Seiring berjalannya waktu rasa nyaman ini mulai muncul dengan sendirinya.
Raisya Shaqira Ningsih.
Pagi-pagi sekali Shaqira sudah siap dengan celana training dipadukan dengan hoodie yang berwarna peach tidak lupa dengan jilbab. Entah kenapa hari ini ia mau jogging keliling komplek. Biasanya ia lebih memilih untuk tidur. Hidup bersama ustadz Abi membuatnya terbiasa bangun pagi, kalau dulu sampai mulut mami berbusa membangunkan dirinya.
"Mau kemana?"
"Jogging, ikut?"
"Gak bisa ikut, gak papa kan?"
"Iya," jawab Shaqira mengambil tangan ustadz Abi lalu menciumnya.
"Hati-hati, jangan jauh-jauh!"
peringat ustadz Abi mengingat Shaqira selalu ceroboh dimana pun ia berada."Siap! Assalamu'alaikum," pamit Shaqira melambaikan tangan.
"Wa'alaikumussalam."
Ada pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan. Itu alasan ia tidak bisa ikut jogging bersama Shaqira. Dihatinya cukup tidak tenang mengizinkan Shaqira keluar sendirian. Entah kenapa rasa khawatir menyelimuti dirinya, bibirnya tak henti beristighfar, di dalam hati tak henti mendo'akan keselamatan Shaqira yang menyandang sebagai istrinya.
"Abi Shaqira mau ke mana?" tanya mami membuyarkan lamunannya.
"Mau jogging katanya mi," jawab ustadz Abi.
Mami tertawa mendengar jawaban ustadz Abi. "Shaqira gak kejedok pintu tadi kan?"
"Gak mi, emang kenapa?" tanya ustadz Abi balik.
"Kalau dulu Shaqira lebih milih tidur daripada jogging atau sekedar jalan-jalan pagi," jawab mami.
"Mami ucapkan terimakasih banyak-banyak udah buat Shaqira berubah dari kebiasaan jeleknya," sambung mami lagi.
"Itu udah kewajiban Abi sebagai suami mi buat Shaqira jadi lebih baik, dari awal Abi lihat Shaqira, itu udah niat Abi nikahin Shaqira, jadi mami gak usah khawatir," ucap ustadz Abi tulus.
Satu tetes air mata mami menetes mendengar penuturan Abi. "Sebanyak apapun mami berterimakasih itu tidak akan cukup bagi mami, seorang laki-laki paham agama mau menikah dengan wanita yang jauh dari kata baik. Kalian sangat berbeda, sifat kalian sangat bertolak belakang, tapi mami liat Shaqira sekarang sudah mulai berubah," ucap mami.
"Mami cukup do'akan kami berdua," kata ustadz Abi tersenyum simpul.
"Pasti! tanpa kalian minta mami akan selalu do'a kan kalian, mami minta sama kamu sesalah apapun Shaqira jangan pernah bentak ia saat kalian berduaan atau di depan orang banyak, walaupun Shaqira nakal hatinya sangat lembut, Shaqira gak bisa dengar orang yang nada bicaranya tinggi dari biasanya, nasehati ia tanpa harus menghakimi. Semarah apapun Shaqira pada orang lain itu tidak akan bertahan lama, apalagi pada orang terdekatnya. Mami mohon kamu tetap sabar membimbing Shaqira menjadi lebih baik lagi," ucap mami.
Sebelum mami mengatakan itu Abi sudah melakukan itu batinnya. "Iya mi pasti Abi akan lakukan itu."
Benar kata mami Shaqira itu nakal tapi cengeng, gak bisa dibentak langsung nangis. Namun Shaqira memiliki sifat yang mudah memaafkan itu yang membuat dirinya semakin bersyukur memiliki Shaqira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)
Novela JuvenilDon't forget follow dulu yaaa sebelum dibaca, Syukron:) Raisya Shaqira Ningsih atau lebih dikenal dengan Shaqira. Seorang gadis yang dijodohkan dengan ustadz yang mengajar adiknya privat mengaji di rumahnya. Namun siapa sangka seorang ustadz ini mem...