"Jaemin?" Jeno telah sampai di rumah sakit, mencari sosok dambaannya yang sedang kacau. "Jaemin! Are you okay?" Jeno merengkuh tubuh Jaemin yang masih terisak disamping ranjang pasien itu. "Hyung..." Gumaman Jaemin sambil mengeratkan cengkramannya pada lututnya. "Kenapa Jaem?" Isakan Jaemin kembali membesar. "Hyung... H-Hyung..." Jeno tak mengerti siapa yang Jaemin cari. Ia hanya bisa memeluk dan mengelus punggung si manis. Jaemin pun membalas pelukan Jeno dengan erat. Menganggap orang yang ia peluk adalah kekasihnya. "Hyung... Jangan tinggalin Jaemin sendirian... Mama udah tinggalin Jaemin... Hyung ga akan ninggalin Jaemin 'kan?" "Ga akan, Jaemin... Gw ga bakal ninggalin lu." Jaemin mengeratkan pelukannya dan terisak kecil di sana. "Jangan tinggalin Jaemin..."
"You're hungry?" Jaemin menggelengkan kepalanya. Dirinya dan Jeno sekarang berada di kantin rumah sakit. Sedari tadi Jaemin tak bersuara, tak juga bergerak. Tatapan kosong di matanya memperlihatkan betapa kehilangan Jaemin. "Hyung..." Lagi-lagi Jaemin mencari sosok Jaehyun. Ia berharap Jaehyun ada di sisinya sekarang. "Jaemin, makan dulu ya?" Namun pertanyaan Jeno tak digubris oleh Jaemin. Jeno sangat mengerti perasaannya. Ia juga kehilangan sosok sang ibu, lebih parahnya ibunya meninggal karena dirinya. "Jaemin, lu harus makan. Mama lu pasti ga mau lu sakit. Mama lu pasti kecewa kalo liat lu begini."
Jaemin pun menatap Jeno yang sedari tadi memegang tangannya. "Pulang." Jeno mengerutkan keningnya. "Apa Jaem?" "Pulang. Gw ga mau liat lu." Jaemin ingin merenung seorang diri, tetapi ia tak bisa mengkalimatkannya kepada Jeno. Jeno yang diusir pun mulai melegang pegangannya pada tangannya Jaemin. "Pulang? Ga. Gw ga tau apa yang bakal lu lakuin kalo gw ga di sini." Jaemin menarik tangannya dari Jeno dan berdiri. "Kalo gitu gw yang pergi." Jeno ingin mengejar Jaemin, tetapi hatinya berkata jangan. Ia rasa Jaemin membutuhkan waktunya sendiri, tetapi ia juga khawatir pada Jaemin. Ia memutuskan untuk memperhatikan Jaemin dari jauh.
Di sisi lain, Jaemin mencoba menghubungi Jaehyun, berharap kekasihnya itu mengangkat teleponnya. Setelah beberapa detik Jaemin menghubunginya, telepon itu diangkat. "Hyung..." Ucap Jaemin lemas, membuat Jaehyun khawatir. "Darling, what happened?" Jaemin pun kembali terisak. "Hyung! Mama... Mama..." Jaehyun semakin panik karena Jaemin mulai menangis di balik telponnya. Tak lama Yuta menghampiri Jaehyun dan memberikan kabar dari Mark bahwa ibu Jaemin telah meninggal dunia. "Sweetie, Jaemin, kamu diem di situ, hyung balik sekarang. Jangan ngapa-ngapain. Kamu tunggu hyung. 3 jem. Kasih hyung waktu 3 jem. OK, babe?" Jaemin mengangguk cepat walaupun Jaehyun tak bisa melihatnya. "Palli, hyung..." "Wait for me, Na. I'll be fast." Setelahnya, telpon pun ditutup.
"Yut, I really need to go there. Can I give the rest of the job to you?" Yuta langsung mengangguk dan memberikan Jaehyun barang-barangnya yang telah ia siapkan. "Thank you, Yut. I owe you one." "Tiketnya ada di dompet. Flight setengah jem lagi. Di sana udah ada supir, tinggal ikut aja. That will take about 2 hours to get there. Cepetan sebelum ketinggalan." Jaehyun langsung pergi dari tempat itu. Inilah kenapa Jaehyun terus berteman dengan Yuta. Temannya ini selalu ada baginya di masa tersulitnya.
"Babe!" Jaehyun datang. Ia langsung menghampiri Jaemin yang menunggunya di depan lobby rumah sakit. "Kenapa kamu di sini? Kamu bisa masuk angin, kamu bisa sakit. Are you okay? Kamu-" Kalimat Jaehyun terputus saat Jaemin memeluk erat dirinya. "I miss you..." Jaehyun langsung membalas pelukan itu, tak lupa ia berikan Jaemin kecupan di pucuk kepalanya. "You're strong Jaemin-a, Hyung bangga sama kamu. Let's meet your mom shall we?" Jaemin mengangguk dalam pelukannya.
"Hyung, kenapa mama pengen cepet-cepet ninggalin aku? Mama udah ga sayang sama aku? Apa aku anak nakal? Apa hyung juga bakalan ninggalin aku kayak mama?" Jaehyun menarik sedikit Jaemin dari pelukannya. "Jangan pernah pikir kayak gitu Jaemin. Mama kamu justru pergi ke tempat yang lebih baik. Ke tempat di mana ia ga perlu ngerasain sakit yang selama ini ia rasakan. Sekarang mama kamu bisa lebih bahagia di atas sana. Dia juga mau kamu bahagia. Dia ga mau ngeliat kamu sedih kayak gini. Tapi di lain sisi dia juga seneng ngeliat kamu sangat peduli sama dirinya. Mama kamu ninggalin kamu karena dia tahu, kamu udah punya sandaran lain selain dirinya. Mama kamu udah percayain kamu kepada orang lain. Mama kamu mau kamu berbahagia dengan orang yang kamu cintai. Dan hyung ga akan pernah sekalipun ninggalin kamu. Bukan cuman ngelindungin diri kamu, hyung juga bakal ngelindungin diri hyung sendiri supaya hyung bisa terus bersama kamu. Kamu ngerti, Na?" Jaehyun mengakhiri ucapannya dengan kecupan ringan di bibir si manis yang membengkak akibat menangis.
Tanpa mereka ketahui, terdapat 1 hati yang patah akibat melihat adegan yang tak diinginkan. "Jadi selama ini-" Jeno merasakan tepukan pada pundaknya, ia pun berbalik untuk melihat orang tersebut. "Bisa ikut hyung? Biar hyung yang jelasin." Jeno pun mengikuti Mark ke ruang kantornya.
"What happened between them? You know something?" Jeno memulai percakapan mereka. "Jeno, I know you'll be upset. But it's time for you to know something about Daddy and Jaemin." Jeno hanya terdiam untuk mendengar penjelasan Mark. "They love each other."
Maybe bentar lagi bukunya kelar? Aku ga sabar release buku baru hehe~ Buku baru bakal lebih bagus kayaknya karena udah aku rancang mateng-mateng. Jangan lupa vote & comment guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Type of Sugar [2Jae]
FanfictionA Fanfiction of NCT's Jung Jaehyun x Na Jaemin 🛑Mature🔞 🛑BxB 🛑Harsh Words 🛑21+ Scene/s 🛑Boys pregnant start: 12/01/2022 end: 12/02/2022 Written by: atingsee