LIMAPULUHLIMA

4.1K 368 22
                                    

Minta tolong dong vote nya sekarang makin sedikit aja hm yokk bantu dong biar tetap semangat update.

Saat ingin pulang dari rumah umi ustadzah Aisyah meminta izin secara langsung pada umi untuk pulang ke rumah dengan alasan kangen orang tua nya. Umi sempat meminta ustadzah Aisyah untuk pergi Minggu depan biar bisa bertemu dengan adiknya ustadz Abi yang asli bukan Shaqira yang notabenenya sebagai istri, namun ustadzah Aisyah menolak itu dengan sopan. Hari ini juga ia akan langsung pulang menemui orang tuanya.

"Jangan pergi dong! Aku jadi sendiri disini!"

"Maaf yaa, sebentar kok gak lama," ucap ustadzah Aisyah menenangkan ustadzah Ika.

"Emang betapa hari?"

"Hm mungkin dua bulan itupun kalau semuanya udah membaik." Ustadzah Ika menganga mendengar jawaban ustadzah Aisyah.

"Hah! Gak! Lama banget!"

"Jangan bercanda deh!"

"Maaf yaa mungkin untuk menyembuhkan hati ini harus pergi dulu dari sini, Aisyah janji bakal balik lagi!"

"Jangan bilang gara-gara tahu kabar kehamilan Shaqira."

"Iya kok ustadzah Ika bisa tahu?" tanya ustadzah Aisyah bingung, padahal ia belum menceritakan ustadzah Ika dan yang membuatnya penasaran kenapa ia bisa tahu Shaqira hamil.

"Em... Itu... Anu cuma nebak aja!" jawab ustadzah Ika gelagapan.

"Hebat banget ustadzah Ika tebakan nya benar," ucap ustadzah Aisyah tanpa curiga sedikitpun. Di dalam Islam sifat husnudzon sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dari hal-hal terkecil untuk mengawali sebuah pembiasaan menjadi kebiasaan. Dan ustadzah Aisyah selalu menerapkannya walaupun terkadang masih ada ragu dalam dirinya tapi ia selalu alihkan dengan beristigfar.

"Hehe iya." Ustadzah Ika tertawa canggung.

"Ustadzah Ika jaga diri baik-baik ya, makan yang sehat jangan mie aja! Banyakin minum air putih jangan es terus! Sama jangan begadang! Oke!"

"Iya, tapi jangan lama-lama!"

"Aisyah usahakan!"

"Hm iya deh!"

"Aisyah udah pamit sama umi. Aisyah berangkat yaa." Berhambur memeluk ustadzah Ika, dibalik punggung ustadzah Aisyah air mata menetes dari mata ustadzah Ika, ia tak menyangka sampai harus berpisah dengan sahabat nya gara-gara satu orang tanpa ia tahu ada orang yang terluka. Ibarat benalu yang hanya menyusahkan orang lain.

Terkadang orang hanya bisa menyalahkan tanpa tahu orang yang disalahkan bahagia atau tidak dengan kejadian itu. Mereka hanya bisa berkomentar dengan hidup orang lain sedangkan tidak perduli dengan masalah hidupnya.

"Jangan lupa kabarin yaa!" pinta ustadzah Ika.

"Pasti!"

"Hati-hati ya!" melepaskan pelukannya.

"Iya, ustadzah Ika langsung ke masjid santriwati udah pada nunggu. Barang-barangnya juga gak terlalu berat."

"Maaf yaa gak bisa nganter!"

"Gak papa, Aisyah pamit yaa Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam." Ustadzah Aisyah berjalan sesekali menghadap ke belakang melihat ustadzah Ika untuk terakhir kalinya entah kapan lagi dia balik kesini. Pasti tempat ini akan ia rindukan nanti, tempat dimana hijrahnya dimulai, awal mula ia bisa hidup mandiri dengan bantuan umi tempat ini penuh kenangan yang indah. Terkadang setiap peristiwa merupakan suatu pelajaran yang dapat diambil sebagai sebuah pelajaran untuk melanjutkan hidup tanpa harus melupakan kenangannya. Ia percaya takdir baik Allah sudah menunggunya di depan sana. Berdiri di depan gerbang pesantren yang menjulang tinggi dengan hiasan kaligrafi yang terlukis indah dengan paduan warna yang cantik. Semua kenangan disini tidak akan pernah ia lupakan pahit manisnya menjadi seorang santri sampai menjadi seorang yang bisa mengabdi di pondok. Perjalanan yang sulit bahkan melelahkan baginya tapi semua itu terbalaskan dengan senyuman bangga orang tua melihat anaknya menjadi seseorang yang bermanfaat bagi orang lain, itu sudah cukup bagi orang tua.
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya: Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (H.R. Bukhari).

Assalamu'alaikum, Ust Galak! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang