2

10.5K 442 9
                                    

"Jaemin-shi?! Bangun!" "KHHHHKKK~" Tidak, Jaemin tidak pingsan. Ia tertidur. Di lantai. Dengan berat hati Jaehyun mengangkat Jaemin dan menidurkannya di atas sofa miliknya. Setelah menidurkannya di sofa, Jaehyun kembali ke mejanya dan melihat hasil kerja sang sekretaris. Sempurna. Hasil dari semua pekerjaan yang Jaemin lakukan diselesaikan dengan sempurna. Jaehyun merasa kasihan dan menyesal karena telah memarahi sekretaris barunya itu dan memberikannya tugas terlalu banyak. Ia ragu bahwa sekretarisnya itu sudah makan. Lingkar mata hitam yang ada pada sekretarisnya membuatnya semakin tak enak hati.

Setelah 3 jam tertidur, akhirnya Jaehyun memutuskan untuk membangunkan Jaemin. Ia tak bisa meng-cancel janjinya untuk mengecek produk barunya. "Jaemin-shi, bangun." Namun sepertinya Jaemin terlalu lelah. Ia tak bergerak sedikitpun, layaknya mayat hidup. "Jaemin-shi? Astaga, apa kau mati?" Jaehyun mulai kehilangan kesabarannya. Jaemin memang terlihat imut dan cantik, tetapi dirinya sudah telat sekarang. Tak lama setelah itu, Jeno masuk dengan kantung makanan yang ia beli. Ayahnya menyuruhnya untuk membelikan sekretaris itu makanan. Jujur saja, Jeno merasa aneh, tetapi dia pikir sedang terjadi hal mendesak pada sekretaris itu. "Dad, nih makanannya."

Semuanya menjadi jelas sekarang bagi Jeno. "Dad, kemaren Daddy kasih kerjaan apa aja ke dia? Pasti belom tidur tuh orang." Kata Jeno sambil menaruh kantung makanan tersebut ke meja ayahnya. "Jen~ Daddy kasih dia kerjaan buat 2 hari, tapi ni anak malah selesaiin semaleman. Sekarang ketiduran gini, Daddy kan ada janji temu buat produk baru!" Rengek Jaehyun pada anaknya. Jeno yang melihat tingkah laku sang ayah hanya bisa menghela napasnya. "Daddy emang ga bisa ke sana sendiri? Aku minta Renjun temenin deh. Mumpung dia lagi ga ada kerjaan." Jaehyun hanya cemberut sambil mengangguk ke anaknya itu. "Tck! Dad, mukanyalah! Wibawa dikit dong!" Jaehyun langsung menonjok perut anaknya tersebut. "Daddy cuman gini ke kamu ya! Anak durhaka kamu!" Jaehyun pun keluar untuk pergi ke pabrik.

Jeno yang sedari tadi telah ditinggalkan sang ayah beralih pandang kepada Jaemin. "Hmm... Why are you so pretty?" monolog nya sambil mengusap pipi sang sekretaris. "I think I'm in love with you, Na Jaemin-shi." Setelah puas melihat muka sang doi, Jeno pun pergi untuk kembali ke universitasnya. Ia masih ingat bahwa ia punya kelas sebentar lagi, walaupun hampir lupa karena hanyut dalam muka si manis.

"ENGHMM!" Jaemin mulai bergerak resah, menunjukkan bahwa tidurnya telah selesai. "Sudah puas tidurnya?" Jaemin yang masih setengah sadar tak menjawab Jaehyun. Ia mengambil posisi duduk dan mengusap matanya kasar. "Ahhh~ My neck~" Jaemin masih sempat mengeluh saat Jaehyun hanya memperhatikan gerak-gerik sekretarisnya itu. "AKHEEM!" Jaemin pun menoleh untuk melihat siapa orang yang sedang membuang kotoran tenggorokannya. Setelah melihat sosok bosnya yang sedang berdiri tak jauh di dekatnya, Jaemin langsung berdiri dan membungkuk. "MAAF PAK!" Mendengarnya Jaehyun hanya menghela napas panjang dan memberikan kantung makanan kepada Jaemin. "Apa ni pak?" "Ck! MAKAN! Kau mau mati kelaparan di hari kedua kerja?" Jaemin langsung menggeleng ribut dan duduk kembali untuk melahap makanan tersebut.

Si tengah aktivitas makannya, Jaemin teringat suatu hal. "Pak, sekarang jam berapa? Kapan kita ke pabrik?" Jaemin bertanya dengan mulut penuh makanan itu. "Sekarang jam 5 sore, udah lah kau makan aja sana." Jaehyun menjawab Jaemin tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer besar di mejanya. "Maaf pak... Saya tidak tahu saya tertidur..." Jaemin menundukkan kepalanya. Ia telah kehilangan mood makannya. Ia merasa ia tak becus sebagai sekretaris karena seenaknya tidur di ruangan bosnya dan meninggalkan pekerjaannya. Jaehyun yang merasa ada yang aneh pun melihat keadaan Jaemin. "Hey, kau kenapa?" Tanya Jaehyun. "Maafkan saya pak... Saya memang tidak becus bekerja... Bapak pasti mau pecat saya kan? Makanya bapak kasih saya makanan ini?" Jaehyun tentu saja shock.

Jaehyun pun berdiri dari tempatnya, menghampiri Jaemin yang masih menunduk. Setelahnya, Jaehyun duduk di samping Jaemin. "Kemana semangatmu? Kemarin kau bisa membentakku dengan lantang. Sekarang kau hanya menunduk? Bahkan tak berani menatapku." Jaemin mendengus sebal. "Tentu saja kalau aku akan seperti ini. Kali ini aku memang melakukan kesalahan. Kalau kemarin kan memang bapak yang salah." Jaehyun tertawa mendengar celoteh Jaemin. Tanpa Jaehyun sadari, tangannya mulai bergerak, memegang pucuk kepala sang sekretaris dan mengusapnya pelan. "Maaf, saya terlalu kasar padamu. Dan kau tidak bersalah apapun dalam kasus ini. Saya memang terlalu jahat memberikanmu tugas sebanyak itu. Kau tidak akan kupecat."

Jaemin hanya bisa tercengang. Bagaimana bisa bosnya yang kemarin sangat dingin padanya menjadi sehangat ini? "Tuan, apa anda sedang sakit?" Tanya Jaemin memandang manik hitam sang atasan. Jaehyun yang ditatap dengan intense menjadi salah tingkah dan membenarkan dasinya. "Apa? Tidak. Sudah sana cepat habiskan makananmu." Jaemin pun mengangguk dan melanjutkan sesi makannya. Jaehyun kembali tersenyum melihat si manis dengan lahap memakan semua makanan yang ia belikan. Ralat, Jeno berikan.

"Tuan, apa anda ada pekerjaan lagi buat saya?" Tanya Jaemin selesai makan dan membereskan peralatannya. "Tidak, kamu boleh pulang dan istirahat untuk hari ini." Mata Jaemin berbinar. Ia tanpa berpikir panjang langsung berlari, bukan ke arah pintu, melainkan ke arah Jaehyun dan memeluknya erat. "Terima kasih bosku!" Namun tak lama memeluk bosnya, ia mendapatkan telepon. Telepon dari rumah sakit. Jaemin pun langsung melepaskan pelukannya dan mengangkat teleponnya. Ia terlalu terburu-buru hingga tak peduli jika bosnya mendengar percakapannya nanti.

"Halo? Ada apa sus?" Jaehyun yang tadinya membatu kini menoleh ke arah Jaemin. Ia penasaran siapa yang berada dalam telepon itu. "Apa sus? Kenapa tiba-tiba?" Wajah Jaemin berubah menjadi sangat panik. Jaehyun pun ikut berdiri dan mencoba mendengar percakapan di dalam telepon itu. "Paru-paru pasien kembali bermasalah pak, pasien perlu segera dioperasi. Mohon dengan segera bapak datang ke rumah sakit untuk pemberitahuan lebih lanjut. Namun sebelumnya, apakah bapak setuju untuk mengoperasikan pasien?" Jaemin termenung. Ia tak tahu apakah dirinya sanggup untuk membayar biaya tersebut. Namun Jaehyun mengambil alih teleponnya. "Ya, kami bersedia. Kami akan segera ke sana dan menyelesaikan masalah administrasinya." Setelahnya, Jaehyun langsung menutup telepon Jaemin. "Jaemin-shi, kau perlu pergi ke rumah sakit bukan? Biar saya antar."




AKHH ternyata saya bisa up hari ini hehe~ Semoga besok juga bisa yaa~ Selamat membaca kawan-kawanku tercinta~ Jangan lupa vote & comment!

My Type of Sugar [2Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang