. Ia tak bisa lagi menahan tangisannya. Jaehyun dengan peka memeluk erat tubuh Jaemin. Membiarkan sang sekretaris menangis di dalam pelukannya. "M-Mama..." Hati Jaehyun sakit melihat Jaemin menangis. Entah kenapa ia membenci air mata yang keluar dari mata indah Jaemin. Namun ia tidak memberhentikan Jaemin dari tangisannya. Ia tahu Jaemin sedang mengalami kesulitan. "Menangislah. Keluarkan semuanya. Kau boleh menjadi orang paling lemah saat ini. Saya akan ada untukmu." Jaemin menangis semakin kencang di pelukan Jaehyun.


"Jadi sebenarnya apa masalahnya?" Jaemin sudah kembali tenang. Jaehyun akhirnya membuka mulutnya dan bertanya kepada Jaemin apa yang terjadi pada ibunya. "Paru-paru ibuku memburuk. Ia perlu pendonor supaya bisa kembali sehat. Jika tidak... waktu ibuku tersisa 3 bulan lagi." Cengkraman tangan Jaemin semakin kuat. 'Dimana dan gimana cara nyari pendonor? Apa gw donorin aja?' Jaemin sedang bergulat dengan pikirannya sendiri, sedangkan Jaehyun sibuk memperhatikan manik kelam Jaemin. "Saya akan membantu kamu." Jaemin menoleh dengan cepat. "Apa? Kenapa? Tidak perlu pak. Saya akan mencari-" "Waktumu hanya 3 bulan. Kau yakin bisa mencari pendonor itu seorang diri?" Jaehyun memotong kalimat Jaemin. "Tapi saya tidak bisa membayar bapak..." Jaehyun tersenyum. "Kau bisa membayarnya dengan cara lain, Na Jaemin-shi."

Jaemin menatap Jaehyun bingung. "Maksudnya pak?" Jaehyun mengusap pucuk kepala Jaemin dengan pelan. "Tinggallah di rumahku. Kau akan menjadi asisten sekaligus sekretarisku 24 jam." Jaemin termenung. Apakah dia lebih baik menyetujui bosnya ini? "Baiklah, akan saya lakukan. Mohon bantuannya pak." Jaemin menunduk kepada Jaehyun. Jaehyun sendiri sebenarnya tak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Mengapa dia sangat ingin untuk terus bersama sekretaris barunya ini? Padahal selama ini ia tak pernah terpikat oleh seorangpun. Namun Jaemin membuat hatinya resah. Ia merasa bahagia saat Jaemin bahagia. Ia merasa sedih saat Jaemin sedih. Sama seperti waktu Jaehyun bersama dengan Taeyong. 'Taeyong-a... Apa aku boleh membuka hati ini untuknya?' Batin Jaehyun.


"Halo? Mark, bisa tolong bantu Daddy?"

"Ada apa Dad? Biasanya juga langsung ngomong kalo ada mau."

"Cariin Daddy pendonor paru-paru."

"What?! Why??? Something wrong with your lungs Dad?"

"Yak! Bukan. Daddy butuh untuk teman Daddy. Bisa kau cari?"

"Ah, ku kira Daddy sudah mau bertemu Mommy."

"HEH! DASAR ANAK KURANG NGAJAR!"

"Fine, nanti ku bantu cari. Oh ya, kata Jeno sekretaris baru Daddy sangat manis? Aku ingin bertemu dengannya."

"Urus saja tunanganmu."

"Tuan-" "Jangan panggil tuan. Rasanya aneh." Jaehyun sangat risih dengan panggilan 'Tuan' dari Jaemin. "Jaehyun-shi... Apakah itu tidak merepotkan anak anda?" Jaehyun berjalan menuju kursi di sebelah Jaemin. "Tentu saja tidak. Anak saya hanya menganggur di rumah sakit. Dari pada makan gaji buta, mending dikasih kerjaan saja." Jaemin mengangguk polos mendengar penjelasan Jaehyun. Padahal nyatanya Jaehyun hanya mengarang indah. Mana mungkin seorang dokter bedah tidak sibuk? Aneh-aneh saja duda satu ini. "Tu- Jaehyun-shi, apa saya akan mulai tinggal di rumah anda hari ini?" Jaemin masih merasa aneh dengan ide tinggal di rumah bosnya. Bagaimana pun juga, dirinya hanya karyawan baru di kantor ini. "Ya, tidak perlu bawa baju kamu. Nanti saya suruh orang mengambil barang-barangmu saja."


"Hyung~ Kenapa kau sibuk sekali? Katanya mau qtime sama aku." Di sinilah Mark, bersama tunangannya, Haechan. Tidak tahu bagaimana mereka bisa saling mencintai, padahal setiap hari pasti ada saja acara gelut dari kedua sejoli ini. "Hyung lagi bantu Daddy cari pendonor paru-paru Chan..." Haechan pun terbingung. Mengapa calon ayah mertuanya membutuhkan paru-paru? "Memang Daddy Jae kenapa?" Mata Mark langsung menajam. "Haechan. Sudah berapa kali kubilang jangan panggil Daddy-ku dengan sebutan itu?" Beginilah Mark. Posesif dan pencemburu. "Ah, okay okay~ Daddy-ku satu-satunya hanya Daddy Mark. Puas? Sekarang kembalilah bekerja. Dasar tukang cemburu." Haechan pun pergi meninggalkan Mark yang masih tersulut emosi. "Liat aja nanti. Ku bikin kau masuk kerja dengan kaki mengangkang." Monolog Mark.




Hihihihihihihi~ Haechan nachal~ BTW mau promosiin IG diri sendiri. Boleh guys difollow IG-ku @atingsee cmiiw~


Jangan lupa vote & comment guys!!

My Type of Sugar [2Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang