4

7.7K 349 21
                                        

"Jaehyun-shi, apa anda yakin anda ingin saya tinggal di sini?" Saat ini Jaemin sedang makan malam bersama Jaehyun. Ia merasa rumah megah ini sangat sepi. 'Dimana anak-anak dan istrinya?' Batin Jaemin sambil melihat sekelilingnya. "Anak-anak saya tidak tinggal di sini. Kita hanya berdua di rumah ini." Jaemin langsung menoleh ke arah Jaehyun. "Tapi kenapa pak?" Tanya Jaemin penasaran. "Anak pertama saya sudah tinggal bersama tunangannya, dan Jeno tinggal di apartemennya karena lebih dekat dengan kampus dan kantor." Jelas Jaehyun yang diangguk pelan oleh Jaemin.

Jaemin berkeliling, bertujuan untuk menghafal denah rumah mewah tersebut. Namun terdapat 1 lukisan besar yang menarik perhatiannya. 'Ini pasti foto keluarga mereka... Istri Pak Jaehyun sangat cantik... Apa dia model? Tubuhnya mulus banget. Sebagai uke saya merasa gagal~' Batin Jaemin. "Sedang apa?" Suara bariton itu menyadarkan Jaemin dari lamunannya. "Astaga! Bapak ngagetin saya tau!" Ujar Jaemin menahan emosi sambil mengelus dadanya. "Maaf, saya hanya penasaran kau sedang apa." Jaemin mengalihkan pandangan kembali pada lukisan besar di depannya. "Istri bapak cantik..." Lirih Jaemin sambil tersenyum lembut. "Ya... Dia sangat sempurna bagi saya." Jaemin merasakan kesedihan dalam kalimat Jaehyun.

"Tapi beliau sekarang dimana pak? Apa sedang bekerja di luar?" Sungguh, Jaemin tak pernah membaca apapun mengenai keturunan keluarga Jung. Maka itu dirinya juga tak tahu bahwa Taeyong sudah meninggal. "Dia... Sudah bahagia di atas sana." Jaemin mengernyitkan dahinya. Namun tak lama ia sadar. "Astaga, maaf pak... Saya tidak tahu..." Jaehyun tersenyum. "Ga papa, itu terjadi 18 tahun yang lalu. Tapi ada 1 hal yang membuat saya penasaran." Jaemin mendongak. "Hm? Apa pak?" "Mengapa kau begitu mirip dengannya?" Jaemin kembali mengernyitkan dahinya. 'Gw? Mirip bidadari ini? Gila aja kali. Well, gw merasa terpuji tapi what???' Pikiran Jaemin tak berhenti berbicara. "Maksud bapak?" Jaehyun hanya tersenyum tipis, menepuk bahu Jaemin, dan kembali masuk ke dalam kamarnya. 'FREAK!' Teriak Jaemin dalam hati.


"Besok Minggu. Bosen. AAAAAAAAAAAA! Gw harus ngapain ya?" Jaemin berguling-guling di atas ranjang king size-nya. Sudah 2 minggu semenjak ia tinggal berdua dengan Jaehyun, dan dari yang ia perhatikan, sepertinya Jaehyun tidak memberitahukan perihal tinggal berdua itu pada anaknya. "Jaemin-a, kenapa teriak?" Jaehyun baru saja masuk tanpa mengetuk kamar Jaemin karena mengira terjadi sesuatu pada Jaemin. Hubungan mereka menjadi lebih dekat selama 2 minggu ini. "Ah, ngga kok... Tadi cuman mikir doang." Jaemin pun membenarkan posisinya dan menatap Jaehyun yang sedang berjalan mendekatinya. "Apa yang kau pikirkan?" Tanya Jaehyun sambil menatap lekat manik si manis. "Besok Minggu, saya bingung mau kemana... Bosen di rumah terus pak." Jaehyun pun tersenyum lebar, membuat kedua lesung pipinya terlihat. "Hmm... Kalo gitu besok saya ajak kamu jalan-jalan aja. Sekalian jenguk mamamu?" Jaemin pun mengangguk ribut.


"Apa? Daddy suka sama sekretaris baru Daddy?"

"Ga gitu Mark. Daddy cuman ngerasain hal yang sama kayak waktu Daddy sama Mommy."

"Ya sama aja duda tuwir! Namanya itu Daddy suka!"

"Heh! Orang lagi curhat malah ngatain Daddy-nya duda tuwir!"

"Yaelah Dad, ga usah malu kalo Daddy suka sama orang lagi. Wajar kok."

"Tapi Daddy ga mungkin berpaling dari Mommy kamu Mark."

"Mommy bisa aja nitipin Daddy ke orang itu. Siapa namanya? Jaemin."

"Ah, kamu jangan gitu-"

"Tapi dia umur berapa Dad?"

"Ehm... 21 tahun kayaknya."

"Ah gila Dad?! Aku aja umur 25. Tapi ga papa si, aku dukung Dad! Bye."

"Yak! Dasar anak tak tahu terima kasih."

"Jaehyun-shi? Sedang apa?" Jaemin yang baru saja terbangun dari tidurnya dan berjalan malas ke dapur untuk mencari air. "Ah, kau baru bangun? Bersiaplah. Habis ini kita akan pergi." Jaemin hanya mengangguk malas sambil meneguk minumannya. "Apakah ada satu tempat spesifik yang ingin kau datangi? Mungkin tempat yang belum pernah kamu kunjungi?" Tanya Jaehyun sambil memainkan ponselnya. Ralat, memaki anaknya yang langsung mematikan telepon sang ayah. "Ah, saya belom pernah ngerasain club. Katanya ke club tuh asik? Saya mau ke sana pak." Jaehyun membeku. 'Apa? Club?' Tanya Jaehyun dalam pikirannya. "Kau benar-benar ingin ke situ, Jaemin-a?" Jaemin langsung mengangguk, menjawab pertanyaan Jaehyun. "Baiklah, nanti kita ke sana. Tapi kita akan menjenguk mamamu dulu."

Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa, sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat yang Jaemin ingin tuju. "Pak, di club tuh rame gak?" Jaehyun hanya tersenyum miris mendengar pertanyaan bodoh dari sekretarisnya. "Ya, rame banget." Lalu Jaemin kembali memainkan ponselnya. Ia tak sabar ingin menceritakan kepada Renjun bahwa malam ini ia ke club. Karena kedua pria itu adalah sekretaris, mereka menjadi dekat dan banyak bercerita. "Kita sudah sampai." Jaehyun dan Jaemin pun turun dan memasuki area club itu.

"PAK! RAME BANGET IH! BISA PECAH GENDANG TELINGA SAYA!" Teriak Jaemin berharap Jaehyun bisa mendengarnya. Namun Jaehyun tersenyum dan mendekatkan mulutnya ke daun telinga sang sekretaris. "Ini namanya club, sayang." Jaemin membatu. Sepertinya ia akan menyukai tempat ini. Jaehyun dan Jaemin pun duduk di meja, menjauhi kebisingan. "Saya pesan vodka dan jus jeruk satu." Pesan Jaehyun pada barista. Jaemin sibuk melihat sekitar. Banyak orang berdansa tak karuan. Ada juga yang sedang bercumbu. "Ini pesanannya." Jaehyun hanya sibuk memainkan ponselnya sedangkan Jaemin menatap gelas yang baru saja disajikan.

"Argh! Ini bukan air putih?" Jaehyun mendongak melihat Jaemin telah meminum habis vodka yang ia pesan. Mata Jaehyun langsung membola. "Astaga Jaemin! Itu alkohol! Apa kau tidak apa-apa?" Jaemin hanya menatap wajah Jaehyun dengan tatapan sayu. "Eungh~ Pushing..."




Ayo~ Aku berhasil up lagi yey! BTW, sebenernya aku udah siapin 1 buku lagi. Mending aku langsung release ato nunggu buku ini kelar? Kalo langsung release takutnya jadi jarang update~


Jangan lupa vote & comment!

My Type of Sugar [2Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang