DUAPULUHDUA

6.5K 467 0
                                        

Bantu vote yaa temen-temen, share juga ke temen-temen kalian kalau bagus.

Umi sama Abi tengah berada di depan pintu, sudah  30 menit mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Menelpon ustadz Abi dan Shaqira beberapa kali tapi tidak ada satu pun yang dijawab.

"Abi, maafin umi yaa," ucap umi teringat akan sesuatu.

"Kenapa umi minta maaf?"

Umi menyengir kuda, ia membuka tas lalu mengeluarkan kunci. "Umi lupa punya kunci cadangan."

"Dasar umi udah mulai pikun," ucap Abi Yusuf dengan kekehan.

"Manusiawi Abi!" jawab umi kesal sambil membuka pintu.

"Iya deh umi cantik!" Rayu Abi Yusuf mencubit pipi umi. Walaupun usia sudah tua tapi kedua nya sering melempar pujian. Tanpa menjawab Abi, umi masuk ia penasaran kenapa ustadz Abi tidak seperti biasanya begini. Waktu seperti sekarang ini ustadz Abi  sering gunakan untuk muroja'ah  sambil menunggu adzan subuh. Sepuluh menit lagi juga adzan subuh. Umi naik ke kamar ustadz Abi memberanikan diri untuk membuka pintu walaupun ragu. Rasa bahagia terpancar saat melihat ustadz Abi dan Shaqira yang sedang tertidur. Posisi ustadz Abi sedang duduk bersandar pada lemari sedangkan Shaqira tidur di paha ustadz Abi sebagai bantal. Buru-buru umi menutup pintu.

Suara adzan terdengar membuat ustadz Abi terbangun.

"Shaqira bangun!" ucap ustadz Abi mengelus pipi Shaqira dengan lembut.

Shaqira meregangkan badan dari menghadap kanan lalu ke kiri. Tidak sampai itu ia menguap beberapa kali.

"Hey bangun!" ucap ustadz Abi mengelus pipi Shaqira.

Shaqira mengucek mata. Netra matanya langsung tertuju pada ustadz Abi yang sedang menunduk. Tatapan mereka terkunci seperkian detik sebelum Shaqira memalingkan wajah lalu bangun. Ustadz Abi masuk kamar mandi. Melihat ustadz Abi selesai Shaqira masuk.

"Ke masjid!" ucap ustadz Abi melihat Shaqira keluar kamar mandi.

"Tungguin!" Ustadz Abi berdehem sebagai jawaban.

"Yuk!" ajak Shaqira berjalan duluan keluar kamar.

"Umi?" panggil Shaqira ragu, melihat seseorang duduk di sofa.

"Iya ini umi." Shaqira berlari dari tangga ingin memeluk umi.

"Shaqira kangen banget sama umi!" Memeluk umi dengan erat.

"Kapan umi pulang?" tanya ustadz Abi melihat keberadaan umi.

"Tadi sebelum subuh, umi pakai kunci  cadangan untuk masuk." Ustadz Abi mengambil tangan umi lalu menciumnya.

"Shaqira gak mau lepas umi!" ucap Shaqira cengengesan.

"Abi nungguin kamu itu."

"Biarin aja." Mendengar perkataan Shaqira, ustadz Abi menarik mukena Shaqira sedikit seperti anak kecil.

"Liat umi ustadz Abi jahat!" Adu Shaqira pada umi.

"Abi jangan kasar!" Memperingati ustadz Abi.

"Iya umi!" jawab ustadz Abi.

"Shaqira kamu ke masjid dulu ya nanti umi kasih oleh-oleh pulang dari masjid," ucap umi dengan lembut mengelus kepala Shaqira.

"Oke siap, Shaqira jalan ya umi." Meraih tangan umi lalu menciumnya.

"Iya hati-hati!"

"Dasar bocah." Ledek ustadz Abi.

"Umi liat ustadz Abi!" Rengek Shaqira ke umi. Umi langsung menjewer telinga ustadz Abi. Melihat itu Shaqira merasa puas menertawakan ustadz Abi lalu pergi meninggalkan ustadz Abi.

Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang