19

3.7K 172 0
                                    

"Hyung, itu siapa?" Jaemin terlihat panik. Ia takut ada orang jahat yang masuk ke dalam rumah ini. "Let me check. Kamu istirahat di sini aja ya." Jaehyun pun memakai pakaiannya kembali. "Hyung, bareng." Jaemin ikut memakai pakaiannya, dibantu oleh Jaehyun. Jaehyun memutuskan untuk keluar terlebih dahulu untuk melihat siapa yang berada dalam rumahnya.

"Jeno?" Saat Jaehyun keluar, ia melihat Jeno sedang mengangkat barang-barang yang jatuh. "What are you doing here?" Namun bukan jawaban yang Jaehyun terima, melainkan tatapan penuh kebencian. Mata Jeno terlihat merah dan berair. Tadinya Jeno ingin kembali ke rumah untuk membicarakan hal yang diceritakan Mark bersama Jaehyun. Ia masih belum percaya tentang hubungan Jaehyun dan Jaemin. Namun saat ia memasuki rumah ayahnya itu, dirinya malah diperlihatkan adegan tak senonoh. Sakit, hatinya sakit namun ia tak ingin bertengkar dengan sang ayah. Jeno ingin pergi tetapi tas besarnya menyenggol rak yang ada di dekat pintu, membuat buku-buku tersebut terjatuh berhamburan. 'Ah, sialnya hidup' Batin Jeno.

"Hyung, itu siapa?" Jaemin menghampiri Jaehyun dengan tertatih. "Jeno-shi?" Setelah Jeno selesai membereskan buku-buku yang terjatuh, ia langsung berdiri dan membelakangi mereka. "Aku balik Dad." "Jeno, ayo kita bicara dulu-" Namun Jeno tidak mendengarkan ayahnya dan langsung pergi dari kediaman Jaehyun. "Hyung, Jeno marah? Gara-gara aku?" Jaemin takut dirinya membawa kekacauan dalam rumah tangga Jaehyun. Ia juga sedikit khawatir karena Jeno terlihat begitu seram saat ia datang. "Memang bener, dia marah... Tapi bukan karena kamu, Na. Ini karena hyung." Jaehyun pun menggendong Jaemin dan membawanya kembali ke kamar untuk istirahat. "Tapi hyung, Jeno tadi keliatan serem..." "It's okay, Na. Nanti hyung bakal ngomong sama dia. Kamu tidur dulu ya, hyung mau telepon Mark." Jaehyun langsung meninggalkan Jaemin.

"Yeah, Dad. What's up?"

"Mark, Jeno tadi dateng." Jaehyun mendengar keheningan dari ponselnya.

"What did he do?"

"Well, nothing. Tapi dia kayaknya denger sesuatu yang ga seharusnya dia denger."

"What?"

"Ehm... Something like... moans?"

"DAD!"

"What?! Sekarang Daddy ga tau harus gimana. Tadi suruh dia tunggu, tapi dia tetep pergi."

"Of course lah! Aku jadi Jeno juga bakal pergi. So stupid, Dad."

"Jadi Daddy harus gimana, Mark~"

"Hhhhhh... For now, just let him be. Dia butuh punya waktu sendiri dulu."

"Terus kapan Daddy bisa ngomong sama dia?"

"Ya tunggu dia siap, Dad... Nanti aku bantu kasih kabar aja."

"Thanks, Mark"


Jeno yang sedang merasakan patah hati untuk pertama kalinya memutuskan untuk memasuki club langganannya. "Tumben? Ada masalah apa?" Pemilik club itu menghampiri Jeno dengan penuh penasaran. "Tau dari mana gw ada masalah?" Orang itu tertawa renyah membuat Jeno kesal. "Lu cuman ke sini kalo ada client penting, ato ga ada masalah yang penting. Hey man~ Certain aja man~" Jeno berdecak kesal karena orang di sebelahnya ini terlalu mengetahui dirinya.

"Patah hati gw."

"What? Patah hati? Lu punya hati? Oops~ Ngga, tapi siapa?"

"Bacot Cas! Gede banget sih suara lu? Jaemin."

"Jaemin? Namanya imut. Tapi kenapa patah hati? Masa lu udah langsung nyerah gitu aja?"

"Ya gw mau perjuangin tapi saingannya bapak gw sendiri anjing."

"BWAHAHAHAHAHAHA! Kalah Jen, udahlah kartu mati. Cari aja yang baru."

"Anjing Cas. Ambilin gw minum."

"Siap bos!"

Jeno terus melahap alkohol yang diberikan Lucas. Walaupun Lucas bilang lebih baik berhenti, Lucas tetap saja memberikan minuman tersebut pada Jeno. 'Pahala kenapa ditolak' Pikir Lucas. "Aish~ Lucas! Lu kenapa kasih gw jeruk?!" Lucas yang dibentak pun mengerutkan keningnya. "Kapan gw kasih lu jeruk bego? Gw kasih lu minum!" "Sama aja!" "Sama dari mananya tolol!" Muka Jeno sudah sangat merah saat ini. Lucas yang tidak ingin membantu Jeno pulang pun menelepon Renjun untuk menjemput Jeno. "Halo Junnie~ Bisa ambil bos lu? Dia mabok parah nih." Setelahnya ia tinggalkan Jeno sendirian di bar dan bermain dengan para wanita di sana.


"Jeno?" Renjun sudah memanggil Jeno berulang kali. Dirinya sekarang masih memakai baju rumahnya dan sendal jepit, membuat para lelaki dominan di club itu melirik padanya. "Jeno? Ayo kita pulang..." Renjun tahu apa yang membuat Jeno seperti ini. Jujur, dirinya cemburu dan sakit hati. Tetapi ia mengikhlaskannya. Renjun tidak tahu ternyata Jaemin berpacaran dengan bos besarnya. Jeno terbangun karena guncangan pada pundaknya. "Oh? Renjun? Aigoo~ Cuman lu yang sayang sama gw... Gw hik- gw cuman bisa percaya sama lu Jun hik-" Jeno terisak sambil memeluk erat pinggang Renjun. Renjun pun mengusap lembut kepala Jeno. "Ayo kita pulang dulu ya, Jen?" Akhirnya Jeno pergi dari tempat itu, dibantu oleh Renjun. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk tiba di apartemen Jeno. Renjun dengan perlahan menaruh Jeno ke ranjang itu dan menyelimutinya.

"Renjun- Jangan pergi." Lengan Renjun ditarik hingga dirinya sekarang berada dalam pelukan Jeno. Hati Renjun tentu saja berdegup kencang, dirinya membeku dalam dekapan Jeno. "Renjun... Cantik..." Wajah Renjun merona, ia mendongak melihat Jeno yang sedari tadi sudah menatapnya. Mereka bertatapan cukup lama sebelum Jeno tiba-tiba menerkam bibir kecil Renjun dengan kasar. "Mpph! Jen- Mmm~"



Ey~ Next Chapter full NoRen guys~ Jangan lupa vote & comment!

My Type of Sugar [2Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang